“Because Of You”
(Chapter 1)
Author : Jung
Hyera
Genre : Romance, sad, family.
Cast :
- Kai EXO
- Baekhyun EXO
- Go Eun-mi
- Kim Yu ra
- Hwang Miyoon
Rated : PG 15+
Length : Twoshoot
Annyeong!!^^
Cerita ini about my Bias in EXO. Hidup
mereka, merekalah yang menjalani. Begitu juga hidupku, aku membuat cerita ini
hasil dari pikiranku selama berhari-hari, melewatkan beberapa malam, dan
memerlukan waktu yang tak sebentar. Jadi, dilarang keras untuk mengopas, ya
bisa di bilang di larang keras untuk menjadi seorang PLAGIAT!
Buatlah cerita sesuatu dengan kreasi
kalian, arajji!!
Author
POV
“EunMi-ah…
cepatlah jadi kau bisa sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah!” teriak eomma
EunMi dari lantai bawah.
“Nde!”
balas EunMi yang melangkah turun menghampiri eomma dan appa nya yang telah
menunggunya.
“Apa appa
akan mengantar ku kesekolah?” tanya EunMi sambil menyantap sarapannya.
“Ani,
appa, ada rapat pagi-pagi sekali, jadi berangkatlah sendiri!” kata sang appa
yang masih sibuk membaca Koran pagi nya.
“Heh,
Baiklah!” kata EunMi meneguk habis susu nya dan segera berangkat sendiri,
dengan di antar oleh sang sopir.
Tak jauh
dari Hangang senior high school, di lihatnya seorang namja tinggi berkulit tan
dengan sepeda sport nya yang akan segera memasuki gerbang sekolah. “Heh, namja itu.!” benaknya.
…
…
…
Eun Mi
melangkah menuju ruang kelasnya, dimana dia akan terus memperhatikan pelajaran
yang akan gurunya jelaskan. Tak ada satu orang pun yang menghampirinya, dia
murid yang tak mudah bersosialisasi, ditambah dia adalah murid pindahan
beberapa minggu yang lalu.
Dia hanya
terus memandangi lapangan dari jendela yang ada di sampingnya, memandangi
kertas-kertas kosong di buku tulisnya. Sesekali dia sering menyalurkan bakatnya
di atas kertas kosong itu, menulis cerita, itulah yang di lakukan saat tak ada
jam pelajaran.
“Apa yang
bisa kulakukan di kelas ini? Aishht, hari-hariku terasa gelap karena mereka
semua!” bisik Eun Mi merasa kesal.
Di
pandanginya namja yang berkulit tan itu, yang ternyata sekelas dengannya.
Mereka tak jauh berbeda, namja itu hanya terus tertidur di kelas, menulis,
mendengarkan lagu, itulah yang dia lakukan setiap harinya. Bahkan bolos pun
menjadi salah satu hobby nya.
“Bahkan
aku tak jauh berbeda dengannya!” deciknya lagi, sambil terus memandang namja
itu.
…
…
Eun Mi
mulai tak betah di sekolah barunya, pulang sekolah dia langsung membicarakan
hal itu pada eomma nya.
“Eomma!
apa tak ada sekolah lain yang lebih baik?” tanya nya pada eommanya yang sibuk
membaca majalah fashion.
“Memangnya
kenapa, apa kau tak memiliki teman disana?” sahut sang eomma.
“Mmm, aku
ingin pindah!” ucap Eun Mi lagi.
Eommanya
tak menjawab sepatah kata pun, perhatiannya masih ada pada majalah-majalah yang
ada di atas meja. Eun Mi merasa kesal dan berlalu pergi. Begitulah yang setiap
hari dia rasakan, hidup menjadi anak tunggal, tak semudah yang di pikirkan.
Keluarga kaya, namun miskin kasih sayang. Itulah sedikit spesifikasi hidup Eun
Mi dari dia kecil hingga sekarang, menduduki masa remaja.
…
…
Pagi ini,
wajah Eun Mi sangat kacau. Lingkaran hitam telah menempati di sekeliling
mataya, seperti mata panda. Di ambilnya roti tawar di atas meja makan, dan
duduk di antara eomma dan appa nya tanpa mengatakan sesuatu. Dengan cepat dia
meneguk habis susu nya.
“Apa tak
ada yang ingin kau katakan pada appa?” tanya appa EunMi.
“Jika
ada, apa appa akan mengabulkannya?” kata EunMi dengan ekspresi datarnya.
“Jika
appa bisa. Memangnya apa yang kau inginkan? Katakanlah!” sahut sang appa.
“Aku
ingin keluar dari sekolah itu, aku ingin keluar dari rumah ini, dan aku ingin
pergi untuk selamanya!” ucap EunMi dengan nada berteriak.
“Mwo
haneun geoya? Apa kau gila?” kata appa EunMi dengan wajah menahan amarah yang
sudah memuncak.
EunMi
terdiam dan tak lama berkata, “Ya, aku memang sudah gila, dan itu karena kalian
yang tak memperdulikanku!”
“Baiklah,
jika kau muak menjadi anak kami, kaseyo, kaha!” ucap sang appa lagi.
“Yaa,
yeobo!” gumam eomma EunMi yang tak tahan dengan sikap suaminya itu.
“Tak apa,
biarkan dia!” kata sang appa berlalu pergi dengan membawa tas yang berisi
berkas-berkas penting.
EunMi pun pergi menuju kamarnya untuk mengemas pakaiannya, tak
lama dia kembali turun. “Kenno!” ucapnya meninggalkan sang eomma yang sudah di
banjiri air mata. EunMi pun pergi tanpa seorang sopir, dia juga tak membawa
ponsel dan dompetnya. Semuanya ia tinggal di dalam kamarnya.
Apa yang bisa ia lakukan tanpa semua fasilitas dari sang appa?
Dia pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, cukup jauh baginya, melalui
jalan demi jalan. Baru kali ini dia berangkat tak menggunakan mobil.
“Aish, sekolah masih jauh, apa yang harus ku lakukan, ini
melelahkan!” gumamnya yang mulai kelelahan.
“Ayo naiklah!!” seru seorang namja yang datang dari
belakangnya. EunMi pun berbalik dan memandang siapa orang itu. Betapa
terkejutnya dia, melihat siapa orang itu, namja berkulit tan itu sudah di
hadapannya saat ini.
“Eoh? Kau…” gumamnya tak menyangka.
“Ayo naiklah, apa kau ingin terlambat!” kata namja itu lagi.
Mau tak mau, EunMi pun segera naik dan berpegangan erat pada
bahu namja itu. “Kau… bukannya kau teman sekelasku. Apa kau tahu namaku?” kata
EunMi dengan suara yang melemah.
“Tentu, kau Go EunMi kan?”
“Wah, kau tahu namaku? Aku tak tahu nama mu siapa!” kata EunMi
lagi.
Namja itu hanya tersenyum sambil terus mengayuh sepedanya
hingga sampai kesekolah. Dengan cepat mereka berjalan melewati kelas-kelas
lainnya hingga sampai ke kelas mereka. “Ya, nama mu siapa? Mmm, kamsahabnida
telah mengantarku!” kata EunMi yang terus mengikuti namja itu.
“Aku tak punya alasan untuk menjawab pertanyaanmu, jadi
pergilah, semua sedang memerhatikan kita!” ucap namja itu lagi.
EunMi langsung melihat sekelilingnya, benar saja perhatian
semua murid di kelas itu tertuju kepada mereka. Bagaimana tidak, mereka murid
yang tak pernah berkomunikasi dengan murid lainnya justru menjadi dekat seperti
itu. EunMi pun melangkah menuju bangku tempat duduknya.
Dia masih terus memandangi namja itu, “Kau memang baik dan
tampan. Hanya saja kau itu begitu menyebalkan!” gumam EunMi yang duduk di
bangku belakang tanpa seorang partner.
Pelajaran selesai begitu saja.
“Aku harus kemana membawa bawaan yang berat ini? Aku juga sudah
tak memiliki uang!” kata EunMi masih terduduk di dalam kelas. Semua temannya
telah pergi meninggalkan kelas begitu juga dengan namja tan itu.
EunMi segera keluar, dan masih mencari cara. Dia akan menginap
dimana malam ini? Dilihatnya sepeda namja itu yang masih ada di parkiran. “Apa
dia belum pulang?” deciknya sambil melangkah melewati gerbang sekolah.
Dia masih terduduk di bangku yang ada didepan sekolahnya. “Apa
kau tak pulang?” ucap seseorang yang ternyata namja itu lagi.
“Apa kau akan berbicara denganku ketika semua orang tak ada?
Eoh??” kata EunMi dengan sinisnya.
Namja itu
hanya diam, “Kau benar-benar menyebalkan!” kata EunMi lagi.
Namja itu
pun menyandarkan sepedanya pada tembok gerbang sekolah dan duduk di samping
EunMi, “Aku tak suka dengan orang yang banyak bicara, jadi jika kau berbicara
denganku di kelas. Mereka semua akan banyak bicara mengenai ku, bahkan kau
juga. Apa kau mengerti?” ungkap namja itu.
“Ye,
arasseoyo. Ternyata kau tak seperti yang ku pikirkan!”
“Ahk, aku
ingat. Namaku , Kim jongin. Kau bisa memanggilku Kai!” kata namja itu, yang
ternyata bernama Kai.
“Ah,
Kai-ssi, gomawo karena kau sudah membantuku tadi pagi!” ucap EunMi kembali
mengucapkan terima kasih pada namja itu.
“Baiklah,
kalau begitu aku duluan, aku masih ada urusan!” kata Kai yang meraih sepedanya.
Dan berlalu pergi meninggalkan EunMi sendiri. EunMi terus memandanginya dengan
penuh harapan, hingga akhirnya namja itu hilang dari pandangannya.
Hari
mulai petang, EunMi masih terduduk di tempat itu. kali ini dia benar-benar
putus asa. Mobil-mobil terus berlewatan di hadapannya. Perutnya pun mulai
keroncongan. Tak lama EunMi termenung dan meneteskan air mata.
“Gwaenchanha,
EunMi-ssi?” kata Kai yang sudah ada di hadapan EunMi.
“Eoh?
Kai, kenapa kau ada disini?” tanya EunMi salah tingkah. Kai membawa makanan
ringan dan memberikannya pada EunMi.
“Makanlah,
apa kau tak lapar, bukannya kau terus disini,” kata Kai.
EunMi
langsung mengambilnya dan mulai melahap makanan itu. “Tapi, kenapa kau bisa
tahu aku terus disini sejak tadi?” tanya EunMi penasaran.
“Itu… ya,
karena kau masih disini. Aku tadi melihatmu, jadi aku menghampirimu!” terang
Kai. EunMi tak menyahut, dia terus melahap makanan yang Kai bawa untuknya.
sepertinya dia sangat kelaparan.
“Kau tak
pulang kerumahmu?” tanya Kai lagi.
“Aniya,
aku tak akan pulang!” kata EunMi dengan suara parau karena makanan yang ada di
mulutnya.
“Wae? Apa
eomma dan appa mu tak mencarimu?” ucap Kai, sepertinya dia bukanlah namja
pendiam. Dia banyak bertanya.
“Mereka
tak akan mengkhawatirkanku. Aku akan tidur disini malam ini!”
“Eoh?
Disini, apa kau gila? Kalau ada yang menjahatimu bagaimana?” gumam Kai dengan
mata melotot.
“Bagaimana
lagi, aku tak tahu harus kemana!”
“Baiklah,
kalau begitu kau menginap dirumah ku saja!” ajak Kai. EunMi pun bersedia dan
ikut kerumah Kai.
…
…
“Apa ini benar-benar rumahnya? Atau orang
tuanya bekerja disini?” benak EunMi saat pertama kali melihat rumah
Kai.
“Ayo,
masuklah!” seru Kai.
“Wah,
rumahmu bahkan lebih besar dari rumahku. Apa kau tinggal sendiri disini?” tanya
EunMi masih merasa takjub melihat sekeliling rumah Kai yang begitu mewah.
“Orang
tua ku, pulang sekali dalam sebulan. Mereka sangat sibuk, tapi aku mengerti.
Jadi, disini aku tinggal sendiri!” terang Kai, yang melangkah masuk kedalam
dapur.
Tak lama
Kai keluar dengan membawa segelas jus jeruk dan memberikannya kepada EunMi.
“Kamsahabnida, Kai-ssi!” ucap EunMi. Apa kau tak memiliki pembantu?” tanya
EunMi lagi.
“Mm,, aku
lebih suka mengerjakan semuanya sendiri!” sahut Kai, yang langsung berbaring di
sofa nya.
Kemudian
EunMi terdiam, “Apa dia benar-benar baik?
Aku takut dia akan melakukan sesuatu padaku!” batinnya.
“Tenanglah,
aku bukan orang jahat, aku tak akan macam-macam kepadamu. Jika kau ingin
berisitirahat, tidur lah di kamar tamu yang ada di atas!” kata Kai yang
langsung bangun dari tidurnya, dan melangkah masuk ke kamarnya. Tempat seperti
kamarnya.
“Eoh? Apa
dia tahu apa yang aku pikirkan?” gumam EunMi melangkah naik, menuju kamar tamu
yang di maksud Kai tadi.
Malam ini
mereka beristirahat dengan baik, lain hal dengan eomma dan appa EunMi yang
khawatir dengan keadaan anak tunggalnya itu. Eomma EunMi masih terjaga,
berharap EunMi akan membuka pintu rumahnya. Tapi, itu hanya harapan yang tak
akan terjadi. Karena EunMi sudah bertekad tak akan kembali sebelum eomma dan
appa nya tahu apa yang sebenarnya yang ia inginkan.
Keesokan
paginya, Kai sudah lebih dulu bangun. Bahkan dia sudah mengenakan saragam
sekolahnya yang masih belum lengkap. Dia pun segera menuju kamar atas, dan mulai
membangunkan EunMi.
“EunMi-ssi,
ini sudah jam 6 pagi, apa kau tak akan pergi kesekolah?” kata Kai sambil
mengetuk pintu kamar itu.
Tak ada
jawaban, akhirnya Kai pun langsung masuk, karena pintu kamarnya juga tak di
kunci. Kai mengusap pelan bahu EunMi, “Yaa, Go EunMi!!” kai terus
memanggil-manggil namanya. EunMi masih saja tertidur. Dia tidur begitu nyenyak.
Kai pun
mencari cara lain, di raihnya kedua tangan EunMi dan menarik-nariknya agar
terbangun. Caranya berhasil, tapi EunMi justru menarik lebih kuat, hingga
akhirnya tubuhnya terjatuh di dalam pelukan EunMi. Seketika mata EunMi langsung
melotot. Terkejut dengan posisi Kai yang sekarang telah ada di dalam
pelukannya.
“Eoh?
Omo!!!” teriak EunMi histeris.
“Mianhaeyo,
aku tak bermaksud lancang. Aku mencoba membangunkanmu tapi, kau terus
tertidur!” terang Kai, melepas pelukannya dan melangkah keluar.
EunMi
terus mengatur napasnya yang sudah tak teratur. Dia meletakkan tangannya tepat
di dadanya, jantungnya kini berdetak sangat kencang, tak bisa ia kendalikan.
Dia terus menarik napas, dan kemudian membuang napasnya. “Apa ini? Jantung ku
rasanya nyeri!” kata EunMi menjerit.
Tak lama
EunMi pun menghampiri Kai, yang sudah menunggunya sejak tadi. “Mianhae!” kata
Kai lagi, masih merasa bersalah.
“Naega…gwaenchanha!”
ucap EunMi.
Mereka
pun langsung berangkat kesekolah bersama. Ketika di sekolah, mereka bersikap
seperti tak ada yang terjadi diantara mereka. Mereka saling membisu ketika
bertemu. Hingga akhirnya, ada seorang namja yang memanggil EunMi di balik pintu
masuk.
“Go
EunMi-ssi!” panggil namja itu yang ternyata sunbae nya.
EunMi pun
menghampirinya, “Nde, sunbaenim!” sahut EunMi.
Namja itu
tersenyum, sangat manis dan cantik. Tanpa sepengetahuan EunMi, Kai terus
memerhatikan mereka, yang terus berbincang.
“Bagaimana bisa, sunbae, tahu nama ku?” EunMi merasa heran karena dia
pun tak tahu siapa namja itu, dia hanya tahu bahwa namja itu sunbae nya.
“Tentu
saja aku tahu, siapa yang tak mengetahuimu? Oh, iya, Naega, Byun baekhyun!”
kata namja itu lagi.
“Eoh…
Nde, Baekhyun…oppa!” ucap EunMi pelan.
Kai yang
menguping pembicaraan mereka hanya mengomel dalam hati, “Mwo? Oppa? Aigo!”
gumamnya.
“Baekhyun-ssi…”
panggil seorang yeoja yang datang menghampiri mereka.
“Eoh? Yu
Ra-ssi, waeyo?” tanya Baekhyun yang menerima kedatangannya.
“Aku
memerlukan bantuanmu untuk tugas dari Park soensaengnim, apa kau bisa?” tanya
nya lagi, yang menggandeng lengan Baekhyun.
“Baiklah,
EunMi-ah… aku pergi. Sampai jumpa!” ucap Baekhyun.
Yu ra,
Kim Yu ra, terus memandang sinis EunMi seperti menjadikannya saingan, yang akan
dia jatuhkan. EunMi hanya diam, dan tak melawannya. Dia pun kembali masuk
kelas, karena Lee soensaengnim segera masuk untuk mengajarkan mereka pelajaran
Matematika. Dan yang paling mengejutkannya. Disebelah bangkunya, Kai telah
duduk disana. “Eoh, Kai, kau… kenapa kau disini?”
“Apa kau
tak bisa melihat, aku sedang duduk disini, duduklah!” seru Kai, menarik tangan
EunMi hingga ia terduduk tepat di samping Kai.
“Benar-benar
aneh!” gumam EunMi. Semua murid di kelas itu heran, dengan mereka berdua.
EunMi dan
Kai mengikuti pelajaran dengan baik. Di waktu jam istirahat, EunMi tak keluar
kelas, begitu juga dengan Kai. “Apa kau lapar?” tanya Kai, yang melihat EunMi
terus meremas perutnya yang sudah keroncongan.
“Mmm,
jeongmal!” EunMi mengangguk.
Kai pun
membuka tas ranselnya, dan mengeluarkan sebuah kotak bekal. “Ini makanlah!”
kata Kai pada EunMi. Tak lama Baekhyun
datang menghampiri mereka di dalam kelas.
“EunMi…
apa kau mau makan siang denganku?” tanya Baekhyun pada EunMi.
EunMi
diam sejenak untuk berpikir, di liriknya wajah Kai yang sudah tak bersahabat
itu. Diapun menjawab, “Minhae sunbaenim, aku akan makan bersama Kai oppa!” kata
EunMi.
“Eoh?? Oppa?” batin Kai.
“Begitu
ya, baiklah.” Kata Baekhyun melangkah meninggalkan mereka.
EunMi
kembali duduk, dia sedikit gugup karena mengatakan hal tadi. Kai pun tersenyum,
EunMi ikut tersenyum melihat Kai yang seperti itu. “Makanlah!”
EunMi pun
mulai melahap makanan yang di beri oleh Kai, “Apa kau membuatnya sendiri? Ini
enak, gomawo!” ucap EunMi menikmati makanannya.
“Tentu
saja, siapa lagi kalau bukan aku, eoh?” kata Kai kembali tersenyum.
“Apa
kalian pacaran?” tanya seorang yeoja, teman sekelas mereka yang duduk di depan
EunMi.
“Nde? Ah,
anio!” kata EunMi tersipu malu.
“Kenapa
tidak? Kalian cocok!” kata yeoja itu lagi, yang bernama Miyoon itu.
“Ah,
Kamsahabnida, Miyoon-ssi! Aku senang mendengarnya!” kata Kai bersikap manis.
EunMi
memandang sinis Kai, dan menginjak kaki nya. “Yaa, EunMi-ah!!” teriak Kai
menjerit kesakitan.
“Ternyata
kau lucu dan tampan ya!!??” kata Miyoon lagi.
“Apa kau
baru sadar? Semua orang sudah tahu, kalau aku ini tampan!” terang Kai, penuh
percaya diri.
EunMi tak
bicara, dia terus melahap bekal yang Kai bawa untuknya hingga habis. “Ini…
gomawo! Aku benar-benar menikmatinya, pasti kau membuatnya dengan setulus
hati!” ucap EunMi mengembalikan kotak bekal Kai.
“Tentu
saja, aku ini sang ahli!”
…
…
…
“EunMi-ssi,
apa kau mau pulang bersama ku?” ajak Miyoon.
“Mian, Miyoon-ah,
aku akan pulang bersama Kai!” ucap EunMi, menolak ajakan Miyoon dengan lembut.
“Eoh,
arasseo! Kalian tak perlu lagi menyembunyikannya!” kata Miyoon tertawa kecil.
“Baiklah, sampai jumpa!” katanya lagi, sambil melambaikan tangan dalam sebuah
mobil mewah.
“Apa kau
tak akan menyesal menolak tawarannya?” tanya Kai pada EunMi yang sudah ada di
belakangnya.
Belum
EunMi menjawab, Baekhyun kembali menghampiri mereka. “EunMi-ssi, pulanglah
bersama ku!” ajak Baekhyun.
EunMi
kembali melirik Kai dan merasa tak enak dengan Kai, “Mian, Baekhyun sunbaenim,
aku sudah janji akan pulang bersama Kai!” kata EunMi, lagi-lagi menolak ajakan
seseorang untuk mengantarnya pulang.
“Baekhyun
oppa!” teriak Yu Ra dari kejauhan.
“Ahk, itu
ada Yu ra eonni, jadi kami pergi dulu ya!” kata EunMi, ia langsung memegang
erat bahu Kai. Kai pun segera mengayuh sepedanya sekencang mungkin.
“Kau
belum menjawab pertanyaan ku tadi, apa kau tak akan menyesal, lebih memilih
naik sepeda bersama ku?” tanya Kai lagi.
“Ani, aku
lebih suka seperti ini, dari pada naik mobil, yang akan mengingatkan ku lagi
pada eomma dan appa!” ungkap EunMi, benar saja ia kembali teringat eomma dan
appa nya. Dia merindukan eomma nya.
…
…
…
Beberapa
hari berlalu,
Miyoon
dan EunMi kini menjadi teman baik, begitu juga dengan Kai. Dan Baekhyun pun
terus berusaha mendekati EunMi. Dia menaruh hati padanya, dan ingin mendapatkan
EunMi. Baekhyun juga sering kali merasa cemburu melihat kedekatan Kai dan
EunMi. yang kemana-mana terus berdua.
“EunMi-ah…”
panggil Miyoon pada EunMi.
“Mm…
waeyo?” tanya EunMi terus membuka lembar demi lembar komiknya.
“Berhentilah,
membaca komik yang tak jelas itu!” seru Miyoon menarik komik EunMi. “Ada yang
ingin ku bicarakan padamu!” ucapnya lagi.
Kini
EunMi menurut, dia mulai diam dan memasang wajah serius, mendengarkan curhatan
Miyoon. “Palli, apa yang akan kau bicarakan?” EunMi mulai penasaran.
“Kau
benar-benar tak menyukai Kai kan?” EunMi hanya diam tak menjawab pertanyaan
Miyoon. “Aku menyukainya, aku menyukai Kai!” ungkap Miyoon. EunMi yang
mendengarnya biasa saja, tapi dia sedikit takut.
“Ah… itu
bagus! Ne, itu bagus!” ucap EunMi kelihatan gugup.
Miyoon
tersenyum. EunMi pun kembali menarik komik yang Miyoon ambil darinya. Dia mulai
membaca kembali komiknya. Komik yang Kai berikan padanya. Tak lama EunMi
berdiri, dan meraih tas nya. “Miyoon-ah, aku pulang duluan ya, tiba-tiba
kepalaku pusing!” ucap EunMi melangkah terburu-buru. Tanpa memberi kesempatan
Miyoon untuk berkata, “Hati-hati!”
“EunMi-ah,
kau ini kenapa, eoh?? Kau tak mungkin menyukainya juga, kau tak menyukainya!
Arasseo!!!” gumam EunMi merasa kesal pada dirinya sendiri, dengan terus
memukul-mukul kepalanya pelan.
Tiba-tiba
Kai muncul dihadapannya seperti hantu, ya, namja yang sedang ada di pikirannya.
“EunMi-ah, bukannya tadi kau bersama Miyoon?” tanya Kai heran.
“Mm, tadi
kami bersama, tapi sekarang tidak!” kata EunMi melangkah pergi.
“Eoh… ada
apa dengannya?” kai mempercepat jalannya, menyusul EunMi. “Ada apa denganmu?”
tanya Kai lagi.
EunMi pun
menghentikan langkahnya dan memandang lekat wajah Kai. “Apa kau menyukai Miyoon?”
Kai
terdiam dan langsung tertawa, “Ah, aigoo, pertanyaan apa itu?” kata Kai masih
tertawa.
“Ani… aku
tak menyukai nya. Wae, waeyo?” Kai terus mendesak EunMi untuk berbicara.
EunMi
kembali melangkah. Bahkan ia berlari, menjauh dari Kai. Tapi, Kai tentu tak
akan membiarkannya, dia mengejar EunMi. Hingga EunMi pun terjatuh. “Gwaenchancha
EunMi-ssi?” Kai mencoba membantunya untuk berdiri, dan membersihkan lututnya
yang sudah di penuhi oleh pasir-pasir.
Lagi-lagi
EunMi tak menghiraukannya. Kai langsung memeluk EunMi. Memeluknya dengan sangat
erat. EunMi tak bisa memberontak karena pelukan Kai yang begitu erat
menyelimuti tubuh nya yang lebih kecil itu.
Entah apa
yang EunMi pikirkan, dia sangat ingin membalas pelukan Kai dengan membalut
lengannya di tubuh Kai. Tapi, seketika Miyoon menghampiri pikirannya. Akhirnya,
ia pun mengurungkan niatnya itu. dia hanya terdiam, membiarkan Kai terus
memeluknya. “Dari awal, aku Cuma menyukai satu orang. Yaitu, Go EunMI!” bisik
Kai di balik pelukannya.
“Nado, nado joah-e. tapi…” EunMi
terus terdiam, terus berpikir apa yang harus dia lakukan setelah hal ini
terjadi.
Tiba-tiba
Miyoon datang, dan melihat mereka. EunMi masih di dalam pelukan Kai. Tentu saja
Miyoon kaget, terkejut dan tak menyangka, belum ada setengah jam ia memberitahu
perasaannya kepada EunMi mengenai Kai. Tapi, sekarang dengan kedua matanya, ia
justru melihat sahabatnya itu sudah ada dalam pelukan Kai, namja yang dia
sukai.
Butuh
beberapa detik, sampai pandangan EunMi kearah Miyoon yang berdiri tak jauh dari
mereka. “Miyoon-ah…!” teriak EunMi melepas pelukannya. Miyoon berlar, sangat
cepat. EunMi yang mengejarnya tak bisa menyusulnya. Kai pun ikut merasa
bersalah, meski dia tak tahu pasti mengapa Miyoon bersikap seperti itu.
Tiba-tiba
EunMi jatuh pingsan. Sontak, Kai langsung menghampirinya dan langsung membawa
nya pulang. Mengistirahatkan nya didalam kamarnya. Kai juga segera mengkompres
EunMi yang tiba-tiba demam. “Apa kau lelah? Istirahatlah, aku akan terus
menjagamu!” kata Kai.
Kai
tertidur…
“Miyoon-ah… mianhaeyo! Aku tak bermaksud
menyakitimu. Miyoon-ah, jangan marah, jebal! Aku tak ingin kehilangan teman
sepertimu…” ucap EunMi yang sedang mengigau…
To Be
Continue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar