Author : Hyera Jung^^
Genre : Romance, sad, friendship.
Cast :
-
Jin BTS
-
Luhan EXO
-
Himchan B.A.P
-
Suzy Miss A
-
Jiyeon T-ara
-
Gikwang Beast
Length : Oneshoot
Rated : T
Annyeong, chingu-a!!!
Ini cerita gue yang ketiga yang panjang ceritanya Oneshoot.
Ya, tema dari semua cerita gue itu sama, yang romance-romance gitu. Gue belum
berani buat cerita yang genre nya Yaoi or Yuri karena gue sayang banget sama
bias gue. Saking sayang nya, gua bertekad gak akan pernah ngebuat cerita yang
kaya gitu.. #pegang janji gue ^_^
Ok langsung aja ya!! Ingat, dibaca
jangan Cuma di pandang, Arasseo??
#Hyera_jung!
~Happy Reading~
~Happy Reading~
“Apa yang harus
ku lakukan dengan sepeda ini?” tanya seorang yeoja cantik, berperawakan tinggi
dan berambut panjang itu, dengan poni yang menutupi matanya.
“Kau ini, apa masih harus aku
jelaskan! Tentu saja kau akan menaikinya!!” sahut seorang namja di depannya
yang benar-benar frustasi dengan wajah yang dipenuhi raut kekesalan.
“Yaa, oppa! kau tahu kan aku ini takut
naik sepeda. Kenapa kau masih memaksaku!!” ucap Yeoja itu yang bernama Suzy.
“Masih saja seperti itu, kau tak beda
jauh dengan Suzy 10 tahun yang lalu!!” namja itu mulai kehabisan suara meladeni
Suzy, Luhan, nama namja itu.
-Flashback-
“Oppa, pelan-pelan!” teriak Suzy kecil
dari atas sepedanya yang melaju kencang dengan dorongan dari Luhan kecil yang
bersamanya.
Tak lama
…
…
…
BRUKK!!!
…
…
…
Sepeda itu pun jatuh, akibatnya lutut
suzy lecet karena gesekan aspal tadi. Luhan kecil benar-benar merasa bersalah,
ia pun segera berlari ke toko terdekat membelikannya plaster luka agar tak
infeksi.
“Oppa, kau harus bertanggung jawab,
kaki mulus ku ini harus lecet karena mu!” jerit Suzy diiringi suaranya yang
meringis menahan perih.
“Gendae… aku akan
menggendongmu pulang, apa kau puas!”
Senyum Suzy kecil pun terpancar lebar…
Dan kini wajah Suzy dewasa pun ikut
tersenyum, “Yaa, apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Luhan melenyapkan
lamunannya, mengingat masa-masa kecil mereka 10 tahun yang lalu. Dan kini
mereka sudah berusia 21 tahun, yah cukup dewasa dan cukup lama mereka bersama.
“Eoh? Ani, aku hanya…!”
“Hanya apa?”
“Ah, bukan apa-apa, ayo kita pulang,
lebih baik oppa saja yang membawa sepeda ini, aku masih takut!” akhirnya Luhan
juga yang mengalah.
>> SKIP
Sudah 11 tahun mereka bersama, dan
kini mereka sudah menempah pendidikan di Dongkook International University,
Seoul, korea selatan. Disana ada seorang namja yang begitu tergila-gila pada
Suzy, Jin, itu adalah nama panggilan untuknya bagi kebanyakaan orang. Manly,
ramah, tampan dan dari keluarga berada, itu sebagain deskripsi hidupnya yang
orang tahu.
Luhan cukup dekat dengannya, tak
jarang pula Luhan menginap di rumah Jin yang megah itu. Dan Luhan juga cukup
tahu, bahwa Jin sangat mencintai sahabatnya itu, Suzy.
-Author POV-
“Suzy-ssi, pergilah denganku malam
ini, ada film terbaru di bioskop, otteyo?” ajak Jin pada Suzy.
Suzy langsung menatap Luhan yang terus
ada di sampingnya, “Eoh? Kenapa kau menatapku seperti itu?” kata Luhan.
“Bagaimana menurutmu, apa aku harus
ikut dengannya?” tanya Suzy pada Luhan sambil menunjuk kearah Jin. Jin mulai
memberi isyarat pada Luhan.
“Ah, itu ide bagus. Lebih baik kau
pergi saja bersamanya, bukannya malam ini kau tak akan kemana-mana?” kata
Luhan.
“Baiklah, aku akan pergi asal oppa
juga ikut!” ucap Suzy langsung merangkul Luhan dengan genitnya. Raut wajah Jin
tentu saja berubah, Luhan melepas rangkulan Suzy dengan pelan karena menjaga
perasaan Jin. “Mian, aku tak bisa. Banyak tugas yang harus ku selesaikan,
ayolah kalian berdua juga tak apa kan?”
“Ye, Luhan ada benarnya, apa begitu
sulit pergi hanya denganku. Aku tak akan berbuat macam-macam padamu!” kata jin
dengan suara lembutnya itu.
“Arasseo, aku pergi!” terpaksa, itulah
yang dirasakan Suzy saat ini.
>>
Tepat pukul 8 malam, sesuai rencana
Jin menjemput Suzy dirumahnya, Suzy dan Luhan juga dari keluarga berada, orang
tua mereka saling bersahabat itu juga yang membuat mereka seperti kakak dan
adik. Malam ini, Jin benar-benar tampan dengan memakai kemeja merah maroon dan
celana jeans yang begitu pas di badannya itu. sedangkan Suzy…? Dia hanya memakai rok pendek,
dan baju kaos yang di selimuti mantel. Tampilan yang sesuai dengan sifatnya
yang cuek dan dingin jika tak lagi bersama dengan Luhan.
“Kau terlihat cantik malam ini!” kata
Jin mengagumi yeoja yang ada di hadapannya kini walaupun Suzy hanya memakai
pakaian santai seperti itu.
“Ahk, kamsahabnida!”
Di perjalanan tak ada pembicaraan
antara mereka, mereka hanya diam mendengarkan music yang terputar <|Because
love grows –Yoo Sung
Eun|>
Sampai mereka di bioskop dan menonton
film seperti orang kebanyakan. Tak ada yang special malam ini bagi Suzy, tapi
tidak untuk Jin dia benar-benar bahagia bisa bepergian hanya berdua dengan
Suzy.
>>
Waktu berlalu begitu cepat, Dongkook
International University kedatangan mahasiswa baru, Himchan, Gikwang dan
Jiyeon. Mereka adalah murid dari universitas lain yang masuk ke Dongkook
university karena prestasi mereka. Himchan yang berkepribadian ramah, lembut,
baik, semua kepribadian malaikat ada padanya. Lain hal dengan Gikwang dan
Jiyeon yang berbanding terbalik dengan himchan, arogan, dingin dan tak
bersahabat itulah sikap yang mereka tunjukkan semejak masuk di Dongkook
university.
Tak banyak orang yang bisa mendekati
mereka, mungkin hanya orang-orang tertentu seperti Suzy yang bisa berteman
dengan Jiyeon karena sifat mereka 11/12 hampir sama. Cold person!!
Gikwang, dia sebenarnya bisa dengan
cepat membaur dengan orang yang baru dia temui hanya saja dia terlalu sibuk
dengan kegiatan dance nya hingga tak banyak waktu untuk berkenalan dengan
mahasiswa yang lainnya.
“Chogiyo!” panggil Himchan pada
Gikwang yang duduk di koridor kampus sembari mendengarkan lagu.
“Wae?” tanyanya dengan cuek.
“Apa kau tertarik ikut dalam kelompok
kami? kami dari kelompok dance, kebetulan aku juga anak baru, dan ada yang
bilang kau sangat jago dalam dance. Hanya saja kegiatan kami tak hanya dance,
disini kami dance sambil bernyanyi.” Terang Himchan panjang lebar.
“Aku tak tertarik!” jawab Gikwang,
benar-benar dingin.
“Ayolah, kami kekurangan satu orang
dan menurutku kau cocok!” Himchan masih berusaha membujuk manusia yang satu
ini.
“Baiklah, aku akan pikirkan hal ini,”
kata Gikwang berpaling meninggalkan Himchan. Himchan tak habis pikir ada orang
seperti Gikwang.
Himchan masih terpaku di tempat itu
melihat Gikwang meninggalkannya, “Omo,
ini anak benar-benar! Apa aku harus memiliki teman sepertinya?” Benak
Himchan.
“Anak baru! Apa yang kau lakukan?”
sapa Luhan pada Himchan.
“Hey, Luhan-ssi! Apa kau tertarik ikut
kelompok dance seperti ini ?” Himchan memberi Luhan selebaran brosur.
Langsung saja Luhan tersenyum dan
mengembalikan brosur itu, “Aku tak cocok untuk ini, carilah orang lain.
Fighting ne, sangat susah mencari orang seperti itu di kampus ini!” Luhan
memberikannya semangat.
“Oppa!” panggil Suzy menghampiri
mereka. “Ahk, kebetulan ada Himchan oppa disini, ini undangan untukmu!”
“Eoh??? Ulang tahun Luhan?” kata
Himchan tersenyum.
“Mwo? Ulang tahun ku??” tentu saja,
begitulah ekspresi Luhan yang tahu itu adalah Undangan untuk perayaan ulang
tahunnya yang bahkan dia sendiri tak tahu.
“Suzy…!!”
“Datanglah, pintu rumah Luhan oppa
terbuka untuk semua orang disini!” teriak Suzy.
Luhan menarik napas, “Baiklah, besok
rumah ku akan kedatangan pengunjung-pengunjung baru!”
“Itu akan jadi pesta yang
menyenangkan, aku akan datang!” kata Himchan. “Aku ada urusan, aku pergi ne!”
katanya lagi.
“Mian oppa, aku tak memberitahumu!” kata
Suzy lagi-lagi menggandeng Luhan dengan eratnya.
“Kau ini! Ini begitu mendadak
bagaimana kita mempersiapkannya, hanya berdua?” ucap Luhan mengacak rambut
Suzy.
“Tenang saja, oppa tak perlu repot
membantu kami!”
“Kami? Nugunde?”
“Ah, itu… Eomma,
Jiyeon, dan Jin oppa, sudah menyiapkan semuanya!” terang Suzy penuh keyakinan.
20 April 2014
Hari ini tepat, di hari ulang tahun
Luhan. Rumahnya pun telah di penuhi orang-orang yang berwujud seperti malaikat,
cantik dan tampan. Hanya perayaan sederhana, Luhan memang tak ingin mengadakan
pesta yang terlalu berlebihan. Jiyeon, Himchan, Jin, Gikwang, dan beberapa
teman kelasnya terlihat akrab satu sama lain, saling bercanda.
Tak lama Suzy jatuh pingsan tak
sadarkan diri, kini tubuhnya tergeletak lemah dipangkuan Jin. “Suzy-ssi…” teriak Jin sambil terus
menggerak-gerakkan badan Suzy berharap dia akan tersadar lebih cepat.
“Suzy, sadarlah! Suzy-ah!” ucap Jiyeon
menepuk-nepuk pipi Suzy pelan.
“Yaa, hentikan! Kalian tak tahu
apa-apa jadi, lebih baik kalian bawa dia ke mobil!” seru Luhan panik, membuat
semua orang yang ada disana sangat terkejut, melihat Luhan meneteskan air
matanya sambil terus memeluk Suzy.
(Dalam perjalanan ke Rumah sakit)
“Suzy-ah, sadarlah! Jangan membuatku takut!” kata Jiyeon tak
terasa air matanya menetes begitu saja, baginya kini Suzy menjadi teman
terbaiknya, tentu saja melihat Suzy tak sadarkan diri seperti ini membuatnya
sedih dan ikut merasakan sakit.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Jin pada Luhan yang
serius mengemudi.
Luhan tak menjawab pertanyaan Jin
tadi, dia benar-benar kaku dan tetap serius mengemudi. Di mobil yang terpisah,
Himchan juga terlihat khawatir dengan keadaan Suzy, tapi tidak dengan Gikwang.
“Apa kau bisa diam?” pinta Gikwang pada Himchan yang sejak tadi gelisah.
“Bagaimana bisa kau bilang seperti itu, sementara teman kita
itu dalam keadaan tak baik?” tanya Himchan dengan sinis.
“Aku juga khawatir, tapi tak
sepertimu! Kau terlalu berlebihan,” lagi-lagi Gikwang bersikap dingin.
“Aish, berbicara denganmu sama saja
aku sedang berbicara dengan bayanganku sendiri. Yang tak akan sepaham
denganku!” Himchan mulai menutup mulutnya.
Hingga akhirnya mereka sampai di Rumah
sakit, dengan cepat Suzy di bawa ke ruang ICU. Di hari ulang tahun Luhan,
mengapa ini bisa terjadi? Itulah yang kini Luhan pertanyakan, kenapa dia harus
mengalami hal ini lagi.
-Flashback-
Sewaktu mereka kecil, mungkin tepatnya
di bangku sekolah menengah pertama di tahun pertamanya sekolah. Mereka
mengikuti kegiatan ospek untuk para siswa baru. Saat itu Suzy datang terlambat
dan harus di hukum oleh senior nya. Berlari 5 putaran lapangan basket yang
lumayan luas itu. Baru 3 putaran dia berlari, Suzy jatuh pingsan dan di larikan
ke Rumah sakit. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan, Suzy mengidap penyakit,
kerusakan di salah satu jantungnya, ketika lelah dia akan drop dan penyakitnya
itupun kambuh kembali.
Luhan yang melihat Suzy terjatuh saat
itu, tentu tak terima bahkan dia dengan beraninya memukul seniornya, yang
menghukum Suzy. Alhasil, Luhan mendapat masalah dan mendapat teguran dari
kepala sekolah. Tak pikir panjang, dia dan Suzy di pindahkan ke sekolah lain
karena hal itu. sejak saat itu Luhan terus menjaga Suzy, dia tak ingin melihat Suzy
kembali jatuh tak sadarkan diri.
-Flashback end-
Air mata Jiyeon tak kunjung berhenti,
dia tak tahan melihat Suzy yang tak kunjung sadar. Himchan terus mengelus
punggungnya sambil terus menghapus air mata Jiyeon. Jiyeon yang arogan kini
menjadi yeoja yang gampang tersentuh dan bersedih.
“Luhan-ssi!! Gwaenchanha, Suzy akan
baik-baik saja!” Gikwang menenangkan Luhan.
“Apa kau tak salah? Kau baru saja
berbuat baik, tak seperti biasanya!” ungkap Himchan, Gikwang langsung manyun.
“Nde, aku tak tahan melihatnya
begini!” Gikwang pun duduk di sebelah Luhan.
Saat itu Jin tak bisa berkata apa pun, dia sama terpukul nya
dengan Luhan. Rasa cinta Jin semakin besar seiring dia mengenal Suzy. Hingga
dia tahu Suzy ternyata sedang sekarat, dari keceriaannya ternyata terselip
kepedihan di hatinya.
>>
Hari berlalu begitu cepat, sudah seminggu setelah kejadian
itu. suzy masih tak sadarkan diri hingga saat ini, Luhan dan Jin terus menemani
Suzy di rumah sakit, mereka menjaga Suzy secara bergantian. Mereka begitu
menyayangi Suzy, tak hanya mereka Jiyeon juga terus berada di samping Suzy,
akhir-akhir ini jiyeon terus di dampingin oleh Himchan.
“Jiyeon-ah, apa kau lapar? Aku belikan makanan ya!” Himchan
sedikit prihatin dengan keadaan Jiyeon akhir-akhir ini makannya tak teratur,
dan wajahnya kelihatan semakin tirus.
Jiyeon menggeleng, “Anio, tak usah, gwaenchanhayo oppa!” kata
Jiyeon. Jiyeon kelihatan begitu manis ketika memanggil Himchan dengan sebutan
“Oppa”. Sepertinya benih-benih cinta di antara mereka telah tumbuh. ya memang
masih sekecil tunas, tapi cinta itu akan terus bertambah.
“Baiklah, aku akan disini menemanimu!” ucap Himchan, duduk di
sebelah Jiyeon.
“Andwe oppa, kau pulang saja! Oppa pasti lelah kan, terus
menemaniku!” bujuk Jiyeon pada Himchan.
“Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, Jiyeon-ah!”
“Heh, aku masih mau disini!” Jiyeon menggenggam tangan Suzy.
Tiba-tiba Luhan dan Eomma nya datang, “Pulanglah, aku akan
menjaganya!” seru Luhan pada dua orang ini.
“Baiklah, kalau ada apa-apa kabari aku!” pinta Jiyeon yang
langsung berdiri dari tempat duduknya. Tentu saja Himchan ikut melangkah keluar
bersama Jiyeon.
“Kamsahabnida, telah menjaga Suzy kami!” kata Eomma Luhan.
“Nde ajhumma!” ucap Himchan dan Jiyeon secara bersamaan sambil
menundukkan kepala memberi hormat.
“Hari-hari begitu sunyi tanpa mendengar suara Suzy, ya kan?”
tanya Eomma Luhan.
“Tentu saja, bagaimana tidak? Tak ada yang merengek-rengek
kepadaku lagi, tak ada suara yang memanggilku “Luhan oppa” dan tak ada yang
menggandengku begitu erat selain Suzy!” terang Luhan, mendengar cerita Luhan,
eomma nya hanya bisa tersenyum di balik kesedihannya, menyapu bahu Luhan.
Ttokk ttokk!!
Terdengar ketukan pintu dari luar, ternyata Jin dan Gikwang
yang datang. “Kalian, masuklah!” ajak Luhan.
“Nde, hmm…
Luhan-ssi! Hari ini battle dance kami!” ucap Gikwang sedikit ragu-ragu.
“Terus apa hubungannya denganku?” tanya Luhan.
“Kami kekurangan orang, jadi aku berharap kau dan Jin bisa
membantu kami! eotteohke?” kata Gikwang penuh harapan.
“Aku tak mungkin meninggalkan Suzy sendiri, orang tua Suzy
sedang tak ada di Seoul!”
“Pergilah, biar eomma yang menjaga nya!” kata Eomma Luhan yang
mendengar pembicaraan mereka.
“Tapi…”
“Pergilah!” bujuk eomma nya.
“Baiklah, jika ada apa-apa beritahu aku!” pinta Luhan, eomma
hanya mengangguk.
Mereka pun segera pergi, Jin masih terpaku berdiri di tempat
itu memandangi wajah pucat Suzy. “Aku
berharap setelah ini, kau akan sadar Suzy-ssi, nae jeongmal saranghae!” batin
Jin. Dia segera berlari menyusul kedua temannya itu.
Setelah sampai disana, telah ada Himchan di temani Jiyeon yang
telah bersiap-siap. “Bagaimana dengan kami?” tanya Jin dengan wajah polosnya.
“Ini hanya battle dance, jadi kalian bisa breakdance atau
apalah!” kata Gikwang, Himchan yang mendengar hanya mengangguk.
“Dance Uh, jinjja, aigo!” kata Luhan, Jin tersenyum
melihatnya.
45 menit berlalu, sepertinya battle dance mereka berjalan
dengan baik. “Aku tak tahu kalian sehebat ini!” puji Jiyeon menghampiri mereka.
“Waktu di sekolah menengah atas, aku sempat mengikuti kegiatan
dance seperti ini, jadi lebih muda bagiku!” ungkap Jin.
“Kenapa kau tak bergabung dengan kami!” ajak Gikwang.
“Akan aku pikirkan!” kata Jin.
“Bagaimana dengan Luhan, kau juga hebat!” puji Himchan.
“Temanku yang mengajarkan gerakan itu, namanya Oh Sehun!” ucap
Luhan, masih di selimuti kekhawatiran.
“Apa dia juga siswa di Dongkook University?” tanya Jiyeon.
“Ani, dia sekarang di Jepang!”
…
Tak lama, ponsel Luhan berdering, itu telpon dari eomma nya!
Luhan : “Nde, yeoboseyo omonim?”
Luhn
eomma : “Luhan-ah, Suzy sudah sadar,
cepatlah kemari!”
Luhan : “Mwo? Jinjja, baik aku akan segera kesana,
aku tutup!”
…
“Waeyo Luhan-ah?” tanya Jiyeon.
“Suzy… Suzy
sudah sadar!” kata Luhan benar-benar gembira. Dengan cepat mereka segera pergi
menuju rumah sakit.
>>
“Suzy-ah,,, nan jeongmal bogoshipo!” jerit Jiyeon menghampiri
Suzy dan langsung memeluknya. Yang lain ikut senang dan tertawa kecil melihat
tingkah Jiyeon yang benar-benar berbeda jauh dari jiyeon yang pertama kali
mereka lihat.
“Nde, nado bogoshipda jiyeon-ah!” kata Suzy dengan suara
parau.
Luhan duduk di sisi ranjang Suzy, tentu saja Suzy sangat
merindukan dirinya. Di peluknya Luhan dengan erat, sambil berkata, “Oppa, aku
sangat merindukanmu, aku kira aku tak bisa melihat oppa lagi!”
“Tentu saja itu tak akan terjadi, aku akan selalu ada untukmu,
aku akan menjadi bonekamu!” kata Luhan mengusap lembut rambut halus Suzy.
“Apa aku sedang menyaksikan scene drama yang sedang booming
akhir-akhir ini?” decik Gikwang tentu dengan ekspresi -_-!!””
Jin tak bicara sepatah katapun, dia hanya tersenyum kecut
memandangi Suzy yang begitu akrab dengan Luhan. “Bersikap normal lah, kau tahu
kan mereka sejak kecil sudah bersama, jadi tenanglah!” bisik Himchan seakan
telah mengetahui semua hal tentang mereka.
“Ye, arasseoyo!” kata Jin, dia pun seketika berpaling, berniat
pergi, tapi Suzy mengetahuinya, “Jin oppa, kau akan pergi?” ucap Suzy, suaranya
masih terdengar serak dan lemah.
“Ah, aku akan membeli minuman untuk yang lainnya, tak lama!”
jawab Jin.
“Dia benar-benar baik!” kata Himchan mengacungkan ibu jari
nya.
“Ahk, oppa juga tak kalah baik!” ungkap jiyeon tersipuh malu.
“Omo, “Oppa”? Wah, sepertinya aku tidur terlalu lama, banyak
hal yang berubah drastis!” Suzy menghela napasnya, dia masih perlu banyak
beristirahat.
“Beristirahatlah, jadi kau cepat kembali masuk kuliah!” kata
Jiyeon menyelimuti tubuh Suzy dengan selimut tebal.
“Eoh? Ok, gomapta Jiyeon-ah!” kata Suzy, Jiyeon hanya membalas
dengan tersenyum.
Perlu beberapa hari untuk memulihkan kesehatan Suzy hingga dia
dapat kembali masuk kuliah, hari ini kesehatannya sudah lebih membaik dari
hari-hari kemarin. Suzy tak pernah lepas dari pengawasan Luhan. Luhan terus
menemaninya, ke kantin, di kelas, ke perpustakaan dan mungkin hanya satu tempat
dia tak dapat menemani Suzy, Toilet, itulah tempatnya.
“Apa oppa tak lelah?” tanya Suzy, merasa risih karena harus
terus di jaga oleh Luhan.
“Aku akan lelah, jika kau kembali sakit!” gumam Luhan dengan
wajah kesalnya.
Lalu Luhan langsung menggenggam tangan Suzy, “Semua akan
baik-baik saja, jika kau terus bersama ku, cobalah untuk menurut!” pinta Luhan.
“Eoh? Gendae, oppa!”
“Ahk, aku baru ingat, malam ini kita makan diluar ya!” ajak
Luhan.
Suzy mengangguk, “Apa hanya kita berdua?”
“Aah, tentu tidak, yang lain juga akan ikut, karena battle
dance kami sukses!”
“Mwo? Battle dance? Oppa ikut battle dance, wah sayang sekali
aku tak bisa melihat oppa!” kata Suzy, cemberut.
“Karena kau sudah baikan, aku tak akan ikut seperti itu lagi!”
kata Luhan melangkah pergi, Suzy masih terlihat cemberut ditambah perkataan
Luhan tadi.
(Malam hari)
Semua telah berkumpul, dan terlihat akrab saling bercanda
gurau. Gikwang memperlihatkan gerakan dance nya bersama Himchan, Jiyeon yang
melihatnya berteriak histeris melihat Himchan yang benar-benar keren.
“Oppa, aku rela memberikan hatiku untukmu!” teriak Jiyeon, ah
benar-benar bukan gaya Jiyeon yang dulu.
Himchan menghampiri Jiyeon dan memberikannya seikat bunga yang
di rangkai dengan indah, “Untukku?” mata Jiyeon terlihat bulat, dia begitu
terkejut dengan tindakan Himchan yang romantis ini.
“Tentu, apa kau tak mau, baiklah bunga ini untuk Suzy saja!”
“Ah,, ah, andwe! Oppa bilang ini untukku!” kata Jiyeon menarik
lagi bunga yang akan Himchan berikan pada Suzy.
“Jadi lah kekasihku!” kata itu spontan keluar dari mulut
Himchan.
“Eoh?” decik yang lainnya. Jiyeon diam terpaku ^_^
“Nan jeongmal saranghae, otteyo?” tanya Himchan mendekatkan
wajahnya kearah Jiyeon.
Jiyeon terdiam sejenak, seketika dia langsung mengecup bibir
Himchan, tentu saja Himchan benar-benar tersipuh malu, dia terdiam kaku, pipi
nya pun mulai memerah. “Yaa, apa ini?” teriak Gikwang tak menyangkah.
“Nado, joah-e!” kata Jiyeon pelan.
Yang lain ikut terdiam, dan ikut terkejut sama dengan Himchan.
Mata mereka tak berkedip satu kalipun, ini di luar pikiran mereka. Tak lama,
suara tepukan terdengar, ahk itu tepukan Gikwang.
“Omo?” kata Suzy sambil menutup kedua wajahnya terkejut.
“Wah, itu terlalu cepat, apa bisa di ulang?” ucap Luhan dengan
gurauannya, Suzy pun langsung mencubit pipi Luhan. “Mwo, oppa! Maksud oppa
apa?” jerit Suzy.
“Eoh? Ani.. aku tak sungguh-sungguh!!” kata Luhan.
Tak lama makanan yang mereka pesan pun datang, mereka mulai
melahap semua makanan yang ada dihadapan mereka. Sambil terus berbincang, malam
itu pemandangan malam begitu indah. Entah mengapa, Jin akhir-akhir ini tak
banyak bicara. Dia hanya mendengarkan orang berbicara, dan malam itu tak ada
satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Hingga, malam itu terlewat begitu
saja.
Pukul 6 pagi, hari libur membuat semua orang malas untuk
bangun lebih awal. Tapi, tidak dengan Suzy. Diam-diam dia keluar rumah membawa
sepeda yang sebenarnya dia tak tahu cara mengendarainya. Dia tak bersama Luhan
pagi itu, dia masih menuntun sepedanya
hingga taman. Dari kejauhan kelihatan seorang namja berperawakan tinggi yang
sudah menanti kedatangan Suzy disana, tak lama dia tersenyum dan melambaikan tangan,
ahk ternyata dia Jin.
-Flashback-
Setelah makan, mereka pun pulang. Tentu Suzy pulang bersama
Luhan, karena rumah mereka searah, dan itu juga memang sudah tugas Luhan untuk
menjaga Suzy. Di perjalan Suzy mengirim pesan yang tertuju untuk Jin.
_ To :
Jin-ge!
Bsok
lbur, aku ingin bersepeda tpi aku tak tahu caranya.
Apa oppa
mau mengajariku bsok pagi?
Tak lama Jin membalas pesan dari
Suzy.
_ From : Jin-ge!
Tentu,
aku akan mengajarimu. Kalau begitu aku akan menunggu mu di taman bsok pagi.
_ To : Jin-ge!
Ye,
gomapta oppa! J
>>
“Apa oppa menunggu lama, mianhae!” kata Suzy menghampiri Jin.
“Anio, aku juga baru datang!”
“Baguslah, ayo oppa, ajari aku!” pinta Suzy.
Entah apa yang sedang Suzy pikirkan, dia sebenarnya sangat
takut naik sepeda, naik sepeda bersama Luhan pun dia takut, tapi kini dia
benar-benar berani. Sedikit demi sedikit Suzy mulai bisa mengkayuh sepedanya
sendiri tanpa bantuan Jin. “Oppa, oppa, aku bisa!” teriak Suzy.
Belum lama terdengar suaranya, dia pun terjatuh karena
menabrak tiang lampu yang ada di taman itu. jin segera berlari menghampiri
Suzy, yang mulai meringis kesakitan persis sewaktu dia masih kecil.
“Ahk, ini sangat perih!” jeritnya lagi.
“Eotteohke, kita pulang saja ya, kita obati luka mu saat
sampai di rumahmu!” ajak Jin, Suzy hanya mengangguk.
Jin menggendong Suzy pulang sambil menuntun sepedanya. Mungkin
karena begitu lelah, Suzy tertidur sambil terus memanggil nama Luhan.
“Luhan-ah, Luhan oppa!”
“Apa kau
benar-benar menyukainya, lebih dari sahabat?” benak Jin, wajahnya mulai
memelas, dia tak ingin berpikir negative tentang hal itu, tapi bagaimana pun
dia seorang namja yang begitu gampang cemburu.
Butuh waktu 15 menit, hingga mereka sampai tepat di depan
rumah Suzy. Dan tepat pula Luhan sudah menunggu kedatangan mereka, dengan wajah
yang penuh dengan kekhawatiran . “Yaa, kalian dari mana saja?” tanya Luhan.
“Suzy ingin bermain sepeda, jadi aku menemaninya!”
“Sepeda? Bukannya dia sangat takut naik sepeda?” Luhan
terlihat bingung.
“Suzy-ssi, bangunlah kita sudah sampai!” Jin mulai
membangunkannya yang tertidur dalam gendongannya.
Luhan mulai panik, dia pun menepuk-nepuk wajah Suzy dengan
pelan sambil terus memanggilnya, “Suzy-ah, Suzy!! Ireona!!” tak ada respon Suzy
masih terus tertidur, ani, dia masih tak sadarkan diri.
“Apa mungkin dia pingsan?” tanya Jin langsung membawa Suzy ke
kamarnya.
“Bagaimana bisa ini terjadi lagi!!” gumam Luhan.
“Mianhae luhan-ah, aku tak bisa menjaga nya dengan baik!”
“Tak apa, dia akan baik-baik saja!”
“Apa perlu membawanya ke rumah sakit? Aku takut jika di diamkan
saja, ini akan lebih parah!” tawar Jin.
Tanpa pikir panjang mereka segera membawa Suzy pergi, menuju
rumah sakit. Lagi-lagi Suzy masuk ruang ICU, keadaannya tak stabil saat ini.
Jantungnya semakin lemah, kemungkinan keadaannya sekarang, keadaannya memburuk.
“Dokter bilang, Suzy harus segera di operasi, rumah sakit pun
sedang mencari pendonor jantung yang pas
untuknya,” terang Luhan pada kesemua kawannya yang sudah berada di luar ruang
ICU, mereka masih belum bisa melihat keadaan Suzy secara langsung.
“Aku tak yakin ini akan mudah, Suzy, kenapa ini harus menimpa
dirinya?” gumam Jiyeon.
“Tak ada yang tahu itu akan terjadi, memangnya kau bisa
mengatur apa yang akan terjadi padamu kedepannya?” kata Gikwang, membuat Jiyeon
tercengang.
“Aku tak
bisa mengatakan apa-apa lagi saat ini, jika ada yang bisa ku lakukan untukmu
aku akan melakukannya sekarang Suzy-ssi. Mianhae, karena aku keadaanmu semakin
memburuk. Aku hanya ingin merasakan kebahagiaan bersamamu, walaupun itu hanya
sehari, sejam pun aku akan merasa sangat bahagia, Suzy-ssi Mianhae! Jeongmal
saranghaeyo!” batin Jin, matanya mulai berkaca-kaca, dia
benar-benar merasakan penyesalan yang mendalam, dan terus menyalahkan dirinya.
Luhan duduk terpaku disamping Jin, begitu juga dengan Jin yang
terus memandangi lantai kosong di hadapannya. “Mianhae, mianhae… ini semua karena kesalahanku!”
ucap Jin dengan pelan.
Luhan pun langsung merangkul Jin dengan hangat, “Ani, ini
bukan kesalahanmu, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri!”
“Itu benar, itu tak ada gunanya!” sahut Himchan.
“Hmm,, baiklah, aku akan keluar sebentar!”
“Kau mau kemana?” tanya Jiyeon.
“Mungkin membeli minuman untuk kalian.”
“Aku ikut!” jiyeon pun ikut bersama Jin keluar, yang berniat
ingin membeli sebuah minuman untuk dia dan yang lainnya.
“Kita hanya bisa berharap yang terbaik untuk Suzy, kau jangan
seperti itu!” Jiyeon mulai mengajak Jin berbicara, sejak tadi mereka hanya
diam.
Sejenak Jin duduk di sebuah bangku di bawah pohon rindang yang
ada di halaman rumah sakit. Dia terus memandangi langit biru yang bersih. Tak
lama dia memberikan selembar kertas, ya, itu sebuah surat. Dia menitipkan
sebuah surat kepada Jiyeon, yang tertuju untuk Suzy. Entah, apa arti itu semua.
“Aku akan keseberang jalan membeli minuman soda, kau tunggu di
sini saja ya!” kata Jin pada Jiyeon, jiyeon hanya menurut.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara teriakan..
“Jebal, andwe!”
“Jin-ah…!!!”
…
…
…
BRUKK!!!
…
…
…
Kecelakaan pun terjadi pada Jin, yang berniat kembali
menghampiri Jiyeon. Jiyeon benar-benar kaget, melihat Jin ditabrak mobil tepat
di hadapannya.
“Tolong, tolong!!” Jiyeon terus berteriak pada semua orang
agar membantunya, membawa Jin kerumah sakit, yang berada di seberang jalan.
Jin ikut masuk ruang ICU, keadaannya sangat kritis. Bahkan
dokter menyimpulkan, dia takkan bisa diselamatkan. Tabrakan tadi, membuat Jin
kehilangan banyak darah. Sangat langka mencari golongan darah yang sama
sepertinya.
Jiyeon masih terus menangis dalam pelukan Himchan,
“Gwaenchanha!!” Himchan mencoba menenangkannya.
“Jin, dia seakan memang akan pergi meninggalkan kita, aku
takut!!” bisik Jiyeon.
“Bagaimana bisa kau bicara seperti itu?” kata Luhan, masih
menatap pintu ruang ICU itu.
“Sebelum dia mengalami kecelakaan itu, dia sempat menitipkan
surat ini padaku, surat untuk Suzy!”
“Eoh? Benar-benar mustahil, apa yang Jin pikirkan sebenarnya!”
kata Gikwang.
Tak lama, seorang dokter yang menangani Suzy datang menemui
mereka, “Ada kabar baik mengenai saudara Suzy!”
“Nde, apa itu?” kata Luhan.
“Sudah ada pendonor jantung yang pas untuknya, keadaan
pendonor itu pun sedang kritis. Setelah di periksa ternyata dia termasuk
kedalam daftar pendonor jantung, jika terjadi sesuatu dengannya maka dia bisa
mendonorkan jantungnya!” terang Dokter itu.
Awalnya mereka tersenyum, tapi setelah mendengar ternyata
pendonor itu juga dalam keadaan kritis, mereka pun terdiam kaku. Mereka sudah
bisa menebak hal itu, pendonor itu pasti Jin, teman mereka sendiri yang selama
ini mencintai Suzy.
“Wae, waeyo!! Kenapa ini terjadi pada mereka, ini benar-benar
tak adil!” teriak Jiyeon tak terima melihat kedua sahabatnya itu dalam keadaan
sekarat saat ini.
>>
Beberapa bulan kemudian…
“Oppa!! Apa kau bisa membelikan topi itu untukku!” terdengar
suara Suzy yang mulai lagi merengek pada Luhan.
“Nde, aku akan membelikan itu untukmu!”
“Ahk, oppa kau baik sekali. Jika terus seperti itu, aku akan
terus menyayangimu!” seru Suzy.
“Eoh? Apa kau sedang mencoba menggodaku? Apa aku kekasihmu,
aku pikir lebih baik jika aku menjadi kakak untukmu!” kata Luhan bergurau,
sembari memasangkan topi pada Suzy.
“Mwo?? Yaa, oppa!! Apa kau tak ingat!”
“Ingat apa, ingatanku sedang tidak baik akhir-akhir ini.”
“Nanti saja aku akan memberitahu oppa, setelah oppa membelikan
ice cream yang ada di taman waktu itu.”
“Baiklah, kajja!!” Luhan dan Suzy pun segera pergi menuju
taman dimana mereka sering menikmati ice cream bersama.
Kini mereka sedang duduk bersama sambil menikmati ice cream.
“Oppa, apa kau benar-benar lupa?”
“Nde, palli! Beritahu aku, apa itu?”
-Flashback-
Setelah operasi, butuh beberapa jam menunggu hingga Suzy
tersadar. Ketika dia tersadar semua orang tersenyum melihatnya. Mereka masih
menyembunyikan hal mengenai Jin.
“Apa kau beristirahat dengan baik?” tanya Jiyeon mengelus
rambut Suzy.
“Nde, tapi ini melelahkan!” kata Suzy, suaranya terdengar
parau seperti hal-hal yag sudah terjadi.
“Istirahatlah, itu akan membuatmu lebih baik, jangan banyak
bicara!” seru Luhan.
“Ye, istirahatlah. Kami akan keluar, sampai jumpa, Suzy-ssi!”
kata Gikwang.
“Pai… pai…” Himchan melambaikan kedua
tangannya, Suzy hanya bisa tersenyum melihat tingkah kekanakan Himchan.
Setelah beberapa hari setelah dia sadarkan diri, Suzy mulai
membaik. Wajahnya pun tak terlihat pucat lagi. “Beberapa hari ini aku tak
meihat Jin oppa, dia kemana?” tanya Suzy, Luhan pun hanya terdiam membisu.
“Apa yang
harus aku katakana padanya!” benak Luhan.
“Oppa, apa kau mendengarkanku?”
“Nde? Ne, aku mendengarnya. Suzy kau tahu kan sekarang sudah
ada Jantung baru ditubuhmu?”
“Ye, nae ara! Mwo?”
“Ini, ada surat untukmu! Bacalah, aku akan keluar dulu!”
Suzy pun perlahan membuka surat itu, setelah melihat Luhan
menutup pintu. Dibukanya surat itu dengan pelan, tangannya ikut gemetar.
Aku tak
tahu, apa perasaan ini benar atau tidak. Yang ku tahu, aku benar-benar
mencintai yeoja bernama Suzy. Saat melihatnya terbaring tak berdaya, hati ini
benar-benar sakit. Aku terus mencari cara agar dapat membantunnya, mungkin
hanya dengan ini aku bisa membantunya.
Suzy-ssi,
aku benar-benar bahagia saat kau mengajakku untuk mengajari mu naik sepeda.
Walau hanya sebentar bahkan tak sampai sehari aku bersamamu aku benar-benar
bahagia. Tapi, karena ku juga yang tak bisa menjagamu dengan baik, akhirnya kau
kembali menanggung rasa sakit itu.
Suzy-ssi,
apa kau mengira selama ini aku hanya bergurau mencintaimu? Ini memang lucu,
bagaimana bisa aku menggantikan Luhan di hatimu. Karena aku tahu, Luhan
segalanya untukmu. Bahkan ketika kau bersamaku, nama Luhanlah yang keluar dari
mulutmu, ini menyakitkan buatku. Tapi, aku berpikir kalian memang cocok. Aku
beritahu padamu, Luhan juga mencintai mu!!! Hanya ini yang bisa kulakukan untuk
melihatmu bahagia. Saranghae… ©
Jin
Wajah Suzy sudah di penuhi dengan balutan air matanya. “Omo?
Suzy-ah, kau kenapa?” tanya Luhan yang tiba-tiba datang.
Suzy mulai menangis, “Jin oppa, mana dia?”
Luhan meraih tangan Suzy, meletakkan tangan Suzy tepat di mana
jantung Jin sekarang berada. “Dia ada disini, melekat pada dirimu!”
Mendengar perkataan Luhan, suara tangis Suzy semakin terdengar
diruangan itu. Luhan pun memeluknya. “Gwaenchanha, Suzy-ah. Ini memang tak
mudah untukmu.”
Suzy terus memeluk Luhan, dia tak kunjung melepaskan pelukan
Luhan. “Oppa, apa kau mencintaiku?” bisik Suzy.
Luhan terus berusaha melepaskan pelukan Suzy, “Eoh? Apa yang
kutahu tentang cinta? Aku tak tahu mengenai cinta.”
“Jeongmal? Tapi wajah oppa, sepertinya tak bilang seperti
itu.”
Luhan berbalik tak ingin melihat wajah Suzy, “Oppa, naega
jeongmal saranghae!” ucap Suzy pada Luhan
Luhan masih belum berbalik, “Apa selama ini oppa tak pernah
memiliki perasaan itu padaku?” suzy masih terus bertanya pada Luhan.
Luhan mulai berbalik, mendekat kearah Suzy, diapun langsung
memeluk Suzy. “Nado! Saranghae!” kata Luhan dengan singkatnya.
Suzy tersenyum, “Gomapta,
Jin oppa, aku akan terus mengangatmu! Aku juga senang bisa mengenal dirimu!” batin
Suzy.
Lalu, Luhan pun memberikan ciumannya pada Suzy, itu adalah
ciuman kedua mereka.
-Flashback End-
Air mata Suzy sudah membasahi wajahnya, karena mengingat Jin. Luhan
mulai mengusap air mata Suzy, dan memberikan pelukan yang biasa dia lakukan.
Sejenak mereka hanya terdiam. Suzy mulai tersenyum kembali, karena mengingat
saat Luhan memberikan ciuman untuknya.
“Apa oppa ingat ciuman pertama kita?” tanya Suzy malu-malu.
Wajah Luhan mulai memerah, “Eoh? Itu pertanyaan yang tak
seharusnya kau tanyakan!”
“Jawablah, apa oppa masih ingat?”
Dengan ragu Luhan menjawab, “Tentu saja aku ingat, itu ketika
kita di tahun pertama di bangku menengah pertama.”
“Terus?”
“Setelah kau sembuh, kau meminta untuk bermalam di rumahku dan
ingin tidur di kamarku. Sewaktu kecil saja kau sudah berpikir seperti itu, kau
memintaku untuk menemanimu tidur, aku tak mau tapi kau terus memaksaku. Dan
akhirnya, kau menarikku dan akhirnya bibir kita pun saling bersentuhan!” ungkap
Luhan.
Suzy mulai tertawa kecil, “Apa saat itu kita ciuman?” kata
Luhan.
“Oppa!!” jerit Suzy.
“Jika aku melakukannya lagi, kira-kira itu ciuman keberapa
kita?” tanya Luhan.
“Eoh?” mata Suzy melotot, terus memadangi Luhan.
“Suzy-ah, kau makan ice cream seperti anak kecil! Aku akan
membersihkannya,” kata Luhan yang langsung mencium Suzy, tentu saja Suzy begitu
terkejut sampai-sampai ice cream yang dia pegang terjatuh.
Butuh waktu yang lama untuk Luhan melepas gelutan bibirnya
dari bibir Suzy. “Kau benar-benar licik!”
“Mwo? Licik, tapi kau suka kan?”
Suzy hanya tersenyum, bahkan dia berpikir akan melakukan hal
itu setiap hari jika mereka sudah menikah nanti. “Kapan kau akan melamar ku?”
tanya nya pada Luhan.
Tiba-tiba Luhan tersedak, dia sedikit kaget karena suzy
menanyakan hal itu begitu cepat. “Kita baru menjalin hubungan sekitar 2 bulan,
apa tak begitu cepat kau menanyakan hal seperti itu?”
“Aku hanya penasaran saja! Tak perlu kau pikirkan!”
Luhan langsung meraih kedua tangan Suzy, “Percayalah, aku akan
benar-benar menikahi mu. Sebenarnya sekarang pun kita bisa menikah, tapi aku
belum memiliki apa-apa untuk membahagiakanmu. Jadi, bersabarlah!!” kata Luhan,
Suzy yang mendengar hal itu hanya bisa mengangguk dan begitu tersentuh. Diapun
memeluk Luhan dengan eratnya. “Jeongmal saranghaeyo oppa! Aku tak ingin
kehilanganmu!” ucapnya.
“Nado, Suzy-ah… aku
lebih-lebih mencintaimu! Maaf selama ini menjadi namja pengecut yang tak berani
memberitahumu!
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar