“Apa kalian menyukainya?” tanyaku lagi pada mereka yang masih
memandangi bingkisan masing-masing.
“Ne…” ucap mereka serempak.
“Baguslah, aku akan beristirahat, jadi lanjutkan saja latihan
kalian.”
“Yee, istirahatlah…”
I Need You (난 니가 필요해) Chapter 5
Irene POV
“Ini begitu menyebalkan, mana
namja-namja yang tampan? Oppa berbohong lagi padaku,” decakku sebal.
Ah, aku tahu… lebih baik aku keluar
dan melihat-lihat daerah sini.
“Eommoni.. aku akan keluar sebentar.”
Menyusuri jalan demi jalan, dibawah
pepohonan yang begitu lebat. Disini sangat teduh, aku justru kedinginan. Aku
mulai melihat kesekelilingku, berharap ada namja tampan yang lewat dan
mengajakku untuk berkenalan. Ada beberapa namja yang lewat, yang termasuk dalam
tipe ideal seorang namja yang baik,~
Aku mulai memerhatikan jalan yang ku
lalui, “Omo… aku ada dimana ini?”
Aku benar-benar bodoh, aku lupa jalan yang telah ku lalui.
Terlebih lagi, ini pertama kalinya aku ke sini. “Apa yang harus aku lakukan?
Menelpon oppa, arrhgt itu tak mungkin ponsel ku ketinggalan.”
Tak lama beberapa segerombolan namja berjalan kearahku,
pakaian mereka seperti namja-namja yang nakal, aku mulai takut melihat kearah
mereka. “Assht, jinjja, apa lagi ini?”
“Disini ada yeoja cantik, kenapa dia sendirian saja?” tanya
salah satu dari mereka.
“Jangan-jangan dia sedang menunggu kita,” jawab namja yang
lainnya.
“Ya, baboya… kalian begitu berisik!” teriakku karena merasa
tertekan dengan percakapan mereka.
“Mwo? Babo?” ucap lagi namja itu padaku, sekarang nada suara
mereka lebih keras, dan semakin menakutiku.
Salah satu dari mereka meraih tangan ku dengan kasar, ini
begitu menyakitkan, mereka benar-benar namja yadong yang tak berperasaan.
“Lepaskan… kalau tidak aku akan berteriak..”
“Berteriaklah, yang sekerasnya takkan ada yang akan menolong
mu disini, tamatlah riwayatmu menjadi yeoja yang sangat di puja-puja,” ucap
salah satu dari mereka yang berpenampilan lebih mengerikan dari yang lainnya.
“Maksud kalian apa, lepaskan… dasar kau Bad boy, crazy… kau bajingan,”
semua kata-kata kotor keluar dari mulutku.
“Oppa,
tolong aku…”
“Yaa… lepaskan dia!” terdengar suara seorang namja yang berada
di belakang mereka.
“Melepaskan harta karun?? Enak saja kau bilang, memangnya dia
siapa mu?”
“Dia… dia yeojachingu ku. kalian mau apa?” ucapnya membuat
namja-namja yadong ini tertawa. “Aku,
yeojachingunya?? Apa dia gila..”
“Baiklah, kami akan melepaskannya. Tapi beri kami uang,
bagaimana?”
“Anio, aku tak membawa uang,” namja itu mendekat. Dan salah
satu dari mereka pun mendekatinya berniat untuk mencelakainya, tapi… namja itu
dengan sigap menangkis pukulannya. Pertengkaran tak bisa dihindarkan, namja itu
begitu keren.
>>Skip
“Gwaenchanha?” tanya namja itu padaku.
“Yee, nan gweanchana, gamsahabnida,”
ucapku padanya.
Semoga saat ini wajah ku tak
berubah menjadi kepiting rebus, aku takut wajah ku memerah dan dia akan
menertawakan ku. “Baiklah, aku pergi. Hati-hati jika berada dijalan seperti
ini, ini berbahaya bagi yeoja sepertimu.”
“Tunggu, apa kau bisa membantu ku
sekali lagi?”
Dia berbalik, “Mwo?”
“Aku ingin menelpon oppa ku, dan
ponsel ku ketinggalan.” Namja itu langsung memberikan ponsel nya padaku.
(Calling…~ calling…~) Tak ada
jawaban..
“Kalau begitu lebih baik kau
pulang sendiri saja!” seru namja itu lagi.
“Aku baru saja sampai di Seoul,
dan ini pertama kalinya aku disini. Aku mana tahu jalan menuju rumahku.”
“Kau ini, benar-benar ceroboh!
Baiklah aku akan mengantarmu, di alamat mana?”
“Aku tak tahu.”
“Jadi, aku harus mengantarmu kemana?” kini aku merasa dia
mulai kesal dengan tingkah laku ku ini.
“Oiya, apa kau tahu tempat 2pm tinggal? Apa itu namanya, aku
tak tahu!”
“Baiklah, sepertinya aku tahu.”
Kami pun berangkat, dia mengatarku menggunakan motor! Ahh, ini
yang sangat aku tunggu-tunggu, namja tampan ini mengantarku, dia pahlawanku.
Aku memeluknya erat-erat karena takut.
>>Skip
“Noona-ah…”
“Yee… apa sudah sampai? Kenapa begitu cepat,” cetusku
membuatnya bingung.
“Masuklah, aku akan langsung pergi.”
“Apa kau tak ingin masuk dulu! Nama ku Irene, namamu?”
“Aku…”
Tiba-tiba Taecyeon oppa datang, “Irene-ah,”
“Hei, Xi luhan… apa yang kau lakukan disini?” Taecyeon oppa
memanggil namja tampan itu dengan panggilan Xi luhan, berarti itulah namanya.
“Yee, tadi dia tersesat dan hampir di celakai oleh seorang….”
Aku langsung memotong pembicaraan nya, “Dan dia yang menyelamatkanku!”
“Benarkah? Gamsahamnida,
Xi luhan. Kau juga, aku sudah bilang jangan kemana-mana!” omel oppa padaku,
Luhan hanya tersenyum melihat ku yang sedang di omelin oleh oppa ku ini.
“Kalau begitu aku permisi dulu!”
Tak lama dia pergi aku mulai
bergumam lagi “Uhhh,, Xi Luhan oppa begitu tampan.”
“Yaa, apa lagi yang kau pikirkan,
cepat masuk!”
Aku melangkah masuk, senyum dari
wajah ku ini tak pernah lepas, wajah Luhan yang tampan dan manis itu terus
terbayang-bayang di ingatanku. “Luhan-ah…”
>>Skip
Aku menghampiri oppa ku di
kamarnya, belum ada yang tahu jika aku ada di dorm mereka. “Apa oppa mengenal
Xi luhan?”
“Tak begitu kenal, aku bertemu
dia di China saat 2pm ada show disana.”
“Benarkah, apa dia seorang artis
seperti oppa?”
“Ya, sebentar lagi. Dia salah
satu trainee di SM.Ent, kalau tak salah dengar bulan depan dia akan debut!”
“Benarkah, ini sangat bagus, tak
sia-sia aku datang ke Seoul bersama oppa. Sebulan lagi aku akan menonton
debutnya.”
“Datanglah…” ucap Taecyeon oppa
mendukungku.
“Xi Luhan… tunggu aku!” cetusku
membuat oppa tertawa geli.
“Irene-ah, kau datang!” ucap
Nichkhun oppa.
“Nde, aku datang kesini mencari
pangeranku.”
“Benarkah? Kau ini masih kecil,”
ucapnya.
Taecyeon oppa ikut memojokkanku
“Nah, itu benar! Kau ini masih bocah, dan belum saat nya untuk berpacaran.”
“Ihc, Oppa tadi kau menyutujui ku
untuk mengejar Luhan..”
“Luhan? Siapa dia?”
“Dia itu pahlawanku… uhc Xi
Luhan, saranghaeyo.” Penyakitku mulai kambuh, penyakit mengidolakan seseorang.
>>Skip
Taecyeon POV
Waktu berlalu begitu cepat, hari
ini Xi Luhan namja yang adikku idolakan itu debut. Tapi sayang, dia tak bisa
menyaksikan secara langsung Xi luhan tampil di debut pertamanya itu, karena eomma
ku yang sedang sakit. Kesehatan eomma menurun akhir-akhir ini.
“Apa kau benar-benar tak ingin
pergi?” tanya ku pada Irene merasa prihatin dengan adik kecilku ini, wajahnya
suram aku mengerti perasaannya.
“Ani, aku tak ingin meninggalkan
eomma sendiri.”
“Kan ada aku.”
“Heh, sudahlah aku tak ingin
pergi. Aku bisa melihat debut mereka di internet, kan sama saja?”
“Baiklah terserah kau saja, kau
begitu keras kepala!” ucapku menyerah membujuknya, dia tidak angkuh hanya saja
sangat susah untuk menasehatinya.”Anak ini…”
“Aku sebenarnya sangat sedih
karena tak bisa melihatnya tampil untuk pertama kalinya,” kata Irene sambil
memainkan Gadget nya.
“Kau tak bilang saja, aku sudah
tahu. Sangat jelas terlihat..”
“Oppa,” ringisnya meneteskan air
mata, aku begitu terkejut melihat tingkah nya kali ini. Baru kali ini dia
bersikap seperti itu, apa dia benar-benar mencintai luhan, namja china itu?
“Sudahlah, kenapa kau berubah
jadi yeoja yang begitu cengeng! Cup, cup, cup…” godaku membuatnya semakin
menangis.
>>Skip
Hari ini eomma sudah pulang, aku
dan Irene terus mendampinginya. Aku sangat senang bisa mendampinginya
disaat-saat seperti ini.
Irene POV
Ku raih Gadget kesayanganku
dibalik tas mungilku ini, “Aku akan mulai mencari tahu tentang dia,” benakku.
“Xi Luhan? Wah, cepat sekali dia
menjadi namja yang memiliki banyak fans, baru dua hari yang lalu dia debut,
dengan boyband nya yang benama EXO itu.” aku salut dengan luhan dan kawan-kawannya,
mereka akan menjadi artis yang begitu di dambakan.
“Xi luhan lagi?” ucap Nichkhun
oppa yang tiba-tiba duduk disamping ku, membuatku kaget.
“Yee,” aku tersenyum, senyum yang
berseri-seri.
“Aku baru tahu, ternyata
pahlawanmu itu Xi Luhan yang itu.”
“Nde oppa, dialah orangnya.
Bagaimana? Apa sangat cocok denganku?” tanyaku dengan penuh percaya diri.
Nichkhun berpikir dengan ekspresi
lucunya itu, “Ani, kau tidak cocok dengannya kau cocoknya dengan ku.”
“Ihc, oppa kau ini masih saja
bercanda dengan seorang yeoja seperti ku ini!” cetusku ngambek.
“Aku hanya bercanda, Irene-ah apa
kau mau tahu yeojachingu ku seperti apa?”
“Mwo? Oppa sudah memiliki
kekasih, wah ini berita bagus, jika saja aku seorang netizen aku pasti sudah
akan memberitakan hal ini kepada media!”
“Ya, kami resmi berpacaran minggu
lalu. Dia tak jauh beda dengan Gyowon.”
“Gyowon, Siapa dia?”
“Dia yeoja yang sangat dicintai
oppa mu.”
“Ahk, ternyata nama nya gyowon,
kalau yeojachingu oppa seperti gyowon eonni, berarti aku sudah tahu pasti
bagaimana orangnya.
Wooyoung datang dan mulai
mengganggu kami, “Yaa, kalian sedang membicarakan apa?”
“Anio… kau ini datang-datang
mengagetkan kami saja!” ucap Nichkhun oppa kesal.
“Lagi-lagi aku yang salah,” cetus
Wooyoung oppa.
“Tenti saja, masa Junho oppa yang
salah jelas-jelas yang ada di hadapanku kau!” gumamku membuat wajah Wooyoung
berubah menjadi rubah, dia menatapku aneh!
“Baiklah, sepertinya aku tak
cocok bicara denganmu, Taecyeon hyung dimana?”
“Dia di dalam, pergilah!” ucap
Nichkhun, lagi-lagi membuatnya naik darah.
>>Skip
Wooyoung POV
“Hyung,” teriakku pada taecyeon hyung
yang masih sibuk mengurus eommanya, berbeda dengan adiknya yang enak-enakan
disana.
“Wae?”
“Apa hyung sibuk? Aku ingin
cerita sesuatu.”
Hyung menarikku agak menjauh dari
tempat sebelumnya dan menyuruhku duduk disampingnya, “Sekarang aku tak sibuk,
ayo ceritalah!”
“Aku berhasil, sekarang aku
memiliki kekasih hyung!” ungkapku padanya, hanya dia yang bisa aku percaya dari
member lainnya.
“Benarkah? Siapa namanya, apa
yang lain sudah tahu?”
“Namanya, Jung Baek-hee. Anio,
aku baru berani menceritakan ini pada hyung, karena aku lebih memercayai
hyung!”
“Kenapa begitu? Bukannya kau
ingin Chansung memanggilmu hyung, kenapa kau tak bilang saja padanya kalau kau
sudah memiliki kekasih, jadi…”
“Soal itu, aku sudah tak
memperdulikannya. Jadi, aku minta tolong agar hyung tak memberitahu mereka,
ok?”
“Ok, aku tak akan membicarakan
hal ini pada mereka, kalau pada netizen?”
“Yaa, hyung!!!”
“Ahk, aku hanya bercanda..”
Perasaanku sudah lebih legah
karena bisa berbagi pada hyung ku yang satu ini. Aku begitu mengaguminya,
karena dia begitu setia pada Gyowon eonni, sampai sekarang dia tak pernah dekat
dengan yeoja yang lainnya.
Irene POV
Akhirnya Nichkhun oppa pergi, dan
tinggal aku disini, “Xi Luhan, namja berkebangsaan China dan dia termasuk dalam
Sub-unit EXO-M??”
“Heh, kapan lagi aku akan bertemu
dengannya? Rasanya sangat menyebalkan jika terus begini, aku benar-benar
penasaran dengannya. Heh, pasti untuk saat ini sangat susah untuk menemuinya.”
Keesokan harinya, aku dan
taecyeon oppa mendatangi sebuah mall di kota Seoul ini. Banyak pakaian yang
menarik perhatianku, waktu melihat sebuah topi rasanya aku sangat ingin
membelikannya untuk Luhan, tapi meskipun aku membelinya, apa dia bisa
memakainya?
“Oppa, aku kesana sebentar, oppa
tunggu disini ya, jangan kemana-mana!” ucapku melangkah kesebuah toko dimana
aku melihat topi yang tadi. Aku pun membelinya, 2 topi berwarna merah satu
untukku dan satu lagi untuk luhan. Tak hanya itu aku juga membeli sebuah jaket, itu juga untuk luhan.
Setelah selesai membayar
semuanya, aku buru-buru pergi ketempat dimana Oppa menungguku. Aku takut dia
marah karena aku begitu lama, dan akhirnya dia meninggalkanku. Hari ini sepertinya
aku mendapat kesialan lagi, aku tak sengaja menabrak seorang namja. “Namja
lagi?”
“Mianhae,” ucapku pada namja itu.
Namja itu menggenggam tanganku,
aku belum berani menatapnya karena merasa bersalah, “Irene?”
Mendengar suara itu, mata ku
langsung tertuju pada namja itu, “Hah, Luhan! Apa aku sedang bermimpi?” gumamku
masih tak percaya.
Luhan terseyum melihatku,
senyuman manisnya, “Omo, ini bukan kesialan, ini keajaiban yang begitu
menakjubkan!”
“Irene-ssi, gwaenchanha?” tanya
nya padaku, pertanyaan yang sama sewaktu dia menolongku.
“Yee, aku hanya terpukau
melihatmu,” tak pikir panjang aku langsung mengucapkan kata itu padanya.
“Kau ada-ada saja, jangan-jangan
kau tersesat lagi?” ucapnya, tertawa kecil.
“Sebentar!” seruku padanya, aku
langsung mengabari oppa agar dia pulang duluan dan tak mengkhawatirkanku.
Aku pun mulai memusatkan
perhatianku padanya, “Dimana teman-temanmu?”
“Ahk, aku hanya sendiri.”
Kami mulai mengelilingi tempat
ini, “Kau membeli banyak barang ya?” kali ini dia yang memulai membuka
pembicaraan.
“Ne, ini untuk seseorang,”
ungkapku, andaikan saja waktu bisa ku hentikan, aku ingin terus berada
disaat-saat ini berada di samping Luhan, aku benar-benar mencintainya.
“Wah, pasti orang yang begitu
istimewa di hati mu kan?”
“Ding-dong, kau benar! dia
benar-benar istimewa,” ucapku tersenyum.
“Apa kau mau makan?” aku hanya
mengangguk mengiyakan perkataannya.
“Tentu saja aku mau, apa lagi bisa
berduaan denganmu.”
kami pun duduk di sebuah
restaurant di lantai dua, di mall ini. “Bukannya kau baru saja debut? Kenapa sudah
bisa keluar seperti ini?”
“Ya, sebenarnya aku keluar hanya
sebentar, tapi aku bertemu denganmu yasudah!”
Aku terkejut mendengar hal itu,
“Ya kalau begitu kau pulang saja, takutnya kau kena marah oleh manager mu?”
“Baiklah, tapi aku akan
mengantarmu!” ucapnya, aku hanya bisa menurut dengan apa yang dia katakan.
>>Skip
Luhan mengantarku hingga depan
rumah pamanku, “Gomawo, maaf telah merepotkanmu.”
“Yee, aku pergi. Sampai bertemu
lagi!”
“Tunggu, hm… ini untukmu!”
Luhan terlihat bingung, karena
aku memberinya bingkisan yang seharusnya aku berikan pada seseorang yang
special, tapi itu memang untuknya. “Bukannya ini untuk namja yang kau sukai?”
Aku tersenyum kecil, “Sekarang
ini aku sudah menjadi fans berat mu, dan ini hadiah untuk idolaku!”
“Ahk, kau ada-ada saja. Jadi
orang istimewanya itu, aku?” dia lagi-lagi tertawa melihat sikap
kekanak-kanakan ku ini.
“Karena ini darimu, aku akan
memakainya, gomawo!” dia pun pergi sambil melambaikan tangannya padaku. Malam
ini aku akan mimpi indah…
>>Skip
Beberapa hari ini aku terus memikirkan
Luhan, namja idaman ku. Tapi, syukurlah dia terus membalas pesanku. Ya, kami
mulai berkomunikasi satu sama lain, karena waktu itu dengan penuh kepercayaan
diri aku meminta nomor teleponnya juga emailnya. Jadi, aku terus berkomunikasi
dengannya, sepertinya aku satu-satunya fans wanita yang beruntung bisa
berkomunikasi dengannya.
Aku sedang duduk di pavilion dorm
2pm, aku terus memainkan gadget. Baru saja Luhan mengirikan fotonya ke emailku,
dia memakai jaket yang ku berikan waktu itu. dan di bawah foto itu, dia
menulis, “Gowawo, aku benar-benar menyukainya!”
Sampai akhirnya Taecyeon oppa
datang dan mulai menggangguku, “Uhh, sepertinya adikku ini sangat bahagia hari
ini.”
“Tentu saja, apa oppa tahu, waktu
itu aku menyuruh oppa untuk pulang duluan, ingat tidak?” tanyaku.
“Iya, aku ingat, memangnya
kenapa?”
“Waktu itu aku bertemu dengan
Luhan, dan dialah yang mengantarku pulang kerumah paman.”
“Benarkah? Aku semakin setuju
jika kau bersamanya, itu berarti dia namja yang bertanggung jawab.”
Aku memeluk oppa dengan hangat,
“Gomawo oppa!”
Hari ini aku benar-benar bahagia,
“Bagimana dengan oppa?”
“Nan? Wae?”
“Iya, kenapa sampai sekarang oppa
tak memiliki kekasih, Nichkhun oppa saja sudah memiliki kekasih.”
“Ajumma-ssi, kau itu masih bocah,
tak perlu ikut campur dalam masalah pribadi kakakmu ini!” kata oppa ku, membuat
ku naik darah. Bagimana bisa dia memanggilku dengan kata ajumma?
“Yaa, Oppa-ah kenapa kau
memanggilku ajumma, aku tak suka mendengarnya!”
“Bukan kah kau sudah seperti
ajumma?” kata-katanya itu benar-benar membuatku marah, dan segera ingin
meninggalkannya. Namun, oppa masih saja menghentikanku.
“Kau mau kemana? Mengadu pada
Luhan lewat email?” oppa sepertinya sedang menggodaku.
Aku hanya memasang wajah masam,
“Oppa sangat menyebalkan aku tak mau lagi berbagi cerita denganmu.”
Oppa tak menghiraukanku, dia
malah pergi meninggalkanku sendiri, “Benar-benar, kakak yang tak berperasaan!”
Taecyeon POV
Aku meninggalkan Irene bukan
karena tak menghiraukannya, aku ingin sekali terus menggodanya, tapi ini sudah
waktunya untuk latihan.
“Baiklah, hyung sudah datang kita
mulai saja..” kata wooyoung menyadari kedatanganku.
>>Skip
“Heh, aku begitu lelah dan
lapar..” ungkap Chansung sang maknae yang tak ada tampang-tampang menjadi
maknae.
“Tadaaa… ini dia makanan untuk
kalian,” kata Irene yang datang membawa beberapa makanan untuk kami.
“Aku curiga denganmu,” ucap
Wooyoung pada irene, membuatku tak mengerti.
“Pasti kau seperti ini karena ada
maunya kan?” lanjutnya.
“Kau selalu berpikir jelek
tentangku, aku tak akan menghormatimu lagi.” Ucap Irene dengan wajah mengejek
dan langsung memusatkan perhatiannya pada ponselnya.
“Gyowon-ah… andai kau ada diantara
kami, aku pasti sangat senang. Tak ada yang kubutuhkan saat ini selain dirimu,
apa kau juga berpikir seperti itu?”
Irene menyenggolku, “Ayolah,
jangan selalu memikirkan eonni.”
Aku hanya diam, tak ingin
memperpanjang pembicaraannya. “Apa dia masih menghiraukanmu, namja china itu?”
“Tentu saja, karena dia juga
menyukaiku.”
“Apa kalian sudah bepacaran?”
tanya Nihckhun, hanya kami yang tahu tentang hal ini.
Irene tersenyum, “Aku juga masih
bingung dia menyukaiku sebagai fans atau apa? Karena aku pernah bilang, dia itu
istimewa bagiku karena kini aku sudah mengidolakannya.”
“Kau ini…” aku mengacak-ngacak rambut halus adikku, dia
tak begitu berpengalaman dalam hal seperti itu.
>>
Keesokan harinya, aku, Nichkhun
dan Wooyoung pergi bermain basket, sedangkan Junho dan Junsu masih lelap
tertidur. “Ini tak adil, jika kalian berdua sedangkan aku sendiri,” ucapku.
Tiba-tiba seorang namja datang,
“Hyung, kau bersama ku saja,” ucap namja itu seakan mengenalku.
Kami berbalik kearahnya,
“Luhan-ssi, kemarilah!”
“Pagi-pagi begini, kau sedang
apa?” tanya Nichkhun padanya.
“Ya sedang berolahraga,” ucapnya.
“Kau sungguh hebat, kau baru saja
debut tapi masih bisa keluar untuk berolahraga, dulu kami sangat susah
mendapatkan waktu luang,” ungkapku pada namja china ini.
“Ahk, ini aku keluar diam-diam,
yang lain masih tertidur,” jelasnya.
Langsung saja kami memulai
permainannya, aku dan Luhan satu tim dan Nichkhun bersama Wooyoung. “Kau akan
kalah kali ini,” kata Nichkhun pada kami.
Aku dan luhan saling
berpandangan, dan kami hanya tersenyum mendengar perkataan Nichkhun, “Kalah??
Itu tak mungkin.”
Beberapa menit telah berlalu,
score aku dan luhan yang memimpin. “Bagaimana? Masih mau di lanjutkan?” tanya
Luhan.
Wooyoung dan Nichkhun kelihatan
lelah, begitu pula denganku napasku susah untuk ku control. “Hyung, aku pulang
dulu,” kata Luhan.
“Ya, hati-hatilah dijalan!”
“Oiya, hyung katakan pada Irene
hari ini aku akan menghubunginya,” ucapnya lagi sembari tersenyum, aku hanya
mengacungkan jempol.
>>Skip
Wooyoung POV
“Hari ini begitu melelahkan.” Aku
duduk di depan Tv sambil mengeringkan rambutku yang masih basah. “Memangnya oppa dari mana?” tanya Irene
padaku yang baru bangun.
“Tadi kami baru saja main basket,
disana kami bertemu seorang namja!”
“Seorang namja? Siapa?” tanyanya
penasaran dengan namja tersebut.
“Kalau tak salah namanya Luhan.”
“Luhan? Apa benar dia? Oh my
god…” dia begitu terkejut mendengar nama luhan, apa yang istimewa dengan nama
Luhan??
Irene langsung berlari menuju
kamar kakaknya, dan tak menghiraukanku lagi. “Anak ini benar-benar.”
“Ada apa dengan Irene dan Luhan?
Hyung juga sepertinya begitu menyukai Luhan,” aku semakin penasaran dan bertanya-tanya
siapa namja itu.
Irene POV
“Oppa… aku masuk!”
Tak ada respon, aku pun masuk
kekamarnya, sepertinya dia masih mandi. Tak lama, akhirnya oppa pun keluar dari
kamar mandi, tak ada nichkhun oppa jadi aku bisa leluasa untuk bertanya pada
oppa ku. “Oppa, apa benar tadi oppa bertemu Luhan?”
Oppa mengangguk, “Dia ada bilang
sesuatu tidak?”
“Dia bilang, dia akan
menghubungimu…” mendengar ucapan oppa, aku langsung melompat kegirangan. “Dia
akan menghubungiku?”
“Ne, siap-siaplah…” seru oppa,
membuatku malu setengah mati.
Kini aku kembali ke kamarku,
duduk manis sambil terus memandangi ponselku menunggu telepon dari Luhan. Sudah
lama aku menunggu tak ada telepon masuk, sampai aku selesai mandi pun ponsel
tak kunjung berbunyi. Apa luhan hanya bergurau pada oppa?
Aku merebahkan tubuhku di tempat
tidur, menunggu hal seperti ini saja sudah membuatku lelah apalagi menunggu
Luhan akan mencintaiku?? Aku tak tahu, sampai kapan aku terus bertahan.
>> Careless, careless.
Shoot anonymous, anonymous.
Heartless, mindless. No one. Who care about
me?
Akhirnya Luhan menghubungiku,
Irene : “Yeoboseyo, Luhan-ssi!”
Luhan : “Irene-ah…”
Irene : “Wae?”
Luhan : “Aku bingung mau bilang apa??” dari suaranya,
sepertinya luhan merasa gugup.
Irene : “Memangnya kau mau bilang apa?”
Luhan : “Begini, besok kami tak ada show jadi besok aku tak
akan kemana-mana, apa kau mau pergi bersama ku?”
Irene : “Hah, jinjja? Tentu saja aku mau, orang mana yang akan
menolak saat idola nya mengajaknya jalan.” (aku tertawa kecil)
Luhan : “Kau ini, masih saja seperti itu. aku menganggapmu
sebagai temanku bukan sebagai fans ku, arasseo?”
Irene : “Nde, apa kau juga mengajak temanmu? Aku ingin sekali
bertemu mereka, terutama kris oppa.”
Luhan : “Mwo? Kris oppa? Anio, aku tak mengajak siapa-siapa.”
Irene : “Sayang sekali, aku juga ingin mengenal mereka bukan
kau saja.”
Luhan : “Jadi beginikah tingkah salah satu penggemarku, dia
menginginkan semuanya, heh dia begitu egois.”
Irene : (aku hanya tertawa mendengar ucapannya itu) “Aku hanya
bercanda. Jadi, besok kita bertemu dimana dan jam berapa?”
Luhan : “Aku yang akan menjemputmu jadi tunggu saja!”
Irene : “Baiklah.”
Luhan : “Aku tutup dulu.”
Irene : “Bye bye, Oppa!”
>>Skip
Malam ini aku masih menginap didorm
2pm, besok pagi aku akan pulang kerumah paman. Aku terus membayangkan hal apa
yang akan terjadi besok, ketika aku bertemu dengan belahan jiwaku, Luhan oppa.
Taecyeon oppa menghampiriku, “Hei, kau
sedang apa diluar sini? Disini sangat dingin ayo masuklah!” serunya padaku,
oppa ku ini memang sangat memperhatikanku.
“Anio, disini enak! Kalau oppa merasa
kedinginan, oppa saja yang masuk,” aku tetap pada posisiku, aku tak ingin
kemana-mana saat ini, disini begitu nyaman.
“Kalau begitu aku akan menemanimu, aku
juga ingin memberitahu mu sesuatu.”
“Mwo?”
“Aku memberikan rekaman suaramu ke
pada pimpinan Park Sajangnim, dan dia bilang padaku kau diterima menjadi
trainee di label JYP, apa kau tertarik?”
“Mwo? Oppa, kenapa kau melakukan itu,
aku tak bisa membayangkan jika aku harus menjadi salah satu trainee disana,”
ucapku agak kesal karena oppa begitu lancang memberikan rekaman suaraku pada
orang lain.
“Ayolah, ini akan menyenangkan jadi
kau bisa menjadi Idol seperti Luhan.”
“Justru itu yang menjadi masalahnya, kalau aku menjadi trainee
disana aku akan susah bertemu Luhan oppa, apa oppa tak memikirkan itu?”
Oppa langsung mengacak-acak rambutku seperti biasanya, “Yaa…
kau pikir Luhan juga akan selalu bertemu denganmu, dia itu baru debut tak
mungkin dia akan meluangkan waktunya untukmu, It’s very impossible.”
Mendengar perkataan nya itu, tiba-tiba
perasaan ku kacau dan sedikit kecewa. Jika itu benar, berarti akan susah
bertemu dengannya?? Tapi aku tak boleh egois, ini impiannya.
Oppa menatapku tajam, “Apa kau
kecewa?”
“Anio, aku baru sadar, itu bisa saja
terjadi dan seharusnya aku tak boleh egois karena ini adalah bagian dari mimpi nya, impian yang ada
di depan matanya, sebentar lagi dia akan mengalahkan dunia dan menggenggam
kesuksesan.”
Mendengar perkataan ku barusan
sepertinya oppa terkejut, mata nya melotot tajam menatapku dalam-dalam, “Apa
kau adikku Irene?” oppa menyentuh keningku, memastikan apa aku baik-baik saja?
“Yaa, Oppa!! Hmm.. aku akan memikirkan
hal ini baik-baik. Jadi tolong tinggalkan aku sendiri!” pinta ku padanya.
“Omo, jadi kau mengusirku?”
“Nde, secara halus!” bukannya pergi,
justru oppa merangkulku dan meletakkan kepalanya di bahuku, “Jika ini terus berlangsung, bisa-bisa
badanku akan remuk seketika.”.
“Apa oppa masih menantinya?” aku mulai
bicara.
“Ne, aku akan selalu menantinya.”
“Apa ini tak berlebihan? Sudah setahu
Gyowon eonni pergi , dan oppa masih saja seperti ini?”
“Inilah yang dinamakan cinta mati?”
Mendengarnya saja membuatku mual,
“Cinta mati? Apa masih ada Cinta seperti itu di dunia ini?”
“Tentu saja ada, buktinya aku.”
“Ahk, sudahlah aku ingin masuk dan
beristirahat, besok Luhan oppa akan menjemputku!”
“Aku tak percaya!”
Aku berlalu pergi tak ingin lagi
menghiraukannya, biarlah dia dan kesedihannya. Lagi pula mau bagaimana aku
bicara oppa tak akan mendengarkan ku, dia lebih keras kepala dari pada aku.
>>Skip
Keesokan harinya, aku bangun begitu cepat. Yang pasti semua
member 2pm belum ada yang bangun. Aku keluar dan mulai menghirup udara segar,
disini begitu dingin. Tak lama terdengar suara jendela terbuka, tiba-tiba aku
merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku. Benar saja, dia si bocah
wooyoung!
“Yaa…” teriakku.
“Heh, pagi-pagi begini kau mau kemana?”
“Anio, aku cuma ingin keluar saja!”
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan naik sepeda?”
“Boleh… tapi aku masuk dulu mau mengambil mantelku,” ucapku
melangkah masuk begitu juga Wooyoung yang langsung ke bagasi menyiapkan sepeda.
Tanpa buang-buang waktu kami pun segera jalan…
…
…
…
…
(Di perjalanan)
“Kenapa diam saja?” ucap wooyoung padaku.
“Hah? Memangnya apa yang harus dibicarakan?”
“Begini saja, aku ingin jujur padamu…”
Aku mulai gugup dan bertanya-tanya apa yang akan wooyoung
katakan padaku, “M..mwo?”
“Sekarang ini aku sudah memiliki yeojachingu,bagaimana
denganmu?”
“Apa-apaan
ini, untuk apa kau memberitahuku aku juga tak mau tahu!”
“Yaa, bagaimana denganmu, kenapa diam saja?” ucapnya
mengagetkanku.
“Ahk, aku belum memiliki kekasih, tapi akan!”
“Benarkah? Siapa namja beruntung itu?”
“Oppa sudah pernah bertemu dengannya, dia namja yang main
basket bersama kalian waktu itu.” aku mulai nyambung berbicara dengannya.
“Jadi dia orangnya, not bad!” ucap wooyoung.
“Dia itu lebih tampan dan lebih baik dari pada oppa, jadi
untuk apa oppa bilang seperti itu, “
kali ini aku mulai kesal padanya.
“Sepertinya yang lain sudah bangun, lebih baik kita pulang,
aku juga akan kerumah paman setelah ini.” Gumamku lagi yang pergi lebih dulu.
“Baiklah…” ucapnya.
>>Skip
Taecyeon POV
Aku mulai merasa khawatir, bagaimana jika Luhan tak menyukai
Irene? Aku tak bisa membayangkan harus melihat wajah adikku yang begitu sedih
dan kecewa. Anio, anio, aku tak boleh berpikir seperti itu, namja mana yang
akan menolak adikku? Dia tak kalah cantik dari Yoona ‘Girls Generation’.
“Irene-ah… cepatlah!”
Dia pun datang, “Nde, aku sudah siap, ayo!”
Akupun mengantarnya pulang, sepanjang perjalanan kami tak
banyak bicara. Mungkin dia merasa bahagia karena akan bertemu dengan Luhan
nanti siang. Dan sepanjang perjalanan pun aku memikirkan hal yang sama, jika
memang dia sedang memikirkan hal itu. “Semoga
saja Luhan tak mengecewakanmu,” harapku.
“Oppa… aku begitu gugup,” ucapnya mulai mengajakku bicara.
“It’s oke, just
all will be the best,”
gumamku mencoba membuatnya tenang.
“Yes, just
hopefully!”
>>>
Kami pun
sampai, “Aku langsung pergi, good luck for today with him!”
“Yee, oppa
hati-hati!”
…
….
….
….
Pukul 11.00
siang.
Irene POV
Aku masih
sibuk browsing melihat video-video EXo diinternet, tak lama ponselku berbunyi,
sebuah pesan masuk.
By : My Beloved
Aku akan segera kesana
Aku pun
segera bersiap-siap, tak lama hanya 15 menit. Tak lama bel berbunyi, aku pun
segera keluar.
“Annyeong,”
ucap Luhan oppa di balik pintu dengan senyuman manisnya yang tak pernah hilang
sekalipun dari wajah tampannya itu. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi dan hanya
bisa tersenyum melihatnya.
Dia memakai
jaket dan topi yang aku berikan waktu itu untuknya, dia sangat keren dan
semakin tampan memakai itu semua..
“Apa kau
sudah siapa,” ucapnya lagi, dan aku hanya bisa mengangguk.
Kami pergi
menggunakan motor, aku memeluknya erat seperti yang pernah aku lakukan saat
pertama kali kami bertemu… jinjja, seakan aku bermimpi saat ini! Nde, mimpi
yang begitu indah..
“Apa kau
senang?” tanya nya padaku yang sejak tadi hanya terdiam, terpukau akan dirinya
yang berada dalam pelukanku.
“Tentu saja,
aku bahagia sekali,” ucapku kegirangan.
“Baguslah
kalau begitu!”
Dia mulai
memerhatikan jalannya, kali ini dia membawaku sedikit jauh dari dorm 2pm. Dia
ingin membawa ku kemana? Itulah yang sedang aku pikirkan, tapi tak pernah
terbesit di pikiranku bahwa Luhan oppa akan macam-macam terhadapku, aku percaya
padanya.
Ketika banyak
bayangan yang ada di kepala ku ini, motornya pun berhenti di sebuah tempat,
tempat yang sangat indah dan belum pernah aku datangi sebelumnya. “Kita
dimana?”
“Apa kau
belum pernah kesini?” tanya nya padaku.
“Belum, kan
aku pernah bilang padamu kalau aku ini baru datang dari Amerika,” ungkap ku
padanya yang masih terus memandangi sekelilingku.
“Ahk, aku
baru ingat.” Luhan menarikku menjauh dari keramaian, dan kami pun duduk di
sebuah kursi di tengah taman yang di penuhi bunga-bunga yang cantik.
“Kita sedang
ada di Byeokchoji, ini sangat indah bukan?” lagi-lagi aku hanya mengangguk.
Ponsel ku
bergetar, pesan masuk! Heh, ternyata oppa.
By : Taec Oppa
Irene-ah, Fighting! J
“Siapa?”
tanya Luhan.
“Ah, ini oppa
ku. oh iya, bukannya kau namja china? Apa kau sudah pernah kesini?”
“Sebenarnya
belum, aku hanya tahu arah jalannya menuju kesini dan ini adalah ide Sehun
untuk membawamu kesini, katanya disini sangat indah ternyata itu benar.”
“Sehun?
Member Exo-K?” luhan mengangguk.
“Apa kau
ingin berkeliling?” ucapnya lagi.
Kami pun
mulai mengelilingi tempat ini, tempat yang baru pertama kali aku datangi begitu
juga dengan Luhan. Aku menghentikan langkahku dan mengambil topi dibalik tasku
ini, aku pun memakainya agar sama dengan Luhan oppa.
Luhan
berbalik dan terkejut melihatku memakai topi yang sama dengannya, “Omo, apa ini
sama?” tanya nya memandangi topi ku.
“Tentu saja,
kan aku yang memberimu topi itu,” ucapku, luhan hanya tersenyum tak percaya.
Dia terdiam
dan terus memandangi langit, “Apa kau marah? Baiklah, aku akan menyimpannya.”
Luhan
langsung menarik tanganku, berniat menghentikanku melakukan itu, “Anio, aku
justru senang jadi pakailah!”
Aku menghela
napas, “Heh… apa kau yakin?” dia mengangguk, anggukan yang kedua kalinya.
Melihatnya
yang terus memandangi langit-langit, aku pun duduk di bebatuan yang berada di
samping tempatnya berdiri. Aku mulai menarik napasku, menghirup udara yang
begitu segar. “Apa kau lelah?” tanya nya, kali ini aku yang mengangguk.
Luhan duduk
disampingku, disini tak ada satu pun orang yang lewat. “Apa kau tak takut?”
tanya nya lagi.
“Untuk apa
aku takut?” aku berbalik bertanya.
“Takut aku
berbuat macam-macam padamu.”
“Anio, itu
tak mungkin. Aku yakin oppa tak mungkin melakukan hal seperti itu!”
Luhan
tiba-tiba semakin mendekat kearahku, aku mulai gugup, tanganku pun mulai
bergetar, “Omo, apa yang akan dia
lakukan?” karena takut aku memejamkan mataku.
Tak ada yang
terjadi, aku pun mulai membuka kedua mataku. Telah ada sebuah kalung yang
melingkar di leherku, kalung yang begitu cantik.
“Apa kau
suka?”
Aku
mengangguk, “Nde, aku sangat menyukainya..”
“Tadi, kenapa
kau menutup mata?” aku hanya terdiam.
“Apa
jangan-jangan kau mengira aku akan menciummu?” tanya nya mendekatkan wajah nya
padaku.
“A… anio.”
Luhan
menggenggam tanganku, dan sepertinya kali ini dia begitu serius, aku juga akan
mulai serius. “Irene-ah…”
“Yee..”
“Aku merasa,
aku sudah mencintaimu. Apa kau mau menjadi yeojachingu ku?” ucap luhan
membuatku tersentak kaget tak percaya.
“Cinta…
padaku? Apa aku sedang bermimpi?”
Luhan
mencubit pipi ku lembut, “Tentu saja tidak, ini nyata!”
“Tentu saja
aku mau, nado saranghaeyo!”
Luhan
memelukku dan aku pun membalas pelukannya, pelukan hangatnya.
“Oppa, ada
yang ingin aku beritahu padamu!”
“Mwo?”
“Kata
taecyeon oppa, aku di terima menjadi trainee di JYP Ent. bagaimana menurut
oppa, apa aku terima saja atau menolaknya?”
Luhan melepas
pelukannya, “Jinjja? Ini sangat bagus, kenapa kau masih menanyakannya padaku?”
“Aku takut,
jika aku di training aku tak bisa lagi bertemu dengan oppa.”
“Tentu saja
bisa, aku juga mau memberitahumu untuk beberapa bulan kedepan aku akan ada show
di luar Seoul, dan kebanyakan di China.”
“Heh, jadi
kita tak akan bertemu?”
Luhan
mengangguk, “Jadi, aku harap kau mau menjadi trainee disana.”
“Baiklah, aku
akan terima.. apa ini juga alasan kenapa oppa menyatakan perasaan oppa padaku?”
“Tentu saja,
aku takut saat aku tak ada di Seoul kau malah melirik namja lain dan
memilihnya. Jadi, aku melakukan ini!”
“Ah, oppa
begitu licik, tapi aku menyukainya!” ucapku tersenyum manja.
Tiba-tiba
Luhan oppa menyentuh wajahku dengan kedua tangannya, kini kami sudah menjadi
sepasang kekasih. Tapi, aku masih merasa gugup. Wajah luhan semakin mendekat
sampai akhirnya aku memejamkan mata ku lagi, dan untuk kali ini, hal itu
benar-benar terjadi… ciuman lembut Luhan oppa. Bibirnya dan bibirku kini saling
bersentuhan, sangat lembut dan begitu manis… “Ahk, jinjja.. aku mati rasa. Luhan oppa, apa yang telah kau lakukan padaku? Aku seakan
tersihir olehmu.”
>>Skip
Keesokan
harinya, di dorm 2pm.
Taecyeon POV
Aku, Irene,
Nichkhun dan Junho sedang bersih-bersih semua ruangan yang ada di dorm ini.
Debu-debu di dorm ini seakan telah menumpuk hingga 5 cm, setelah Gyowon pergi
dorm ini kacau balau, semua berantakan. Setelah semua selesai, kami pun mulai
bersantai di ruang tengah.
“Irene-ah,
apa kau sudah memutuskan?” tanya ku pada Irene.
“Yee, aku
memutuskan untuk mencoba menjadi trainee disana.”
“Jinjja? Ini
bagus,” ucap Nichkhun ikut senang mendengarnya.
“Nde… ini
sangat bagus untukmu juga untuk kami,” ucap Junho, kali ini aku sedikit tak
mengerti, ‘Untuk kami ?’
“Untuk kami?
maksudnya apa?”
“Ya, jadi
kita punya junior baru bukan?”
Mendengar
perkataannya, aku dan Nihckhun mengangguk setuju. “Oppa, aku sudah menjadi
kekasih Luhan oppa?” bisik Irene padaku.
“Benarkah,
jadi kemarin dia benar-benar menyatakannya?” cetusku.
“Menyatakan
apa?” tanya Nichkhun penasaran.
Irene
menggeleng member isyarat padaku agar aku tak memberitahu siapa-siapa, “Ahk,
bukan apa-apa!”
Aku menarik
Irene menjauh dari mereka berdua, “Dia bilang apa padamu?”
“Dia bilang
dia mencintaiku dan dia tak ingin aku melirik namja lain,” ungkapnya.
“Itu saja?
Jangan sampai dia menciummu!” ucapku dengan wajah aneh.
“Upppss….”
“Uppps? Apa
itu, jangan bilang kau dan dia..?”
“Yee, oppa!
Mianhae, kami terlalu menikmati suasana saat itu, sampai itu terjadi.”
“Baiklah, aku
memahaminya jadi tak apa?”
“Ahk, Oppa
memang oppa terbaik di dunia ini,” ucap Irene langsung memelukku.
“Oiya, aku
menerima tawaran karena bujukkan dari luhan oppa juga, jadi berterima kasih lah
padanya.”
“Ne, nanti
aku akan menghubunginya.”
Aku ikut
bahagia melihatnya bahagia, apa lagi tahu dia menerima untuk menjadi salah satu
trainee di JYP, di label yang sama denganku. Ini moment yang paling
membahagiakan bagiku, ketika melihat adikku tersenyum bahagia karena Luhan,
namja china itu.
“Gyowon-ah…”
“Apa disana
kau juga bahagia?”
-END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar