Whatsup!

Sudah 8 tahun berlalu. . .
Dan ternyata banyak yang telah berubah. Tidak dengan blog ini, masih sama seperti dulu.

Selasa, 20 Mei 2014

FF EXO "Because Of You" Chapter 1

“Because Of You”
(Chapter 1)
Author         : Jung Hyera

Genre           : Romance, sad, family.

Cast             :

- Kai EXO

- Baekhyun EXO

- Go Eun-mi

- Kim Yu ra

- Hwang Miyoon

Rated           : PG 15+

Length         : Twoshoot


Annyeong!!^^

          Cerita ini about my Bias in EXO. Hidup mereka, merekalah yang menjalani. Begitu juga hidupku, aku membuat cerita ini hasil dari pikiranku selama berhari-hari, melewatkan beberapa malam, dan memerlukan waktu yang tak sebentar. Jadi, dilarang keras untuk mengopas, ya bisa di bilang di larang keras untuk menjadi seorang PLAGIAT!
          Buatlah cerita sesuatu dengan kreasi kalian, arajji!!


Author POV

“EunMi-ah… cepatlah jadi kau bisa sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah!” teriak eomma EunMi dari lantai bawah.

“Nde!” balas EunMi yang melangkah turun menghampiri eomma dan appa nya yang telah menunggunya.

“Apa appa akan mengantar ku kesekolah?” tanya EunMi sambil menyantap sarapannya.

“Ani, appa, ada rapat pagi-pagi sekali, jadi berangkatlah sendiri!” kata sang appa yang masih sibuk membaca Koran pagi nya.

“Heh, Baiklah!” kata EunMi meneguk habis susu nya dan segera berangkat sendiri, dengan di antar oleh sang sopir.

Tak jauh dari Hangang senior high school, di lihatnya seorang namja tinggi berkulit tan dengan sepeda sport nya yang akan segera memasuki gerbang sekolah. “Heh, namja itu.!” benaknya.



Eun Mi melangkah menuju ruang kelasnya, dimana dia akan terus memperhatikan pelajaran yang akan gurunya jelaskan. Tak ada satu orang pun yang menghampirinya, dia murid yang tak mudah bersosialisasi, ditambah dia adalah murid pindahan beberapa minggu yang lalu.

Dia hanya terus memandangi lapangan dari jendela yang ada di sampingnya, memandangi kertas-kertas kosong di buku tulisnya. Sesekali dia sering menyalurkan bakatnya di atas kertas kosong itu, menulis cerita, itulah yang di lakukan saat tak ada jam pelajaran.

“Apa yang bisa kulakukan di kelas ini? Aishht, hari-hariku terasa gelap karena mereka semua!” bisik Eun Mi merasa kesal.

Di pandanginya namja yang berkulit tan itu, yang ternyata sekelas dengannya. Mereka tak jauh berbeda, namja itu hanya terus tertidur di kelas, menulis, mendengarkan lagu, itulah yang dia lakukan setiap harinya. Bahkan bolos pun menjadi salah satu hobby nya.

“Bahkan aku tak jauh berbeda dengannya!” deciknya lagi, sambil terus memandang namja itu.



Eun Mi mulai tak betah di sekolah barunya, pulang sekolah dia langsung membicarakan hal itu pada eomma nya.

“Eomma! apa tak ada sekolah lain yang lebih baik?” tanya nya pada eommanya yang sibuk membaca majalah fashion.

“Memangnya kenapa, apa kau tak memiliki teman disana?” sahut sang eomma.

“Mmm, aku ingin pindah!” ucap Eun Mi lagi.

Eommanya tak menjawab sepatah kata pun, perhatiannya masih ada pada majalah-majalah yang ada di atas meja. Eun Mi merasa kesal dan berlalu pergi. Begitulah yang setiap hari dia rasakan, hidup menjadi anak tunggal, tak semudah yang di pikirkan. Keluarga kaya, namun miskin kasih sayang. Itulah sedikit spesifikasi hidup Eun Mi dari dia kecil hingga sekarang, menduduki masa remaja.



Pagi ini, wajah Eun Mi sangat kacau. Lingkaran hitam telah menempati di sekeliling mataya, seperti mata panda. Di ambilnya roti tawar di atas meja makan, dan duduk di antara eomma dan appa nya tanpa mengatakan sesuatu. Dengan cepat dia meneguk habis susu nya.

“Apa tak ada yang ingin kau katakan pada appa?” tanya appa EunMi.

“Jika ada, apa appa akan mengabulkannya?” kata EunMi dengan ekspresi datarnya.

“Jika appa bisa. Memangnya apa yang kau inginkan? Katakanlah!” sahut sang appa.

“Aku ingin keluar dari sekolah itu, aku ingin keluar dari rumah ini, dan aku ingin pergi untuk selamanya!” ucap EunMi dengan nada berteriak.

“Mwo haneun geoya? Apa kau gila?” kata appa EunMi dengan wajah menahan amarah yang sudah memuncak.

EunMi terdiam dan tak lama berkata, “Ya, aku memang sudah gila, dan itu karena kalian yang tak memperdulikanku!”

“Baiklah, jika kau muak menjadi anak kami, kaseyo, kaha!” ucap sang appa lagi.

“Yaa, yeobo!” gumam eomma EunMi yang tak tahan dengan sikap suaminya itu.

“Tak apa, biarkan dia!” kata sang appa berlalu pergi dengan membawa tas yang berisi berkas-berkas penting.

EunMi pun pergi menuju kamarnya untuk mengemas pakaiannya, tak lama dia kembali turun. “Kenno!” ucapnya meninggalkan sang eomma yang sudah di banjiri air mata. EunMi pun pergi tanpa seorang sopir, dia juga tak membawa ponsel dan dompetnya. Semuanya ia tinggal di dalam kamarnya.

Apa yang bisa ia lakukan tanpa semua fasilitas dari sang appa? Dia pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, cukup jauh baginya, melalui jalan demi jalan. Baru kali ini dia berangkat tak menggunakan mobil.

“Aish, sekolah masih jauh, apa yang harus ku lakukan, ini melelahkan!” gumamnya yang mulai kelelahan.

“Ayo naiklah!!” seru seorang namja yang datang dari belakangnya. EunMi pun berbalik dan memandang siapa orang itu. Betapa terkejutnya dia, melihat siapa orang itu, namja berkulit tan itu sudah di hadapannya saat ini.

“Eoh? Kau…” gumamnya tak menyangka.

“Ayo naiklah, apa kau ingin terlambat!” kata namja itu lagi.

Mau tak mau, EunMi pun segera naik dan berpegangan erat pada bahu namja itu. “Kau… bukannya kau teman sekelasku. Apa kau tahu namaku?” kata EunMi dengan suara yang melemah.

“Tentu, kau Go EunMi kan?”

“Wah, kau tahu namaku? Aku tak tahu nama mu siapa!” kata EunMi lagi.

Namja itu hanya tersenyum sambil terus mengayuh sepedanya hingga sampai kesekolah. Dengan cepat mereka berjalan melewati kelas-kelas lainnya hingga sampai ke kelas mereka. “Ya, nama mu siapa? Mmm, kamsahabnida telah mengantarku!” kata EunMi yang terus mengikuti namja itu.

“Aku tak punya alasan untuk menjawab pertanyaanmu, jadi pergilah, semua sedang memerhatikan kita!” ucap namja itu lagi.

EunMi langsung melihat sekelilingnya, benar saja perhatian semua murid di kelas itu tertuju kepada mereka. Bagaimana tidak, mereka murid yang tak pernah berkomunikasi dengan murid lainnya justru menjadi dekat seperti itu. EunMi pun melangkah menuju bangku tempat duduknya.

Dia masih terus memandangi namja itu, “Kau memang baik dan tampan. Hanya saja kau itu begitu menyebalkan!” gumam EunMi yang duduk di bangku belakang tanpa seorang partner.

Pelajaran selesai begitu saja.

“Aku harus kemana membawa bawaan yang berat ini? Aku juga sudah tak memiliki uang!” kata EunMi masih terduduk di dalam kelas. Semua temannya telah pergi meninggalkan kelas begitu juga dengan namja tan itu.

EunMi segera keluar, dan masih mencari cara. Dia akan menginap dimana malam ini? Dilihatnya sepeda namja itu yang masih ada di parkiran. “Apa dia belum pulang?” deciknya sambil melangkah melewati gerbang sekolah.

Dia masih terduduk di bangku yang ada didepan sekolahnya. “Apa kau tak pulang?” ucap seseorang yang ternyata namja itu lagi.

“Apa kau akan berbicara denganku ketika semua orang tak ada? Eoh??” kata EunMi dengan sinisnya.

Namja itu hanya diam, “Kau benar-benar menyebalkan!” kata EunMi lagi.

Namja itu pun menyandarkan sepedanya pada tembok gerbang sekolah dan duduk di samping EunMi, “Aku tak suka dengan orang yang banyak bicara, jadi jika kau berbicara denganku di kelas. Mereka semua akan banyak bicara mengenai ku, bahkan kau juga. Apa kau mengerti?” ungkap namja itu.

“Ye, arasseoyo. Ternyata kau tak seperti yang ku pikirkan!”

“Ahk, aku ingat. Namaku , Kim jongin. Kau bisa memanggilku Kai!” kata namja itu, yang ternyata bernama Kai.

“Ah, Kai-ssi, gomawo karena kau sudah membantuku tadi pagi!” ucap EunMi kembali mengucapkan terima kasih pada namja itu.

“Baiklah, kalau begitu aku duluan, aku masih ada urusan!” kata Kai yang meraih sepedanya. Dan berlalu pergi meninggalkan EunMi sendiri. EunMi terus memandanginya dengan penuh harapan, hingga akhirnya namja itu hilang dari pandangannya.

Hari mulai petang, EunMi masih terduduk di tempat itu. kali ini dia benar-benar putus asa. Mobil-mobil terus berlewatan di hadapannya. Perutnya pun mulai keroncongan. Tak lama EunMi termenung dan meneteskan air mata.

“Gwaenchanha, EunMi-ssi?” kata Kai yang sudah ada di hadapan EunMi.

“Eoh? Kai, kenapa kau ada disini?” tanya EunMi salah tingkah. Kai membawa makanan ringan dan memberikannya pada EunMi.

“Makanlah, apa kau tak lapar, bukannya kau terus disini,” kata Kai.

EunMi langsung mengambilnya dan mulai melahap makanan itu. “Tapi, kenapa kau bisa tahu aku terus disini sejak tadi?” tanya EunMi penasaran.

“Itu… ya, karena kau masih disini. Aku tadi melihatmu, jadi aku menghampirimu!” terang Kai. EunMi tak menyahut, dia terus melahap makanan yang Kai bawa untuknya. sepertinya dia sangat kelaparan.

“Kau tak pulang kerumahmu?” tanya Kai lagi.

“Aniya, aku tak akan pulang!” kata EunMi dengan suara parau karena makanan yang ada di mulutnya.

“Wae? Apa eomma dan appa mu tak mencarimu?” ucap Kai, sepertinya dia bukanlah namja pendiam. Dia banyak bertanya.

“Mereka tak akan mengkhawatirkanku. Aku akan tidur disini malam ini!”

“Eoh? Disini, apa kau gila? Kalau ada yang menjahatimu bagaimana?” gumam Kai dengan mata melotot.

“Bagaimana lagi, aku tak tahu harus kemana!”

“Baiklah, kalau begitu kau menginap dirumah ku saja!” ajak Kai. EunMi pun bersedia dan ikut kerumah Kai.



“Apa ini benar-benar rumahnya? Atau orang tuanya bekerja disini?” benak EunMi saat pertama kali melihat rumah Kai.

“Ayo, masuklah!” seru Kai.

“Wah, rumahmu bahkan lebih besar dari rumahku. Apa kau tinggal sendiri disini?” tanya EunMi masih merasa takjub melihat sekeliling rumah Kai yang begitu mewah.

“Orang tua ku, pulang sekali dalam sebulan. Mereka sangat sibuk, tapi aku mengerti. Jadi, disini aku tinggal sendiri!” terang Kai, yang melangkah masuk kedalam dapur.

Tak lama Kai keluar dengan membawa segelas jus jeruk dan memberikannya kepada EunMi. “Kamsahabnida, Kai-ssi!” ucap EunMi. Apa kau tak memiliki pembantu?” tanya EunMi lagi.

“Mm,, aku lebih suka mengerjakan semuanya sendiri!” sahut Kai, yang langsung berbaring di sofa nya.

Kemudian EunMi terdiam, “Apa dia benar-benar baik? Aku takut dia akan melakukan sesuatu padaku!” batinnya.

“Tenanglah, aku bukan orang jahat, aku tak akan macam-macam kepadamu. Jika kau ingin berisitirahat, tidur lah di kamar tamu yang ada di atas!” kata Kai yang langsung bangun dari tidurnya, dan melangkah masuk ke kamarnya. Tempat seperti kamarnya.

“Eoh? Apa dia tahu apa yang aku pikirkan?” gumam EunMi melangkah naik, menuju kamar tamu yang di maksud Kai tadi.

Malam ini mereka beristirahat dengan baik, lain hal dengan eomma dan appa EunMi yang khawatir dengan keadaan anak tunggalnya itu. Eomma EunMi masih terjaga, berharap EunMi akan membuka pintu rumahnya. Tapi, itu hanya harapan yang tak akan terjadi. Karena EunMi sudah bertekad tak akan kembali sebelum eomma dan appa nya tahu apa yang sebenarnya yang ia inginkan.

Keesokan paginya, Kai sudah lebih dulu bangun. Bahkan dia sudah mengenakan saragam sekolahnya yang masih belum lengkap. Dia pun segera menuju kamar atas, dan mulai membangunkan EunMi.

“EunMi-ssi, ini sudah jam 6 pagi, apa kau tak akan pergi kesekolah?” kata Kai sambil mengetuk pintu kamar itu.

Tak ada jawaban, akhirnya Kai pun langsung masuk, karena pintu kamarnya juga tak di kunci. Kai mengusap pelan bahu EunMi, “Yaa, Go EunMi!!” kai terus memanggil-manggil namanya. EunMi masih saja tertidur. Dia tidur begitu nyenyak.

Kai pun mencari cara lain, di raihnya kedua tangan EunMi dan menarik-nariknya agar terbangun. Caranya berhasil, tapi EunMi justru menarik lebih kuat, hingga akhirnya tubuhnya terjatuh di dalam pelukan EunMi. Seketika mata EunMi langsung melotot. Terkejut dengan posisi Kai yang sekarang telah ada di dalam pelukannya.

“Eoh? Omo!!!” teriak EunMi histeris.

“Mianhaeyo, aku tak bermaksud lancang. Aku mencoba membangunkanmu tapi, kau terus tertidur!” terang Kai, melepas pelukannya dan melangkah keluar.

EunMi terus mengatur napasnya yang sudah tak teratur. Dia meletakkan tangannya tepat di dadanya, jantungnya kini berdetak sangat kencang, tak bisa ia kendalikan. Dia terus menarik napas, dan kemudian membuang napasnya. “Apa ini? Jantung ku rasanya nyeri!” kata EunMi menjerit.

Tak lama EunMi pun menghampiri Kai, yang sudah menunggunya sejak tadi. “Mianhae!” kata Kai lagi, masih merasa bersalah.

“Naega…gwaenchanha!” ucap EunMi.

Mereka pun langsung berangkat kesekolah bersama. Ketika di sekolah, mereka bersikap seperti tak ada yang terjadi diantara mereka. Mereka saling membisu ketika bertemu. Hingga akhirnya, ada seorang namja yang memanggil EunMi di balik pintu masuk.

“Go EunMi-ssi!” panggil namja itu yang ternyata sunbae nya.

EunMi pun menghampirinya, “Nde, sunbaenim!” sahut EunMi.

Namja itu tersenyum, sangat manis dan cantik. Tanpa sepengetahuan EunMi, Kai terus memerhatikan mereka, yang terus berbincang.  “Bagaimana bisa, sunbae, tahu nama ku?” EunMi merasa heran karena dia pun tak tahu siapa namja itu, dia hanya tahu bahwa namja itu sunbae nya.

“Tentu saja aku tahu, siapa yang tak mengetahuimu? Oh, iya, Naega, Byun baekhyun!” kata namja itu lagi.

“Eoh… Nde, Baekhyun…oppa!” ucap EunMi pelan.

Kai yang menguping pembicaraan mereka hanya mengomel dalam hati, “Mwo? Oppa? Aigo!” gumamnya.

“Baekhyun-ssi…” panggil seorang yeoja yang datang menghampiri mereka.

“Eoh? Yu Ra-ssi, waeyo?” tanya Baekhyun yang menerima kedatangannya.

“Aku memerlukan bantuanmu untuk tugas dari Park soensaengnim, apa kau bisa?” tanya nya lagi, yang menggandeng lengan Baekhyun.

“Baiklah, EunMi-ah… aku pergi. Sampai jumpa!” ucap Baekhyun.

Yu ra, Kim Yu ra, terus memandang sinis EunMi seperti menjadikannya saingan, yang akan dia jatuhkan. EunMi hanya diam, dan tak melawannya. Dia pun kembali masuk kelas, karena Lee soensaengnim segera masuk untuk mengajarkan mereka pelajaran Matematika. Dan yang paling mengejutkannya. Disebelah bangkunya, Kai telah duduk disana. “Eoh, Kai, kau… kenapa kau disini?”

“Apa kau tak bisa melihat, aku sedang duduk disini, duduklah!” seru Kai, menarik tangan EunMi hingga ia terduduk tepat di samping Kai.

“Benar-benar aneh!” gumam EunMi. Semua murid di kelas itu heran, dengan mereka berdua.

EunMi dan Kai mengikuti pelajaran dengan baik. Di waktu jam istirahat, EunMi tak keluar kelas, begitu juga dengan Kai. “Apa kau lapar?” tanya Kai, yang melihat EunMi terus meremas perutnya yang sudah keroncongan.

“Mmm, jeongmal!” EunMi mengangguk.

Kai pun membuka tas ranselnya, dan mengeluarkan sebuah kotak bekal. “Ini makanlah!” kata Kai pada EunMi. Tak  lama Baekhyun datang menghampiri mereka di dalam kelas.

“EunMi… apa kau mau makan siang denganku?” tanya Baekhyun pada EunMi.

EunMi diam sejenak untuk berpikir, di liriknya wajah Kai yang sudah tak bersahabat itu. Diapun menjawab, “Minhae sunbaenim, aku akan makan bersama Kai oppa!” kata EunMi.

“Eoh?? Oppa?”  batin Kai.

“Begitu ya, baiklah.” Kata Baekhyun melangkah meninggalkan mereka.

EunMi kembali duduk, dia sedikit gugup karena mengatakan hal tadi. Kai pun tersenyum, EunMi ikut tersenyum melihat Kai yang seperti itu. “Makanlah!”

EunMi pun mulai melahap makanan yang di beri oleh Kai, “Apa kau membuatnya sendiri? Ini enak, gomawo!” ucap EunMi menikmati makanannya.

“Tentu saja, siapa lagi kalau bukan aku, eoh?” kata Kai kembali tersenyum.

“Apa kalian pacaran?” tanya seorang yeoja, teman sekelas mereka yang duduk di depan EunMi.

“Nde? Ah, anio!” kata EunMi tersipu malu.

“Kenapa tidak? Kalian cocok!” kata yeoja itu lagi, yang bernama Miyoon itu.

“Ah, Kamsahabnida, Miyoon-ssi! Aku senang mendengarnya!” kata Kai bersikap manis.

EunMi memandang sinis Kai, dan menginjak kaki nya. “Yaa, EunMi-ah!!” teriak Kai menjerit kesakitan.

“Ternyata kau lucu dan tampan ya!!??” kata Miyoon lagi.

“Apa kau baru sadar? Semua orang sudah tahu, kalau aku ini tampan!” terang Kai, penuh percaya diri.

EunMi tak bicara, dia terus melahap bekal yang Kai bawa untuknya hingga habis. “Ini… gomawo! Aku benar-benar menikmatinya, pasti kau membuatnya dengan setulus hati!” ucap EunMi mengembalikan kotak bekal Kai.

“Tentu saja, aku ini sang ahli!”




“EunMi-ssi, apa kau mau pulang bersama ku?” ajak Miyoon.

“Mian, Miyoon-ah, aku akan pulang bersama Kai!” ucap EunMi, menolak ajakan Miyoon dengan lembut.

“Eoh, arasseo! Kalian tak perlu lagi menyembunyikannya!” kata Miyoon tertawa kecil. “Baiklah, sampai jumpa!” katanya lagi, sambil melambaikan tangan dalam sebuah mobil mewah.

“Apa kau tak akan menyesal menolak tawarannya?” tanya Kai pada EunMi yang sudah ada di belakangnya.

Belum EunMi menjawab, Baekhyun kembali menghampiri mereka. “EunMi-ssi, pulanglah bersama ku!” ajak Baekhyun.

EunMi kembali melirik Kai dan merasa tak enak dengan Kai, “Mian, Baekhyun sunbaenim, aku sudah janji akan pulang bersama Kai!” kata EunMi, lagi-lagi menolak ajakan seseorang untuk mengantarnya pulang.

“Baekhyun oppa!” teriak Yu Ra dari kejauhan.

“Ahk, itu ada Yu ra eonni, jadi kami pergi dulu ya!” kata EunMi, ia langsung memegang erat bahu Kai. Kai pun segera mengayuh sepedanya sekencang mungkin.

“Kau belum menjawab pertanyaan ku tadi, apa kau tak akan menyesal, lebih memilih naik sepeda bersama ku?” tanya Kai lagi.

“Ani, aku lebih suka seperti ini, dari pada naik mobil, yang akan mengingatkan ku lagi pada eomma dan appa!” ungkap EunMi, benar saja ia kembali teringat eomma dan appa nya. Dia merindukan eomma nya.




Beberapa hari berlalu,

Miyoon dan EunMi kini menjadi teman baik, begitu juga dengan Kai. Dan Baekhyun pun terus berusaha mendekati EunMi. Dia menaruh hati padanya, dan ingin mendapatkan EunMi. Baekhyun juga sering kali merasa cemburu melihat kedekatan Kai dan EunMi. yang kemana-mana terus berdua.

“EunMi-ah…” panggil Miyoon pada EunMi.

“Mm… waeyo?” tanya EunMi terus membuka lembar demi lembar komiknya.

“Berhentilah, membaca komik yang tak jelas itu!” seru Miyoon menarik komik EunMi. “Ada yang ingin ku bicarakan padamu!” ucapnya lagi.

Kini EunMi menurut, dia mulai diam dan memasang wajah serius, mendengarkan curhatan Miyoon. “Palli, apa yang akan kau bicarakan?” EunMi mulai penasaran.

“Kau benar-benar tak menyukai Kai kan?” EunMi hanya diam tak menjawab pertanyaan Miyoon. “Aku menyukainya, aku menyukai Kai!” ungkap Miyoon. EunMi yang mendengarnya biasa saja, tapi dia sedikit takut.

“Ah… itu bagus! Ne, itu bagus!” ucap EunMi kelihatan gugup.

Miyoon tersenyum. EunMi pun kembali menarik komik yang Miyoon ambil darinya. Dia mulai membaca kembali komiknya. Komik yang Kai berikan padanya. Tak lama EunMi berdiri, dan meraih tas nya. “Miyoon-ah, aku pulang duluan ya, tiba-tiba kepalaku pusing!” ucap EunMi melangkah terburu-buru. Tanpa memberi kesempatan Miyoon untuk berkata, “Hati-hati!”

“EunMi-ah, kau ini kenapa, eoh?? Kau tak mungkin menyukainya juga, kau tak menyukainya! Arasseo!!!” gumam EunMi merasa kesal pada dirinya sendiri, dengan terus memukul-mukul kepalanya pelan.

Tiba-tiba Kai muncul dihadapannya seperti hantu, ya, namja yang sedang ada di pikirannya. “EunMi-ah, bukannya tadi kau bersama Miyoon?” tanya Kai heran.

“Mm, tadi kami bersama, tapi sekarang tidak!” kata EunMi melangkah pergi.

“Eoh… ada apa dengannya?” kai mempercepat jalannya, menyusul EunMi. “Ada apa denganmu?” tanya Kai lagi.

EunMi pun menghentikan langkahnya dan memandang lekat wajah Kai. “Apa kau menyukai Miyoon?”

Kai terdiam dan langsung tertawa, “Ah, aigoo, pertanyaan apa itu?” kata Kai masih tertawa.

“Ani… aku tak menyukai nya. Wae, waeyo?” Kai terus mendesak EunMi untuk berbicara.

EunMi kembali melangkah. Bahkan ia berlari, menjauh dari Kai. Tapi, Kai tentu tak akan membiarkannya, dia mengejar EunMi. Hingga EunMi pun terjatuh. “Gwaenchancha EunMi-ssi?” Kai mencoba membantunya untuk berdiri, dan membersihkan lututnya yang sudah di penuhi oleh pasir-pasir.

Lagi-lagi EunMi tak menghiraukannya. Kai langsung memeluk EunMi. Memeluknya dengan sangat erat. EunMi tak bisa memberontak karena pelukan Kai yang begitu erat menyelimuti tubuh nya yang lebih kecil itu.
Entah apa yang EunMi pikirkan, dia sangat ingin membalas pelukan Kai dengan membalut lengannya di tubuh Kai. Tapi, seketika Miyoon menghampiri pikirannya. Akhirnya, ia pun mengurungkan niatnya itu. dia hanya terdiam, membiarkan Kai terus memeluknya. “Dari awal, aku Cuma menyukai satu orang. Yaitu, Go EunMI!” bisik Kai di balik pelukannya.

“Nado, nado joah-e. tapi…” EunMi terus terdiam, terus berpikir apa yang harus dia lakukan setelah hal ini terjadi.

Tiba-tiba Miyoon datang, dan melihat mereka. EunMi masih di dalam pelukan Kai. Tentu saja Miyoon kaget, terkejut dan tak menyangka, belum ada setengah jam ia memberitahu perasaannya kepada EunMi mengenai Kai. Tapi, sekarang dengan kedua matanya, ia justru melihat sahabatnya itu sudah ada dalam pelukan Kai, namja yang dia sukai.

Butuh beberapa detik, sampai pandangan EunMi kearah Miyoon yang berdiri tak jauh dari mereka. “Miyoon-ah…!” teriak EunMi melepas pelukannya. Miyoon berlar, sangat cepat. EunMi yang mengejarnya tak bisa menyusulnya. Kai pun ikut merasa bersalah, meski dia tak tahu pasti mengapa Miyoon bersikap seperti itu.

Tiba-tiba EunMi jatuh pingsan. Sontak, Kai langsung menghampirinya dan langsung membawa nya pulang. Mengistirahatkan nya didalam kamarnya. Kai juga segera mengkompres EunMi yang tiba-tiba demam. “Apa kau lelah? Istirahatlah, aku akan terus menjagamu!” kata Kai.

Kai tertidur…

“Miyoon-ah… mianhaeyo! Aku tak bermaksud menyakitimu. Miyoon-ah, jangan marah, jebal! Aku tak ingin kehilangan teman sepertimu…” ucap EunMi yang sedang mengigau…


To Be Continue…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar