Whatsup!

Sudah 8 tahun berlalu. . .
Dan ternyata banyak yang telah berubah. Tidak dengan blog ini, masih sama seperti dulu.

Kamis, 05 Juni 2014

FF EXO "SNOW!"


SNOW!


Author            : Hyera Jung

Genre              : Romance, friendship, sad, etc.

Cast                : Byun Baek in, Xi Luhan, Byun Baekhyun.

Rated              : PG 15+

Length             : Oneshoot




~Happy Reading~



Setelah mendapatkan vonis dari dokter. Yang mengatakan dirinya tak akan lama lagi hidup di dunia ini. Baek in, menjalani hidupnya dengan sebaik-baiknya.Adik dari Byun Baekhyun, murid terbaik di SME High School.Usia mereka hanya terpaut satu tahun. Yah, Baek in sekarang menduduki tahun kedua nya di SME High School. Dia tak kalah pintar dari kakaknya itu.

Namun, kepribadian mereka jauh berbeda. Tak ada seorang pun yang tahu akan penyakit yang Baek in derita sebulan terakhir ini. Itu cukup mengejutkan baginya. Dia pun, tak ingin membuat eomma dan appa nya merasakan apa yang dia rasakan. Dia hanya bisa menerima garis takdir yang harus di laluinya.

Baek in dan Baekhyun, mereka tak begitu dekat. Baek in menghabiskan waktunya di depan tumpukan buku dan PC nya. Sedangkan Baekhyun, tak jauh berbeda hanya saja Baekhyun juga aktif mengikuti latihan vocal. Itu salah satu kelebihan yang di milikinya.

“Aku tahu, ini cukup menyakitkan. Justru itulah aku tak akan bisa memberitahu kalian. Dada ini terasa sangat sakit, bahkan sangat perih.Meski hanya dengan menatap wajah kalian.Bagaimana bisa seorang Baek in, yang lemah ini harus merasakan semua ini.tapi, inilah takdirku. Aku akan menjalaninya!” tulis nya dalam buku catatan yang selalu berada dalam tasnya.

#Ya Tuhan, kenapa aku seakan ada dalam cerita ini??

Siang ini, Baek in pergi kesebuah toko buku tak jauh dari sekolahnya.Dia mulai mencari buku yang di butuhkannya.Dan butuh waktu lama untuk menemukan buku itu.karena, buku itu hanya tertinggal satu dan hanya ada di toko buku yang ia datangi itu.

Baek in tak dapat menemukannya.Ia menghampiri seorang kasir yang berjaga disana. “Jeogi, agasshi, apa kau tahu dimana aku bisa menemukan buku ini?” kata Baek In pada agasshi itu sambil melihatkan sebuah tulisan di carik kertas yang ia bawa.

“Ah, buku ini, baru saja dibawa oleh seorang namja, dia baru keluar!”

‘”Ne, arrassseo, kamsahabnida.”Dengan cepat Baek in berjalan keluar, mencari seorang namja yang mungkin masih berada di dekat toko itu.

Dari jauh pun, terlihat namja berambut cokelat dengan memakai tas ransel yang berjalan tak jauh darinya. Baek in mempercepat langkahnya.“Jeogiyo!!!” panggil Baek in dengan napas yang sempoyongan.

“Jeogiyo!!” panggilnya lagi, sia-sia saja, namja itu masih tak mendengarnya.Baek in tak bisa lagi menahan rasa sakitnya, penyakitnya kambuh.Wajahnya terlihat semakin pucat. Dia tak bisa lagi menahannya, hingga akhirnya ia jatuh –tergeletak- di tempat itu. semua orang menghampiri dan mengerumuninya, mereka pun segera menelpon 119.

Namja yang tadi ia kejar, -ya namja itu- sempat berbalik namun dia kembali berpaling dan pergi begitu saja. Baek in, ia di larikan kerumah sakit dan segera mendapatkan penanganan medis dari dokter. Orang rumah nya pun belum mengetahui hal itu.

30 menit kemudian, namja itu, namja yang Baek in kejar.Ia kembali ke toko buku tadi. belum sampai disana, dia menemukan sebuah buku bersampul dasar biru dengan hiasan berwarna pink. Tepat di tempat, dimana Baek in tergeletak tak berdaya.Ia memungut buku itu, dan mencoba bertanya pada orang-orang yang berlewatan. “Jeogiyo!!Apa kalian tahu pemiik buku ini?” teriaknya, sambil mengangkat buku itu ke udara.

Namun, hasilnya nihil, tak ada seorang pun yang menghiraukannya.Orang-orang terus melewatinya tanpa menyahut, satu katapun tak ada.Dia sedikit kecewa karena sikap orang-orang yang tak menghargai niat baiknya.Dia pun melanjutkan langkahnya, dan membawa buku itu bersamanya.

“Ini, buku yang ku pinjam tadi!” kata namja itu meletakkan buku tebal ke meja, tepat di hadapan agasshi yang menjaga kasir toko itu.

“Eoh?Sayang sekali, tadi ada seorang yeoja yang mencari buku ini.tapi, kau telah membawanya, apa kau tak bertemu dengannya?” terang agasshi itu, mencoba memberitahu namja yang ada di depannya saat ini.

“Jeongmal?Mollayo, tak ada yang menemui ku.ah, agasshi, apa kau tahu buku ini milik siapa?” namja itu kembali bertanya akan pemilikan buku itu.

“Aku menemukannya tak jauh dari toko buku ini, di seberang jalan!” lanjutnya.

“Tadi, ada seorang yeoja, yang pingsan di seberang jalan.Mungkin buku itu miliknya,” ucap agasshi itu lagi, dia benar-benar ramah pada siapa saja.

“Baiklah, kamsahabnida!Aku pergi!”

“Nde..”

Baek in masih belum sadarkan diri keadaannya kritis.Belum ada yang menjenguknya di rumah sakit. Sedangkan namja tadi, masih bingung apa yang harus ia lakukan dengan buku yang sekarang masih ada di tangannya. Apa ia harus membuang atau membawanya?

Dia mulai membuka buku itu, selembar demi selembar.Di bacainya semua tulisan yang ada di buku itu.terlihat jelas, tanggal dan waktu ketika sang pemiliki menulis di bukunya. Pemilik buku ini menulis tulisan terakhirnya, tepat pada saat namja itu keluar dari toko buku.Namja itu bergegas.Dia berlari dengan tergesah-gesah. Hingga ia sampai di rumah sakit.

“Agasshi, apa ada seorang yeoja yang bernama Byun Baek in yang di rawat disini?” ucap namja itu, dengan napas yang terengah-engah.

“Byun Baek in-ssi?Ne, dia masih di ruang ICU.”

“Kamsahabnida!”namja  itu  kembali  berlari  kecil,  menuju  ruangan yang wanita itu bilang –ICU-. Namja itu memandangi wujud Baek in yang terbaring di ruangan itu.kelihatan lemah.

“Byun Baek in?Benarkah dia orangnya?” pikirnya.

Namja itu kembali membuka buku Baek in, diraihnya selembar foto yang terselip di buku itu.di padanginya betul-betul. Byun Baek in –tersenyum- senyuman merekah dari wajahnya.Benar-benar cantik.“Jika apa yang dia tulis benar.Maka, keluarganya tak tahu apa-apa bahwa dia sekarang ada di rumah sakit!” pikir nya lagi, memandangi seluruh penjuru rumah sakit.

Tak lama seorang dokter menghampirinya.“Apa kau keluarganya?”

“Eoh… Ne, saya keluarganya!” entah apa yang namja itu pikirkan –Luhan-, dia mengaku keluarga Baek in. Dengan begitu dia sudah masuk dalam permasalahan ini, dia sudah mengikut sertakan dirinya.

“Jika kau benar-benar keluarganya, ini sangat serius. Apa kau sudah tahu, dia menderita penyakit yang bisa di bilang mematikan ini?” dokter itu sangat serius, Luhan pun menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan.

“Ne, saya tahu. Tadi, dia sangat kelelahan,, dia berlari mengejar seseorang. Dan akhirnya dia pingsan!” terang Luhan dengan asalnya, tapi itu memang benar.

“Baiklah, saya akan memeriksanya kembali.Jika ada sesuatu terjadi saya akan menghubungi mu!”

“Kamsahabnida!” dokter itu pun berlalu meninggalkannya.

“Aigo, apa yang telah ku lakukan? Ini salah, semua ini salah! Ada apa denganku??” gerutu Luhan merasa tak mengerti dengan dirinya sendiri.

Dia membuka pintu ruangan itu.melangkah dengan pelan, ia menghampiri Baek in. “Baek in-ssi, Byun Baek in, aku tak mengenalmu begitu juga kau tak mengenalku. Tapi, aku ingin sekali membantu mu, apa kau keberatan?”

Luhan meraih tangan Baek in, di genggamnya tangan mungil nan lemah itu. “Aku dapat merasakannya!” lanjutnya.

Dia kembali keluar…



Kini dia sudah berdiri di depan sebuah rumah, rumah yang cukup besar. Luhan masih berdiri disana, sambil memandangi buku yang di pegangnya.“Ini sudah benar.Pasti rumahnya!” sepertinya itu rumah Baek in.

Belum dia masuk, Baekhyun pun datang dan mendekat kearahnya. “Jeogiyo, ada perlu apa?” Luhan sudah bisa menebak, namja yang ada didepannya ini pasti Byun Baekhyun.

“Ah, kebetulan.Ada yang ingin ku bicarakan!” kata Luhan bersikap ramah dengan menebar senyumnya.

Mereka pun duduk di sebuah bangku yang ada di halaman rumah Baekhyun.“Apa yang ingin kau bicarakan?”

Tiba-tiba saja Luhan menyerahkan buku Baek in pada Baekhyun. “Ini punya…?”

“Itu milik Baek in.”Baekhyun terlihat bingung, karena selama ini Baek in tak memiliki seorang teman namja.Bahkan seorang teman yeoja pun hanya sedikit.“Aku menemukannya dijalan, ternyata di buku itu tertera alamat kalian.”

“Benarkah?Kamsahabnida, tapi sepertinya Baek in belum pulang.” Luhan berniat akan memberitahu Baekhyun tentang keadaan Baek in saat ini.

“Satu lagi, Baek in…”

“Dia kenapa?Apa kau pacarnya?” tebak Baekhyun, Luhan salah tingkah.

“A..Anio, aku bukan pacarnya.Mmm, Baek in saat ini ada di rumah sakit!” ungkap Luhan.

“Apa kau bercanda?kenapa dia bisa di rumah sakit?” Baekhyun terlihat santai bahkan melepas tawa kecilnya.

“Ya, kau ini bodoh atau apa? Tentu saja karena dia sakit, aissh, babo!” gerutu Luhan, yang masih bisa ditahannya.

“Molla, lebih baik kau baca dulu buku itu.kau akan tahu!” seru Luhan, terus meremas-remas jemarinya.

“Apa kau sudah membaca semua isi buku ini?kau sangat lancang!”

“Ani, aku hanya mencari alamat kalian.Tapi, ada beberapa kata yang masih ku ingat.”

“Mwonde?”

“Cari tahu saja sendiri!”

“Kita baru bertemu, apa kau tak bisa lebih sopan padaku?”

“Ya, yang ku tahu orang yang lebih muda lah yang harus sopan pada orang yang ada di atasnya!”

“Maksudmu?” Baekhyun masih tak mengerti, maksud Luhan apa.

“Aku ini seorang mahasiswa, yang ku tahu kau ini murid dari SME High School.Kau ini…” omel Luhan, dia sudah tak bisa menahannya.

“Benarkah? Eoh..” Baekhyun memasang muka polosnya, bahkan ia tak merasa bersalah sedikit pun.

“Baiklah, aku pergi. Kau terus memancingku!” omel Luhan berlalu pergi, meninggalkan Baekhyun yang masih dengan ekspresi yang sama.

“Dia seorang mahasiswa?Tapi, wajahnya saja bahkan kelihatan lebih muda dariku, dia juga kelihatan cantik,” pikir Baekhyun, ah, dia masih memikirkannya.

Karena penasaran Baekhyun mulai membuka buku itu dan mulai membacainya.Betapa terkejutnya dia bahkan dia tak menyangka adiknya itu menyembunyikan penyakitnya.Dengan cepat dia bergegas menuju rumah sakit.

Sesampainya di ruang ICU, ruangan dimana Baek in ditempatkan. Baekhyun tertunduk lesu, dia tak tahu harus berbuat apa. Di pandanginya terus adiknya itu, sambil menggenggam erat tangan Baek in. “Palliwa, ireona!” bisiknya. “Baek in, apa kau mendengarku??” bisiknya lagi, kini dengan suara parau, air matanya pun dengan sendirinya membasahi pipi mulusnya itu.

“Jebal, ireona Baek in-ah!Aku belum bisa menjadi kakak yang baik untukmu, jadi cepat lah, buka matamu!”Baekhyun sudah di banjiri air mata.

Keesokan harinya, Baek in akan di pindah keruang perawatan. Dan siapa yang sekarang ada disana?Ya, Luhan lah yang ada disana bukan Baekhyun.

-Flashback-

Baekhyun melangkah keluar, di lihatnya Luhan yang masih berdiri di koridor rumah sakit.“Jeogiyo!” panggilnya, karena merasa Luhan pun berbalik.

“Kau… wae?”

“Aku ingin meminta bantuanmu!”

“Mwo? Katakanlah, jika aku bisa aku akan membantumu,” Luhan bersikap santai, dia seakan tahu apa yang akan Baekhyun katakana padanya.

“Aku tak bisa menjaga Baek in, apa kau bisa melakukannya?Aku harus masuk sekolah!”

Luhan tersenyum legah, dia merasa senang.“Eoh, aku bisa.Besok aku tak ada pelajaran.Kau tenang saja!”

“Jinjja? Wah, jeongmal gomawo sehun-ssi…” Baekhyun merangkul Luhan kegirangan.

Luhan bisa memaklumi nya, “Geumanhae!Nae ireum sehun aninde!”

Mendengar perkataan Luhan seketika Baekhyun terdiam, “Benarkah?Terus, siapa Sehun itu?”

“Kau ada-ada saja, namaku Luhan bukan Sehun!”


Luhan masih terjaga, dia tak mengantuk sedikit pun.Dia masih sibuk mengerjakan deskripsinya.Tak lupa, sesekali dia mengalihkan perhatiannya kearah Baek in. harapan besar Luhan, bisa melihat senyum Baek in seindah senyumnya yang ada di foto waktu itu bahkan lebih indah dari itu.

Luhan pun tak tahu, kenapa dia ingin terus berada di samping Baek in.Apa dia merasa bersalah? Luhan memasang pandangan kosong, dengan posisi duduk yang tegak itu.dia mulai mengingat-ingat, apa yang terjadi kemarin. Apa ini sebuah kebetulan?

“Aku pikir ada seseorang yang memanggilku kemarin, apa dia Baek in?dia mengejarku, karena menginginkan buku itu?” pikirnya.

“Sepertinya ini memang sebuah kebetulan, karena itulah aku sudah terikat dengannya!” pikirnya lagi.Dia mendekat kearah tempat tidur Baek in. “Aku akan keluar, hanya sebentar!” kata Luhan, meski Baek in tak bisa mendengarnya dia senang melakukan hal itu untuknya.

Luhan segera keluar dan pergi…



Tak lama kemudian, dia kembali. Membawa buku tebal yang ia kembalikan kemarin. “Aku sudah membelinya untukmu.Karena buku ini lah, aku bisa tahu tentang mu!” bisiknya, menatap Baek in dengan jenuh.

Baekhyun pun datang, ketika Luhan sedang beristirahat di atas sofa.Dia duduk, tak jauh dari tempat Luhan tertidur.“Anak ini, belum sadar juga!” decik Baekhyun memandang Baek in senduh dari jauh.

Baekhyun mulai tertunduk lesuh, dia kelelahan fisik maupun mental.“Apa kau lelah?” Luhan terbangun dari tidurnya, kemudian ia duduk dan mulai meregangkan otot-otot lehernya yang pegal.

“Sedikit!Apa ini, apa semua ini tugasmu?”Baekhyun mengacak-acak buku-buku yang ada di meja, tepat di hadapannya.

“Ya??Jangan sentuh buku itu!”

Bukannya nurut, Baekhyun justru mempermainkannya.Dia terus membanting-banting buku itu.“Apa pentingnya buku ini?”

Luhan meraih buku itu dengan lantangnya, “Kau tak perlu tahu, ini sangat penting!”

“Ah… arrasseo!” baekhyun memajukan mulutnya tanda kesal.

“Oppa!” suara itu, suara Baek in. dia sudah sadar.

“Baekhyun oppa!!” panggilnya, suara yang terdengar serak.

Baekhyun dan Luhan mendekat kearahnya.“Apa kau baik-baik saja, kau sudah merasa baik?” gumam Baekhyun di selimuti kekhawatiran.

“Mworago oppa, nan gwaenchanha!” ujar Baek in masih menyangkal, menutupi penyakitnya itu.Namun, -percuma- Baekhyun sudah tahu semuanya.

Baekhyun tersenyum, dan mengusap lembut rambut adiknya itu.mereka tak pernah terlihat seakrab itu sebelumnya. “Apa kau bercanda, eoh?Kau tak seharusnya menyembunyikan ini pada kami!”

Luhan hanya terdiam kaku, dia juga merasa pilu??#LOL. “Oppa…” memanggil Baekhyun punia seakan berat, bahkan menelan saliva nya saja begitu susah.

“Wae?Apa tenggorokanmu sakit?”Baekhyun kembali memeriksanya.Baek in menjawab dengan anggukan.

Baekhyun baru sadar, ada seseorang yang sejak tadi hanya diam. Baekhyun juga sedang mencari ide. Aha???

“Baek in-ah, apa kau melihat namja tampan ini?” tanya Baekhyun tersenyum, merangkul Luhan.

“Ne, nugunde oppa? Dia seperti malaikat!” walau susah mengatakannya, Baek in berusaha untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan.

Luhan tersenyum mendengar ucapan Baek in tadi. –Malaikat-. “Dia temanku, namanya Luhan.”

Mereka saling bersalaman satu sama lain. Baek in juga memberikan senyum terbaiknya.“Baek in, Byun Baek in!” ucapnya.

“Kau terlihat cantik ketika tersenyum!” puji Luhan.

Baek in kembali mengalihkan perhatiannya pada kakaknya, Baekhyun.Luhan kembali ke sofa itu, mengemas barang-barangnya yang terlihat berantakan akibat kejailan Baekhyun tadi.

“Eoh? Kau, bukannya..??” gumam Baek in terkejut. Luhan ikut berbalik, setelah mendengar Baek in. dan kini jemari telunjuk Baek in tepat mengarah padanya.

“Naega?Waeyo?” kata Luhan gagu.

“Apa ini hanya bayanganku?Oppa, seperti namja yang waktu itu!”Baek in masih berusaha mengingat-ingat.

“Ah, buku!” lanjutnya.Baekhyun tertegun, dia tak tahu apa-apa.

“Aku tak salah, ini memang sebuah kebetulan!” batin Luhan sembari tersenyum kecil mengarah pada Baek in.

Luhan kembali mendekatinya, “Istirahatlah, Baekhyun-ssi aku pergi! Jika ada sesuatu yang terjadi, hubungi aku!” ucap Luhan, melangkah pergi tanpa menjelaskan apa pun pada Baek in. baek in pun terlihat tak mengerti, apa lagi Baekhyun yang ada di antara mereka.

“Nde, hyung!”Baekhyun agak ragu-ragu mengucapkannya.

“Hyung??”Luhan kembali tersenyum.





Karena merasa jenuh, Baek in memaksakan diri untuk pulang. Baekhyun tahu, adiknya itu begitu keras kepala, ia membawa adiknya kembali kerumah.

“Ah, bogoshipda!” gumam Baek in tersenyum sumeringa.

“Nugu?Luhan hyung?Apa kau merindukannya?” canda Baekhyun, meskipun bercanda Baek in terlihat salah tingkah.

“Ah, oppa!Aku tak merindukannya, aku rindu dengan kamarku ini!” sangkalnya.

Tak lama bell rumah mereka berbunyi.Dengan tergesa-gesa, Baekhyun berlari keluar dan membukanya.

“Luhan hyung!” teriak nya, dengan gembira.

“Geumanhaera!Jangan memanggilku seperti itu, arrajji!”

“Ani, aku akan tetap memanggilmu seperti itu!” kekeh Baekhyun tak mau kalah, dan langsung merampas sebuah tas belanjaan yang Luhan bawa.

“Oppa?Kau datang?”Baek in yang tiba-tiba muncul dari belakang mereka.

“Ne, bagaimana keadaanmu?”Luhan mecoba akrab denganya –Baek in-.

“Semua aman terkendali. Kalian, duduklah! Aku akan memindahkan ini untuk kalian!” Baek meraih tas yang ada di tangan Baekhyun.

Kini mereka di tinggal oleh Baek in. “Mwo?” tanya Luhan, pada Baekhyun yang sejak tadi memberi pandangan aneh padanya.

“Aneh saja, hyung terlihat berbeda ketika di depan Baek in. apa hyung menyukainya?”

“Ya, apa yang kau bicarakan?”Luhan kembali bertingkah aneh. Dia pun segera duduk di sofa tanpa di persilahkan oleh tuan rumah.

Baek in kemudian keluar dengan membawa gelas-gelas yang sudah terisi dengan jus jeruk, kesukaan Baekhyun.“Oppa!” panggil Baek in, kedua namja yang ada di depannya tentu merespon.

“Mmm!”Baekhyun menyahut.

“Luhan oppa, dugaan ku itu benarkan?”Baek in kembali mengungkit kejadian itu.

“Ne, itu memang aku!” Luhan meraih tas di punggung nya. Di bukanya tasitu.

“Ini buku yang kau cari itu kan?” Luhan mengeluarkan buku dari tas nya dan memberikan buku itu pada Baek in.

“Mmm! Gomawo oppa!” dengan senyum yang terus merekah dari wajahnya, Baek in meraih buku itu.



Waktu terus bergulir, dan kalian harus tahu. Seorang Baekhyun, Byun Baekhyun, sudah lulus dan akan melanjutkan pendidikannya di Amerika.

“Apa kau yakin akan kuliah disana? Universitas di Korea tak kalah bagus dengan yang disana!” Luhan mencoba membujuk Baekhyun, agar ia tak pergi.

“Luhan oppa benar, buktinya Luhan oppa bisa sukses dengan kuliah di Seoul.Sedangkan oppa, justru akan pergi meninggalkan kami!” timpal Baek in ikut membujuk kakaknya itu.

Baekhyun terdiam untuk sesaat dan langsung tersenyum.“Ini impianku, cobalah mengerti. Aku sudah bisa tenang karena kini Baek in sudah sembuh, dan ada hyung yang akan menjaganya. Apa masih tak bisa untukku, meraih impianku yang ada disana?”

Kedua orang yang ada di samping nya itu terdiam kaku, dengan wajah yang masing-masing merona.“Ya, ada apa dengan kalian.Apa aku salah?”Baekhyun menyadari ada yang salah disini.

“Mm, apa kau akan melewatkan musim dingin yang sebentar lagi akan datang? Tetaplah bersama kami untuk satu musim ini!” bujuk Luhan.

Pertemuan singkat mereka yang lalu, bisa membuat mereka menjadi sangat dekat seperti itu.“Ani, hyung. Aku juga akan merasakan musim dingin disana. Mungkin akan berbeda , jadi aku ingin merasakannya.”

“Heh, oppa!” desahan Baek in mulai terdengar.

“Besok aku akan berangkat, jadi jangan mencoba membujukku lagi, arrasseo?Hyung, Baek in-ah?”

Kedua orang itu hanya mengangguk, menuruti permintaan Baekhyun. Dan keesokan harinya, Baekhyun sudah bersiap-siap akan pergi ke bandara, tak banyak barang bawaan yang ia bawa. Luhan dan Baek in mengantarnya hingga bandara.

“Oppa, baik-baiklah disana, jaga kesehatan oppa, dan sering-seringlah menghubungi ku, nde!!” ucap Baek in, dalam pelukan hangat Baekhyun.

“Apa aku juga harus memelukmu?” tanya Luhan masih mencoba bergurau.

“Yaa, hyung!!”Baekhyun menghampirinya dan memeluknya.“Aku akan baik-baik saja disana, jangan khawatirkan aku.Setelah selesai, aku akan kembali dan melihat kalian bersama!”

“Apa maksudmu?Pergilah, kami akan menanti kabar baik dari mu!”Luhan melepas pelukannya, dan merelakan Baekhyun pergi.

Kedua orang yang ia tinggal, masih memandangi nya hingga ia hilang dari pandangan mereka masing-masing.

“Oppa!!” gumam Baek in, masih tak merelakan kakaknya itu pergi.

Luhan merangkulnya, “Dia akan baik-baik saja!”

Mereka pun segera pergi, tepat di depan bandara. Setitik salju jatuh di hadapan mereka.“Baekhyun-ah… seharusnya kau ada disini, bersama kami melihat salju pertama kali turun,” timpal Luhan.

“Mm, benar!” decik Baek in.Ini akan menjadi musim dingin yang panjang bagi mereka.

“Baek in-ah..” panggil Luhan.

“Mm, wae?” tanya Baek in, mereka masih di tempat itu.

“Saranghae!” kata itu, hanya satu kata itu, sudah bisa membuat Baek in kembali tersenyum.

“Eotteohke?”

“Nado saranghae, oppa!”

Kedua nya saling berbagi pandangan satu sama lain. Benar saja, ini akan menjadi musim dingin yang panjang dan membahagiakan, dan semua telah berbeda. Mereka pun pergi di bawah salju yang terus turun, sambil terus bergandengan.

­-END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar