Whatsup!

Sudah 8 tahun berlalu. . .
Dan ternyata banyak yang telah berubah. Tidak dengan blog ini, masih sama seperti dulu.

Jumat, 27 Juni 2014

FF EXO "U Got Me"



U Got Me
 


Author            : Hyera Jung

Genre              : Friendship, romance, school life, etc.

Cast                : Kim Jongin aka Kai, Jung Ryhwa (OC), Taehyung, Kang Hyera.

Rated              : PG +15

Length            : Oneshoot

Note               :

Sorry, mungkin disini Kai agak berbeda dari Kai yang asli. Disini terselip cerita Kai debut bersama member EXO lainnya, dia juga mengikuti trainee di SM, tapi hanya  kurang lebih satu tahun. Sengaja masukinnya kaya gitu, supaya mendukung cerita saya, jadi maklumi aja ya. Dan di cerita ku kali ini, memang jauh berbeda dari yang asli, disini EXO debut dengan lagu GROWL. Kenapa aku pilih lagu itu? karena lagu itu, aku mulai mencintai EXO. ^_^


Happy Reading~




Author POV

“Ahk, ini salah, semua ini salah. Ada apa dengan mu Kai? Kau tak mungkin menyukainya, dia sahabatmu bahkan kalian seperti adik kakak.” Geram namja yang bernama Kai itu di sudut ruangan yang sepi.

Setelah puas mengeluarkan semua kekesalannya ia pun kembali ke kelasnya. Kai, ia terkenal sebagai namja yang memiliki sifat tertutup, dingin, bahkan jarang berkomunikasi dengan teman-temannya yang lain. Dia hanya dekat dengan satu orang, Ryhwa, itu nama yeoja yang selalu ada disampingnya.

Sejak sekolah menengah pertama dari tahun pertama hingga mereka lulus bahkan sekarang di sekolah menengah atas pun, mereka masih bersama. Tidak dalam hubungan yang serius, mereka hanya saling bersahabat tidak lebih.

“Kai, malam ini temani aku ke toko buku ya,” pinta Ryhwa pada Kai yang sudah duduk nyaman di bangkunya.

Kai tak berguming dari duduknya, bahkan ia tak menghiraukan Ryhwa yang sudah memasang muka masam di hadapannya. “Ya! Namja bodoh, apa kau sengaja tak menghiraukan ku?” teriakan Ryhwa menggelegar dalam ruangan kelasnya membuat sorotan mata semua orang di ruangan itu tertuju kepada mereka.

“Bodoh kau bilang?” decih Kai tapi masih dengan wajah datar.

Bahkan puluhan mata yang telah memandangnya pun, ia masih bersikap seperti itu. “Kalian itu sangat dekat, tapi sering kali  kalian bersikap seperti kucing dan tikus, kekanakan sekali.” Gumam seorang dari mereka.

“Cih, kekanakan. Itulah kalian, setiap hari hanya membual tak jelas,” timpal Kai dengan wajah meremehkan. Begitulah dia, dia tak akan pernah bisa menerima komentar-komentar orang lain tentangnya.

“Sudahlah, bahkan masalah sekecil ini pun kalian permasalahkan,” ucap Ryhwa sembari tersenyum, senyum itu pun terpaksa.

Tiba-tiba saja Kai berdiri dari tempatnya, memandang orang-orang yang sejak tadi memandangnya. Dan berlalu begitu saja meninggalkan kelas, padahal Kim seonsaengnim, guru sejarah nya sudah akan datang.

“Kai…” panggil Ryhwa. Tapi, ia tak mengejarnya. Dia tahu, jika Kai seperti itu dia tak ingin di ganggu oleh orang lain bahkan olehnya.

.

.

.

.

Rumah Kai dan Ryhwa hanya berjarak 100 meter, dengan berjalan kaki pun Ryhwa akan sampai dengan cepat kerumah Kai.

Ting! Tong! Ting! Tong!

Ryhwa menekan bell rumah Kai, ia masih berdiri didepan pintu rumah Kai. Butuh waktu beberapa menit hingga ada seseorang yang membuka pintu itu. “Nugunde?” suara yang samar-samar itu terdengar dari balik pintu rumah Kai.

“Kai?”

“Eoh, Ryhwa?” dengan mata yang masih setengah tertutup itu, Kai menarik Ryhwa masuk kedalam rumahnya.

“Yak! Kai… apa kau lupa? Bukannya kau akan menemaniku ke toko buku?” lagi-lagi Ryhwa mengeluarkan suara nya yang luar biasa itu.

Kai masih terduduk lemas di sofa ruang tamu nya, “Bukannya aku tak berjanji apa-apa padamu? Sudahlah, kau pergi sendiri saja aku masih ingin tidur. Kau merusak mimpi indahku bersama Nayoung.”

“Cih, Nayoung? Mantan pacar mu sewaktu kita masih kelas 8 itu? kau masih bisa mengingat wajahnya, hebat sekali.”

“Tentu saja aku masih mengingatnya, dia cinta pertamaku. Kau tau cinta pertama? Aku yakin kau tak pernah merasakannya hingga sekarang. Jadi, pergilah!”  Kai terus mendorong Ryhwa agar segera pergi.

“Ah, baiklah, aku pergi. Apa kau puas?” decihnya berlalu pergi.

Kai POV

“Maaf, aku tak ingin menemani mu karena aku takut . . . aku takut perasaan ini semakin besar.”

Aku masih terduduk di atas sofa ini, bahkan setelah Ryhwa pergi. Entah apa yang harus ku lakukan agar perasaan itu segera hilang. Aku tak yakin, dapat menghilangkan perasaan yang sudah 3 tahun bersarang di hatiku.

Perasaan itu sempat hilang, karena hadirnya Nayoung di hidupku. Tapi itu tak berlangsung lama, setelah Nayoung pergi karena urusan keluarga di Jepang, kami pun berpisah. Dan. . . ta-dah, rasa suka pada Ryhwa pun kembali datang.

Tak lama aku kembali kekamarku, menyalakan tv dan mulai menyaksikan program tv yang paling ku suka, weekly idol. Melihat mereka di tv yang bersenang-senang, kadang terlintas di pikiranku untuk menjadi seorang idol juga. ^^

“Apa dia sudah kembali?” gumam ku memandangi jam dinding di kamarku.

“Ya! Kai... hentikan!” omelku memukul kepalaku pelan.

Author POV

Keesokan harinya, Kai berjalan melewati koridor sekolah. Langkahnya tiba-tiba saja terhenti, ketika melihat Ryhwa berjalan beriringan bersama seorang namja. “Ryhwa bersama siapa?” batinnya.

Ryhwa berjalan mengarah padanya, tak lupa ia melambaikan tangan ke arah Kai. Kai justru berpaling dan berjalan ke arah lain menjauhi Ryhwa.

 “Ya! Anak itu kenapa lagi?” gumam Ryhwa dengan wajah masam.

“Kenapa? Siapa dia?” tanya namja yang terus bersama Ryhwa itu.

“Ah, dia... sahabatku. Namanya Kai,” kata Ryhwa melangkah menuju ruang kelasnya bersama namja itu.

Sesampainya di kelas, Ryhwa tak mendapati Kai berada didalam kelas itu. tentu saja itu membuatnya khawatir, ada apa dengan Kai sampai ia tak masuk kelas? Padahal tadi dia ada.

Namja yang bersama Ryhwa tadi masuk kekelas yang sama dengan Ryhwa, memperkenalkan diri bahwa ia adalah siswa baru di sekolah itu. saat itu, Oh seonsaengnim yang akan mengajar mereka. Oh seonsaengnim, mempersilahkan Taehyung –nama anak baru itu- untuk duduk di kursi kosong. Ada beberapa kursi kosong saat itu, tapi ia justru memilih tempat yang seharusnya diduduki oleh Kai.

Semua mata tertuju padanya, “Astaga, bagaimana kalau Kai sampai tahu?” batin Ryhwa.

“Dia duduk disana?  Dia akan terkena masalah setelah ini,” beberapa murid saling berbisik.

Taehyung tak menanggapi pembicaraan mereka, ia terus memandang Ryhwa yang sejak tadi dibuat khawatir olehnya, melipat kedua tangannya dan berbalik memperhatikan Oh Seonsaengnim.

“Apa anak itu tak mendengar ocehan kita?” murid-murid diruangan itu masih saling berbisik.

Sampai akhirnya Oh seonsaengnim mengerti apa yang sedang murid-muridnya ributkan ia pun menyuruh Taehyung untuk pindah. “Taehyung, bisakah kau pindah ketempat lain?”

“Nde? Memangnya ada apa jika saya disini?” dengan wajah polosnya itu Taehyung masih menggeleng tak mengerti.

“Karena itu tempat Kai, tak ada seorang pun yang boleh duduk disana!” gumam salah seorang murid.

“Benarkah? Eoh, baiklah saya akan pindah!” Taehyung pun mengalah dan memilih kursi lain dengan membawa tas dan buku-buku yang sudah ia keluarkan.

Beberapa detik setelah Taehyung pindah, Kai datang dengan membuka pintu secara kasar, terdengar sangat keras. “Annyeonghaseyo, Oh Seonsaengnim!” ucapnya sambil membungkukkan badannya.

“Mm, duduklah!”

“Memangnya dia siapa? Semua orang terlihat takut tapi sepertinya mereka semua menyegani diri Kai. Bahkan datang terlambat pun ia tak meminta maaf. Sungguh anak yang aneh!” batin Taehyun tak mengerti.

“Kau dari mana saja?” tanya Ryhwa pada Kai yang sudah duduk di tempatnya, dengan mata yang mengantuk.

“Bukan urusanmu nona Ryhwa!” itu cukup jelas membuat mulut Ryhwa terbungkam, dia kesal bahkan ingin sekali menjitak kepala Kai saat ini. hanya saja mereka masih mengikuti pelajaran Oh seonsaengnim.

Bell sekolah pun berbunyi~

Kai melangkah lebih dulu keluar kelas tanpa menghiraukan Ryhwa yang sejak tadi menyuruh Kai untuk menunggunya. Seperti biasa, saat jam istirahat Kai lebih memilih menghabiskan waktunya diatas atap sekolah sekedar beristirahat sambil memandangi langit biru yang terlihat lebih indah diatas atap sekolahnya.

“Kai!” panggil Ryhwa memegangi bahu Kai.

“Ada apa? Duduklah,” ucap Kai menarik tangan Ryhwa hingga ia terduduk tepat disamping Kai.

“Apa kau marah padaku? Taehyung, dia anak baru di kelas kita, kebetulan kemarin aku bertemu dengannya di toko buku,” dengan berhati-hati Ryhwa menjelaskan hal itu pada Kai, yang memang itulah alasannya marah kepada Ryhwa.

Kai menghela napasnya lemah, “Apa aku mempermasalahkannya?”

Ryhwa hanya terdiam kaku menatap Kai yang tertunduk lesuh, “Apa kau baik-baik saja, Kai?”

“. . . .” tak ada jawaban dari Kai.

“Ada apa denganmu Kai? Aku sedang berbicara denganmu, tak biasanya kau seperti ini,” Ryhwa mendekatkan punggung tangan ke kening Kai, mengecek apa Kai baik-baik saja atau tidak.

“Omo, Kai, kau demam!” dengan nada khawatir itu, Ryhwa meraih wajah Kai memastikan namja itu baik-baik saja.

Namun, Kai sudah tak sadarkan diri, dia terjatuh lemah kedalam pelukan Ryhwa yang ada disampingnya. “Kai... ireona!” Ryhwa terus menepuk wajah Kai pelan berharap namja itu segera bangun.

“Aku tak apa, aku baik-baik saja Ryhwa. Masuklah, biarkan aku disini sendiri,” suara yang terdengar parau itu terdengar dari mulut Kai.

“Kau menyuruhku pergi, saat keadaanmu seperti ini? aku tak mau, aku ingin menemanimu.”

Tak ada suara bantahan dari mulut Kai, dia masih ada dalam pelukan Ryhwa. Entahlah, mengapa namja itu kadang terlihat lemah di hadapan Ryhwa. “Apa kau latihan lagi semalam? Kau lebih memilih latihan seorang diri seperti orang gila, dibanding menemaniku ke toko buku. Aku tak suka padamu, Kai.” Gerutu Ryhwa menyapu lembut rambut pirang Kai itu.

Kai masih tak menjawab apapun, dia terlihat tenang. Keringatnya terlihat bercucuran dari pelipisnya. “Dari dulu kau tak pernah berubah, bahkan ibu mu sendiri tak pernah kau dengarkan. Bagaimana masa depanmu kelak Kai? Kau terlalu sibuk denganku dan latihanmu. Apa kau tak lelah terus ada disisi ku walau sebagai sahabat ku? sepertinya kali ini kau ketahuan Kai, kau lelah... kau lelah karena ku. aku benar kan?” Ryhwa terus berbicara sendiri tanpa ada tanggapan dari diri Kai yang sebenarnya mendengar semua perkataannya sejak tadi.

Ya, Kai sangat menyukai seni tari. Bahkan ia memiliki cita-cita ingin menjadi dancer terkenal kelak. Sejak sekolah dasar pun ia sudah ikut les tari yang tak jauh dari sekolahnya. Hingga ia memilih berhenti dan belajar sendiri. Kai tipikal orang yang tak akan mudah menyerah sebelum apa yang ia inginkan terwujud. Untuk menjadi dancer hebat pun, ia sudah menghabiskan puluhan bahkan ribuan waktunya untuk latihan.

Ia bisa latihan tanpa memikirkan waktu makannya, itu yang membuatnya sering kali sakit bahkan tak masuk sekolah. Ryhwa tahu akan hal itu, dan hampir setiap hari pula Ryhwa terus mengingatkan Kai akan hal itu.

.

.

.

.

Beberapa bulan kemudian…

Semenjak hari itu Kai tak pernah lagi terlihat, ia tak pernah masuk sekolah dan Ryhwa pun tak pernah lagi bertemu dengannya. Ryhwa hanya bisa mendengar “Kai tak ada dirumah, tapi dia baik-baik saja kau tak perlu khawatir!” yang diucapkan oleh ibu Kai setiap kali ia datang kerumah Kai.

Semakin hari, Ryhwa pun semakin merasa kehilangan diri Kai yang biasanya selalu ada disampingnya. Kini yang ada di sampingnya hanya seorang namja manis dan baik, Taehyung, ya semenjak itu Taehyung terus mendekati Ryhwa.

Meski wujud Kai tak pernah hadir, tak ada seorang pun yang berani menduduki kursi Kai. Mereka masih menghargai Kai, yang sebenarnya tak pernah ramah pada siapapun. Semua orang berpikir Kai adalah namja baik dan ramah, buktinya Ryhwa sangat nyaman dengannya. Hanya saja Kai terlalu dingin dan tertutup. Begitulah pikiran mereka akan seorang KAI.

“Ada apa?” tanya Taehyung, melenyapkan lamunan Ryhwa yang sejak tadi memandang lekat tempat yang seharusnya ada Kai disana.

“Ah, tak ada. Aku hanya memikirkan anak itu. sepertinya aku merindukannya,” ucap Ryhwa.

Taehyung hanya bisa tersenyum kecut, setelah Ryhwa mengatakan hal itu. Selama ia dekat dengan Ryhwa, dia juga harus menahan rasa cemburunya yang semakin hari semakin membludak. Hampir setiap waktu ketika bersama Taehyung, Ryhwa akan menceritakan tentang Kai padanya. Itu sudah cukup, membuat hati Taehyung panas.

.

.

.

.

1 tahun kemudian…

Siapa yang tak mengenal SM Entertainment di dunia ini? Seluruh masyarakat di korea selatan bahkan korea utara pun pasti tahu mengenai perusahaan music itu. perusahaan yang berhasil mengorbitkan SUJU, SNSD, Shinee, F(x) dan yang lainnya. Hingga artis-artisnya pun terkenal hingga keluar korea bahkan bisa di bilang mendunia. *Cuih.. sebenarnya saya gak suka banget tuh sama SM, demi EXO neh saya rela muji-muji tuh SME.

Dan baru-baru ini perusahaan itu mengorbitkan boyband baru besukan mereka. EXO, itulah nama boyband baru yang telah menghipnotis para remaja putri diseluruh dunia. *salah satunya Indonesia Negara saya tercinta :D

Dengan beranggotakan 12 member, yang terbagi menjadi dua sub-unit, EXO-K untuk korea dan EXO-M untuk mandarin/china. EXO-K sendiri beranggotakan Suho sebagai sang leader, dan member lainnya yaitu Chanyeol, Baekhyun, D.O, Kai dan Sehun. Dan untuk EXO-M, Kris sebagai Leader dan member lainnya, Luhan, Xiumin, Chen, Lay dan Tao.

Dengan wajah tampan dan talenta yang mereka miliki cukup membuat semua fans dari fandom lain berpindah.  Kai? Nama itu tentu lekat di pikiran Jung Ryhwa. Nama yang sama seperti nama sahabatnya dulu. Bukan hanya namanya yang sama, sebenarnya orang nya pun sama. Namun, Ryhwa enggan mengakui bahwa namja yang menjadi idola sekarang itu adalah  sahabatnya.

Pasalnya, sudah setahun ia tak pernah bertemu Kai, bahkan waktunya pun sudah banyak terbuang hanya untuk memikirkan namja yang belum tentu memikirkannya. Ya, Kai lah orang nya. Dia tak membenci Kai, karena menghilang begitu saja tanpa alasan karena Kai sudah banyak mengisi hidupnya, dengan hari-hari yang indah.

Dan kini Ryhwa cukup tenang menjalani hidupnya seperti biasa, memiliki sahabat yeoja yang dulu tak pernah ia dapatkan karena Kai. Bagaimana dengan Taehyung?

-flashback-

Author POV

Malam ini, Taehyung berencana mengajak Ryhwa makan malam. Karena Ryhwa tak berpikir berlebihan mengenai Taehyung, diapun menerima ajakan namja itu.

Sesampainya di restaurant yang akan menjadi tempat mereka makan, Taehyung mulai meluap-luapkan perasaannya pada yeoja yang sudah duduk manis dihadapannya itu.

Taehyung meraih tangan Ryhwa dan menggenggamnya lembut. Ryhwa menaikkan salah satu alisnya, tak mengerti apa yang sedang Taehyung coba lakukan pada nya. “Ada apa?” perlahan Ryhwa melepaskan genggaman itu.

“Ryhwa... aku menyukaimu!” dengan suara lantang Taehyung mengeluarkan kata-kata itu.

Seketika Ryhwa tersedak dan mulai meneguk minumannya, menelannya pun sepertinya susah. “Aku ingin kau mejadi kekasihku,” kata Taehyung lagi, kembali meraih tangan Ryhwa.

“Maaf, aku tak bisa memberi apa yang kau inginkan, Taehyung!” suara lembut itu baru saja keluar dari mulut Ryhwa, penolakan secara halus itu ia lakukan agar namja itu tak begitu sakit hati.

Tak sakit hati? Ah, tidak. itu justru membuat jantung Taehyung melesat begitu kencang seakan terhampas begitu jauh, menyakitkan itulah yang ia rasakan. “Kau tak perlu memberiku lebih, kau hanya perlu memberiku kata ‘Ya’ itu saja Ryhwa!” ucap Taehyung gentir. Suara itu seakan menggambarkan rasa putus asaan Taehyung.

“Maaf Taehyung, aku tak bisa. Kau tahu kan aku menyukai nya, kenapa kau nekat melakukan ini. bahkan kau akan tahu apa jawaban yang akan kau dapat dariku. Maafkan aku…” timpal Ryhwa dengan suara lirih nya, ia pun meniggalkan Taehyung yang masih terdiam disana.

-flashback end-

Begitulah cara Ryhwa menolak cinta anak baru itu, cukup menyakitkan bukan?

.

.

.

.

“Ryhwa, kau akan menemani ku kan?” tanya seorang yeoja yang berdiri tak jauh dari Ryhwa.

Ryhwa menatapnya tajam dengan alis yang sudah saling bertemu, “Memangnya kau akan pergi kemana lagi?”

“Baru saja aku mengganti fandom ku, dan hari ini idola baru ku itu akan perform. Kau mau kan menemaniku melihat perform mereka?” bujuk Hyera. Nama yeoja yang dari tadi memohon layaknya anak kecil yang meminta lollypop itu, Hyera, Kang Hyera.

“Memangnya kau sudah mendapatkan tiket masuknya?”

“Tentu saja, tiketnya sudah ada padaku. Aku membeli dua, satu untukku dan satu lagi untukmu. Bagaimana?”

“Ah, baiklah. Aku tak bisa menolak kalau kau sudah memaksa seperti itu.”

Dengan girangnya Hyera berlari masuk kedalam kamarnya, yang juga kamar Ryhwa. Mereka serumah, karena Hyera tingga; di rumah Ryhwa selama ia bersekolah di Seoul. Itu tak masalah, karena ternyata Hyera adalah teman kecil Ryhwa dari Busan. ^^

“Anak itu, apa dia tak lelah? Menghabiskan waktu nya bekerja di caffe, dan uangnya hanya ia gunakan untuk membeli tiket. Ahk, karenanya juga kamarku di penuhi poster-poster yang tak pernah ku lihat sebelumnya menempel di dinding kamarku,” omel Ryhwa mulai memecah keheningan saat Hyera sudah masuk kedalam kamar.

Dua jam sebelum mereka akan pergi. Hyera sudah bersiap-siap memilah pakaian apa yang akan ia kenakan. “Sudahlah, pakai baju yang biasa saja, kau sudah cantik Hyera!” gumam Ryhwa yang lebih memilih membaca novel ketimbang mengikuti Hyera yang grasak grusuk seperti cacing kepanasan itu.

“Ah, aku harus tampil cantik malam ini, aku mau melihat Sehunnie ku.”

“Sehun? Bukankah ia member EXO?” tanya Ryhwa sembari menutup novelnya.

“Iya, EXO! Aku mengidolakan Sehun, menurutku dia namja termanis yang pernah aku lihat. Dia juga seorang maknae, ahk aku mencintainya. Sangat,” jerit Hyera. “Bagaimana denganmu? Kau tahu mereka kan? Siapa yang kau suka, apa Kai?”

Mata Ryhwa seketika membulat setelah nama itu disebut-sebut oleh Hyera. Sejenak ia terdiam kaku dihadapan sahabatnya itu, “Kai? Tidak, aku tak menyukainya. Aku... menyukai... Baekhyun. Ya, aku menyukai namja yang memiliki suara bagus itu.” Baekhyun... namja itulah yang harus menjadi alasan untuk menutupi kegugupan Ryhwa saat ini.

“Sayang sekali, Kai itu tampan dan dance nya sangat bagus. Aku kira kau akan menyukainya,” gumam Hyera masih sibuk mencoba beberapa model baju yang sudah bertumpuk di atas kasurnya.

Dua jam berlalu, mereka pun sudah bersiap-siap. Bukan di rumah mereka, tapi mereka sudah bersiap-siap untuk berteriak di depan panggung untuk menyaksikan EXO tampil. Ah, bukan, bukan, bukan mereka tapi Hyera, hanya Hyera.

Dengan terpaksa Ryhwa harus mengikuti kemauan sahabatnya itu, dengan membawa handbanner EXO di tangannya. Bahkan Ryhwa yang baru ganti fandom pun sudah memiliki lightstick EXO. Ryhwa tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu,

“Sehun, Sehun… Sehunnie…” begitulah suara teriak Hyera yang dapat terdengar jelas di telingan Ryhwa.

Di studio itu, terlalu bising bahkan jika bisa, Ryhwa ingin sekali berteriak agar orang-orang yang ada disana segera diam. Apa mereka tak bisa tenang, agar menontonnya pun lebih nyaman? Itu lah sederet kata yang ada di pikiran Ryhwa.

“Apa ini masih lama, aku ingin pulang?” kata Ryhwa setengah teriak.

“Ah, jangan! Ini baru pembukaan, mereka belum tampil. Tunggulah sebentar lagi, ya?” bujuk Hyera pada Ryhwa sembari memberi isyarat pada Ryhwa agar ikut berteriak sepertinya.

.

.

.

Ryhwa tertunduk lesuh disamping Hyera, ia masih memandang sepasang sepatu yang menyelimuti kakinya. “Ryhwa, mereka tampil. Oh my god, Sehun ku…” seketika Hyera menjerit diikuti munculnya ke enam namja yang memang tampan.

Tak perlu di tanya lagi, Ryhwa terdiam melihat wujud Kai di atas panggung. Terus menatap Kai tanpa lepas dari pandangannya, sahabatnya dulu sekarang semakin terkenal. Dengan lagu debut mereka yang bertajuk “GROWL” berhasil meluluhlantahkan hati para penggemar mereka.

“K.. A.. I..” ucap Ryhwa dengan terbata-bata.

Tak terasa setitik air bening yang mulai turun dari pelupuk matanya itu sudah membasahi wajah mulus Ryhwa. Dia tak tahan, rasanya ia ingin memeluk Kai diatas panggung itu, bahkan ia ingin sekali menarik Kai dan membawanya pergi dari sana. Tapi tidak, dia tak bisa melakukannya.

Ryhwa menyadari satu hal yang baru saja mengubah pemikirannya. “Aku bahkan tak bisa lagi menggapaimu Kai, menggapai mu sama susahnya dengan menggapai bintang di langit,” batin Ryhwa yang terus mempermainkannya.

Selangkah demi selangkah, Ryhwa mundur dari sekerumunan orang yang terus meneriaki nama mereka. “Kau tak mungkin menyadari kehadiranku Kai,” gumam yeoja itu berlalu pergi.

Namun, Hyera menyadari hal itu, ia pun mencoba mencegah Ryhwa. “Kau mau kemana?” tanya Hyera khawatir.

Tanpa menoleh Ryhwa masih mencoba menjawab pertanyaan yang di tujukan padanya, “Maaf Hyera, aku harus pulang tiba-tiba kepalaku sakit.”

“Suaramu? Apa kau menangis? Apa perlu aku mengantarmu pulang?”

Ryhwa masih mencoba tersenyum di depan sahabatnya itu, “Iya, aku menangis karena aku tak bisa lagi menahan rasa sakitnya. Kau tak perlu mengantarku, teruslah disini aku akan menunggumu di rumah.”

“Oiya, sepulang dari sini aku akan menemui ibu ku yang sakit. Jadi untuk beberapa hari aku akan disana.”

“Ibu mu sakit? Ini sudah malam Hyera, besok saja baru kau pergi.”

“Aku khawatir dengan ibuku, jadi malam ini juga aku akan ke Busan. Pulanglah, hati-hati!”

“Kau ini... Kau bilang khawatir pada ibu mu tapi kau masih menyempatkan waktu mu untuk melihat mereka tampil, baiklah sampaikan salamku pada ibumu” cibir Ryhwa sembari tertawa kecil.

“Mm, sampai jumpa!”

Ryhwa akhirnya bisa lepas dari tempat bising itu, dan bisa menghirup udara yang tak mencegat pernapasannya. Dengan letih ia terus melangkah...

Sesampainya di rumah, ia pun langsung masuk kedalam kamarnya. Merebahkan tubuhnya yang terasa pegal. “Heh, ini melelahkan. Bagaimana bisa aku hidup seperti Hyera. Aku tak akan tahan,” gumamnya sambil membayangkan apa yang baru saja ia katakan.

Tak lama ia bangun dari tidurnya, dan duduk di tepi ranjangnya. Memijat-mijat betis nya yang mulai kram. “Aku tak akan pernah lagi menemani Hyera, membuang waktu ku saja,” omel Ryhwa terus berbicara dengan dirinya sendiri.

Tak lama terdengar suara di balik jendela kamarnya, “Apa itu?” Ryhwa melangkah perlahan mendekati jendela kamarnya.

Dia tak pernah segugup ini, melangkah mendekati jendela kamarnya yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri saja sudah seperti melangkah menuju jurang yang akan mengambil nyawanya. Ini berlebihan, ya berlebihan. Kini daun pintu jendelanya pun telah ia genggam dan mulai mengambil ancang-ancang untuk membukanya.

“Siapa yang bermain-main denganku malam-malam begini?” gumamnya tak pernah berhenti.

“Yak! Apa kau… Hyera!” kata Ryhwa sedikit berteriak.

Saat jendelanya sudah terbuka, tak ada siapa-siapa disana. Ryhwa kembali menghela napasnya dalam, dan berniat menutup kembali jendela kamarnya itu. tapi… tak bisa.

“Yak! Jangan membuat ku takut,” jerit Ryhwa sambil memejamkan matanya.

Sebuah jari telunjuk sudah mengarah pada kening yeoja itu, “Kau benar-benar penakut!” gumam seseorang dari luar jendela.

“Suara itu? suara itu seperti…

“Kau masih saja seperti itu, Ryhwa ini aku,” ucap orang itu lagi, menepuk-nepuk pipi Ryhwa yang masih bertanya-tanya. perlahan ia pun membuka kedua matanya yang sejak tadi ia pejamkan. “Kkk… Kai” kata Ryhwa dengan mata yang sudah semakin membulat.

“Menyebut namaku saja kau terbata-bata seperti itu, apa kau tak senang melihatku?” tanya orang itu yang ternyata Kai.

“Bagaimana bisa kau disini, bukannya tadi kau di...” tiba-tiba saja ucapan Ryhwa terputus.

“Dimana? Jangan-jangan.. tadi kau melihatku tampil?” goda Kai.

Tanpa di persilahkan, Kai langsung masuk kedalam kamar Ryhwa yang memang tak terlalu tinggi untuk di panjat. “Yak! Kalau ada yang melihat mu bagaimana? Bukan kau yang terkena masalah melainkan…”

Lagi-lagi ucapan Ryhwa terputus, mengapa tidak. tiba-tiba tubuhnya sudah di dekap kedalam pelukan hangat Kai. “Aku merindukanmu, sudah lama aku tak memelukmu,” ucap Kai tak kunjung melepas pelukannya.

“Apa aku harus membalas pelukannya?” batin Ryhwa.

Perlahan ia pun membalas pelukan Kai, “Aku lebih merindukanmu Kai, aku kira kau sudah melupakanku.”

“Bagaimana bisa aku melupakan orang yang begitu berarti untukku.”

Di balik pelukan mereka, jantung Ryhwa sudah berdetak tak normal. Berharap Kai tak merasakannya, itu benar-benar memalukan. “Hh, aku berarti untukmu? Aku tak mengerti,” timpal Ryhwa sok polos.

“Sudah lama aku ingin mengatakan ini, tapi aku takut persahabatan kita akan hancur. Sekuat apa pun aku berusaha menghilangkannya, tetap saja tak bisa. Aku mencintaimu, aku Kim Jongin mencintai sahabatnya sendiri Jung Ryhwa,” kata Kai dengan suara tegasnya itu.

Ryhwa terdiam masih dalam pelukan Kai. Hingga akhirnya Kai melepas pelukan mereka, memegangi bahu Ryhwa menghadapkan yeoja itu tepat dihadapannya.

“Apa kau menolak ku?” tanya Kai tak percaya.

“. . .”

“Kau benar-benar menolakku?” seakan tak percaya Kai pun terduduk lesuh di tepi ranjang Ryhwa.

Sunggingan senyum dari bibir Ryhwa akhirnya terlihat, ia pun duduk disamping Kai. “Kenapa kau menghilang begitu saja? Dan muncul sebagai seorang bintang?”

“Itu? aku juga tak menyangka, awalnya aku berniat untuk melupakan perasaan ku padamu, karena itu aku tak pernah masuk sekolah memilih latihan sekeras mungkin. Hingga akhirnya kakak ku meminta ku untuk mengikuti audisi SM waktu itu, tapi aku masih menimbang-nimbang untuk menerimanya. Dan malam itu, aku berniat untuk meminta saran darimu. Tapi, malam itu kau malah pergi bersama namja aneh yang memakai eyeliner itu,” terang Kai sedikit mengatai namja yang mencoba mendekati yeoja pujaannya itu –Taehyung-.

“Jadi malam itu kau melihatku pergi bersama Taehyung?”

“Iya, karena itu aku pun langsung memutuskan untuk ikut audisi SM, dan ternyata aku lolos. Menjadi trainee kurang lebih satu tahun, membuatku mendapatkan ruang latihan yang sangat luas dan memiliki teman-teman yang hebat.”

“Selamat... aku ikut senang melihat kesuksesanmu sekarang.”

“Apa kau menyukai seseorang dari kami?” dengan penasaran Kai mulai menanyakan hal yang tak penting seperti itu.

“Tentu saja ada, siapa yang tak menyukai kalian?”

“Siapa yang kau suka? Apa aku?” kata Kai percaya diri sampai-sampai posisinya sekarang berdiri dihadapan Ryhwa yang masih dengan posisi semulanya.

“Untuk apa aku mengidolakan namja seperti mu? Aku menyukai Baekhyun, suaranya itu membuat hatiku tenang.”

“Cih, Baekhyun? Si namja lentik itu?” decih Kai tak terima.

“Apa salahnya memiliki jemari yang lentik, dia itu manis bahkan mendekati type ku,” gumam Ryhwa memancing kemarahan Kai.

“Ah, apa aku harus bersikap manis sepertinya agar kau menyukaiku?” ucap Kai kesal. -____-

Ryhwa pun berdiri menghadap Kai, dan langsung memeluk namja berkulit tan tersebut. “Aku memang mengidolakan Baekhyun. Tapi, namja yang ku cintai tetap satu yaitu Kim Kai.”

“Benarkah? Apa itu jawabanmu untukku?” dengan senyum sumeringah, Kai mempererat pelukannya.

Ryhwa mengangguk mengiyakan. Tiba-tiba saja sebuah bibir tebal menyambar bibir tipis Ryhwa sekilas. “Yak! Siapa yang menyuruhmu melakukan itu?”

“Atas kemauanku sendiri. Kenapa? Kau tak suka?”

“Bukan begitu. Apa kau tak bisa melakukannya lebih baik?” goda Ryhwa.

Senyuman nakal Kai kembali terlihat, ia pun kembali melumat bibir merah Ryhwa lebih dalam. Merasakan manisnya bibir mungil itu yang sejak tadi terus menggodanya meminta untuk dicium.  

--o0o--

Kamis, 19 Juni 2014

FF EXO "First Kiss In Holiday"



“First Kiss In Holiday”


Author         : Hyera Jung

Genre          : Romance, yadong, etc. (tentuin sendiri lah, aku sendiri bingung)

Cast             : Kris Wu, Han SeunMi (OC), Park Chanyeol, Kang YiSeul (OC)

Rated           : NC +17

Length          : Oneshoot

Note             : Ini pertama kalinya aku bikin cerita yang nauzubillah kaya gini, *Ya Tuhan       maafkan kekhilafan ku, dan oppa ku… mianhae* jadi kalau belum ngefeel ya sorry aja deh, namanya juga pemula. Jadi, masih ababil ^^


~Happy Reading~




SeunMi POV

Dia yang dulu mengisi hari-hari ku kini telah lenyap membawa kenangan masa lalu kami yang indah dan haus akan kasih sayang. Bodohnya aku masih memikirkan dia yang belum tentu memikirkan ku, jelas-jelas dia meniggalkanku karena wanita murahan itu.

Aku tersimpuh di dalam kamarku, kini aku telah memiliki seseorang yang akan terus hidup bersamaku. Yah, setelah dia meninggalkanku, dia yang lain datang di kehidupanku. Dengan dasar yang tak saling mencintai, kami membangun rumah tangga. Aku, Han SeunMi, menikah dengan anak tunggal pemilik perusahaan terkenal di Seoul, Kris Wu. Dari keluarga terpandang yang level nya sama seperti keluarga ku, keluarga seperti inilah yang sangat susah untuk menghindari perjodohan.

Dua bulan setelah kami menikah, belum sekali pun Kris menyentuhku. Kami memang tidur bersama, tapi saling membelakangi. Entah kenapa, sangat susah buat kami merasa nyaman. Mungkin karena kepribadian Kris yang dingin membuatku enggan menyapanya lebih dulu. terlebih lagi berharap dia yang menyapaku lebih dulu, aigo itu hanya akan terjadi ketika aku sudah ada di alam bawah sadarku.

Author POV

Malam ini, mereka – keluarga Wu dan keluarga Han- makan malam bersama di sebuah restaurant mahal nan megah. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang tak begitu serius.

“Apa kalian tak ingin berlibur?” gumam appa Kris, mereka masih menunggu hidangan yang segera datang.

“Liburan? Aku masih sibuk mengurus kantor, mungkin agak susah jika kami harus berlibur,” timpal Kris, masih bersikap dingin walau dengan appa nya sendiri.

“Jangan terlalu sibuk, itu akan membuat kesehatanmu terganggu. Berliburlah sesekali bersama SeunMi,” eomma SeunMi angkat bicara.

SeunMi hanya berdiam diri, duduk manis disamping Kris. “Bagaimana dengan SeunMi?” tanya eomma Kris tak lama.

Merasa namanya dipanggil, SeunMi pun menyahut, “Nde? Aku terserah Kris oppa saja jika oppa mau, aku juga mau.”

Kris menoleh kearah SeunMi namun tak lama, ia langsung memalingkan wajah nya lagi. “Kalau begitu baiklah, kami akan berlibur,” timpal Kris.

“Kapan?” tanya appa SeunMi.

“Besok juga bisa!” ucap Kris pendek, namun berhasil membuat SeunMi tersedak kaget, ‘besok?’

Hidangan makan malam mereka pun datang, mereka segera melahap makanan yang sudah ada di hadapan mereka. Makan malam itu berjalan dengan lancar.

.

.

.

.

SeunMi POV

Sepulang makan malam, aku begitu lelah. Ku rebahkan tubuhku diatas ranjang yang empuk ini. sesekali aku menghela napasku, memandangi langit-langit kamar kami. Meski lelah, Kris masih menyempatkan diri untuk membersihkan dirinya. Dia masih didalam kamar mandi.

“Kau tak mandi?” tanya Kris pendek setelah keluar dari kamar mandi, dia benar-benar dingin pada siapapun.

“Mm, aku lelah, aku mau langsung tidur saja,” sahutku.

Tubuh Kris benar-benar bagus, dengan dada bidang yang sudah tak di selimuti oleh apa-apa itu membuatku semakin kagum akan kesempurnaannya. Rambutnya pun masih basah, membuat air terus berucucuran turun mengenai dada bidangnya itu, menambah kesan ??

“Aigo, apa yang sedang ku pikirkan, SeunMi-ah sadarlah!” omelku dalam hati sambil menepuk-nepuk kepalaku pelan.

“Kau benar-benar tak akan mandi? Aku tak ingin seranjang dengan orang bau sepertimu,” terang Kris, membuatku naik darah tapi aku juga merasa malu di hadapannya.

“Oh, baiklah. Aku mandi!” decihku kesal, melangkah masuk kedalam kamar mandi.

. . .

Author POV

Pagi-pagi sekali mereka sudah menyiapkan semua keperluan yang harus mereka bawa untuk berlibur. Tak perlu jauh-jauh, mereka hanya berlibur di pulau Jeju. Karena Kris dan SeunMi tak terlalu peduli dimana tempatnya, mereka hanya ingin beristirahat dan refreshing.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ketempat tujuan. SeunMi segera merapikan barang-barang mereka. Sedangkan Kris, dia langsung berjalan keluar. “Mungkin dia kepantai,” pikir SeunMi.

SeunMi POV

Wujud Kris tak nampak sejak tadi, ku beranikan diri untuk keluar seorang diri. Pemandangan disini sangat indah, di tambah udara yang segar dan lingkungannya yang bersih. Tak salah jika banyak wisatawan luar tertarik kepulau ini.

“Kemana orang itu?” aku terus bergumam, mencari wujud Kris yang tak kunjung ku temukan.

“SeunMi-ah…” seseorang menahanku dengan memegangi bahuku. Aku pun langsung berbalik, betapa terkejutnya aku melihat siapa yang ada di hadapanku saat ini.

“Cha, Chanyeol? Kau...” menyebut namanya saja aku terbata-bata. Melihat Chanyeol yang sudah ada dihadapanku saat ini, membuat luka lama itu kembali menghampiriku.

Dia tersenyum manis padaku, “Kau bersama siapa?” tanya nya padaku, namun aku tak menghiraukannya bahkan memiliki niat untuk menghiraukannya pun tak ada.

Aku berlalu pergi meninggalkannya, tapi dia masih bersikeras menahanku. Dia menarikku dengan kuat. “Mianhae SeunMi-ah!”

“Permintaan maaf mu tak ada artinya lagi Chanyeol, kau terlambat. Sudah cukup kau membuatku sedih, kenapa kau harus muncul lagi di hadapanku?”

“Apa sangat susah untukmu memaafkanku? Aku mohon, aku sudah tak lagi bersamanya SeunMi-ah!” ucap Chanyeol dengan muka memelas, masih menggenggam erat pergelangan tanganku.

“Cih, masa bodoh dengan hubunganmu, aku tak peduli. Lepaskan, aku sudah menikah Chanyeol-ssi!” gumamku berhasil membuat Chanyeol melepas genggamannya.

“Menikah? Dengan siapa? Apa dia bersamamu disini?” hujatan pertanyaan terus terdengar dari mulut manisnya itu.

“Ya, dia bersamaku. Namanya Kris, dia lebih baik dari mu.”

Di selah pertengkaran kami, Kris tiba-tiba datang. Namun tak sendiri, dia bersama seorang yeoja. “Kris?” ucapku kecewa saat melihat tangan yeoja itu sudah melingkari pergelangan Kris.

“Jadi dia Kris? Siapa yeoja yang bersamanya?” tanya Chanyeol, aku hanya terdiam bingung.

Tanpa di persilahkan yeoja tak tahu diri itu langsung memperkenalkan dirinya, “Namaku Kang Yiseul, aku pacar Kris oppa. Wae?”

Chanyeol tersenyum licik dan berbisik kearah ku, “Menikah? Apa kau ingin aku pergi, sehingga menjadikan itu sebagai alasanmu?”

Aku masih terdiam melihat Kris yang berdiri tegak di hadapanku tanpa mengatakan satu kata pun padaku. Mungkin mataku kini sudah berkaca-kaca. “Baiklah, aku pergi SeunMi-ah. Lagi pula, ini hari terakhirku berlibur disini, semoga kita bisa bertemu lagi,” kata Chanyeol berpaling meninggalkan kami.

Tak ada untungnya aku terus melihat kemesraan mereka berdua. Aku pun berlari sekencang mungkin, kembali kehotel. Liburan?? Eh, ini justru membuat hubunganku dengan Kris semakin terusik. Aku mengira, dengan liburan kami berdua disini bisa membuat aku dan Kris lebih dekat, tapi aku salah.

“SeunMi-ah, kau kuat! Kau tak boleh menangis hanya karena namja sepertinya,” ucapku menyemangati diriku sendiri.

Aku mencoba menahan air mataku agar berhenti mengalir, tapi tak bisa. Ini terlalu menyakitkan karena statusku sekarang sebagai istrinya. Mungkin tanpa sepengetahuanku, aku telah jatuh cinta pada Kris, suamiku yang tak pernah memiliki perasaan semacam itu padaku.

Kris POV

Siang ini, aku bertemu Yiseul, dia mantan kekasihku sewaktu aku masih di sekolah menengah atas. Sudah lama kami tak bertemu, dia juga sudah biasa bersikap manja ketika denganku. Aku pun tak merasa risih karena kehadirannya. Tapi, aku takut SeunMi akan berpikir yang bukan-bukan tentangku.

SeunMi melihatku bersama Yiseul, aku tak khawatir karena nanti aku akan menjelaskan semuanya padanya. Tapi, melihat matanya yang sudah berkaca-kaca itu membuat rasa khawatirku memuncak. Dia berlari meninggalkan ku bersama Yiseul.

“Yiseul, maaf aku harus pergi,” ucapku melepaskan pelukannya.

“Tapi, oppa!” dia mencoba menahanku, tapi SeunMi terus ada di pikiranku.

Aku pun berlari menuju hotel tempat kami menginap untuk beberapa  hari ini. Kudapati SeunMi yang sudah tertidur pulas dengan mata sembab itu. Aku merasa bersalah padanya, “Apa kau menangis karenaku? Mianhae…” ucapku lirih mengusap rambutnya perlahan.

Author POV

Setelah melihat keadaan istrinya itu, Kris kembali pergi. Dia kembali menemui Yiseul yang sudah menunggunya di pinggir pantai.

.

Setelah merasa baikan, SeunMi terbangun. Dibukanya kedua matanya secara perlahan, dia tak menemukan wujud orang yang dia cari disekeliling kamarnya. “Dia belum kembali?” dia kembali bergumam. SeunMi tak menyadari kehadiran Kris ketika ia sedang tertidur pulas.

Dia meraih mantelnya dan berniat keluar. Untuk apa berlibur jika hanya duduk manis didalam kamar ini? itulah yang ada di pikiran SeunMi.

Dia melangkah pelan kearah pantai, dengan pasir yang bersih tanpa kotoran sedikitpun. Diregangkan kedua tangannya sambil menghirup udara segar yang ia rasakan. “Nyaman sekali” gumamnya lagi.

SeunMi kembali memandangi sekeliling pantai itu, pandangannya pun mengarah pada satu titik. Dimana ada Kris dan Yiseul disana. “Gwaenchanhae SeunMi-ah!” teguhnya terus  memukul-mukul dadanya pelan.

Kris sempat menoleh dan melihat SeunMi yang berdiri tepat di belakang mereka. “Maaf Yiseul, aku memilihnya. Aku mencintainya!” ucap Kris, Yiseul ingin kembali merajut asmara dengan namja tinggi itu, tapi sayang Kris lebih memilih SeunMi yang sekarang sudah menjadi istrinya.

Yiseul hanya terdiam kaku, melihat Kris yang sudah berlari mengejar SeunMi. Ya, SeunMi kembali salah paham, dia type orang yang mudah menangis apalagi tahu bahwa dia di khianati. Itu bisa membuatnya menangis hingga beberapa hari lamanya.

Kris berhasil meraih tangan SeunMi dan  membuat nya berhenti. Tapi SeunMi tetap memberontak agar Kris melepas pegangannya. Kris yang juga keras kepala tentu tak semudah itu menurutinya.

Tiba-tiba saja SeunMi jatuh pingsan, tak sadarkan diri. Sepertinya ia kelelahan, kris pun langsung menggendongnya menuju hotel. Kris juga berbaring di samping SeunMi sambil menumpuhkan kepalanya pada telapak tangannya. “SeunMi-ah,, mianhae!” gumam Kris kembali mengusap lembut rambut istri yang ia cintai itu.

“Aku bersalah padamu, ini hari pertama kita liburan tapi kau harus mengalami ini. maafkan aku, aku terlalu pengecut untuk bilang bahwa aku sudah jatuh cinta padamu.”

SeunMi yang baru saja tersadar dan mendengar perkataan Kris tadi, langsung menarik Kris kedalam pelukannya. “Eoh? Kau sudah sadar?” Kris membalas pelukan SeunMi.

“Kau akan memaafkan ku bukan?” tanya Kris pada SeunMi yang kembali tersenyum.

“Apa harus aku memaafkanmu, kau sering menyakitiku. Berbicara dingin padaku, kau bahkan jarang sekali memandangku ketika berbicara.”

“Benarkah? Aku tak melakukannya,” timpal Kris tertawa kecil.

“Ini pertama kalinya kau menyentuhku bukan?”

“Menurutmu begitu? Aku pikir, aku sudah sering menyentuhmu, hanya saja kau tak tahu,” terang Kris diikuti pukulan kecil yang ia terima dari SeunMi.

“Kau mesum? Diam-diam kau sering menyentuhku? Sudah sampai bagian mana, aku tak pernah menyadarinya,” ucap SeunMi sembari berpikir.

Kris pun menyentuh dahi SeunMi tepat ditengahnya dengan jari telunjuknya. “Kenapa? Apa tak boleh? Aku kan sudah menjadi suami mu.”

“Aku hanya penasaran, sudah sampai mana kau menyentuhku.”

“Kau mau tahu apa yang belum ku lakukan?” tanya Kris pada SeunMi yang sudah memasang tampang penasaran.

“Eoh… mwo?”

“Aku haus, apa kau bisa mengambilkanku segelas air?” pinta Kris tak lama.

SeunMi hanya berdecih kesal, dan bangkit dari tidurnya. Tak lama ia datang dengan membawa segelas air mineral di tangannya. “Minumlah!”

Kris meneguk habis air di gelas itu, dan mengembalikannya pada SeunMi. Belum sempat SeunMi menaruh gelas itu. Kris langsung meraih pinggang SeunMi, tubuh mereka pun sudah saling berhimpit.

Kris memegang pipi SeunMi dan mendaratkan bibirnya di bibir SeunMi. Begitu terangsang, SeunMi membalas ciuman Kris. Mulutnya pun telah terbuka, mempersilahkan lidah Kris untuk menjelajahi rongga mulut SeunMi.

Ciuman agresif Kris membuat SeunMi tak sadarkan diri hingga gelas di tangannya pun jatuh begitu saja. Tentu pecahan kaca itu bisa melukai mereka. SeunMi akhirnya melepaskan gelutan bibir Kris. “Ini salahmu, kau begitu agresif!” omel SeunMi sembari membersihkan pecahan kaca yang sudah berhambur di lantai. Kris hanya tersenyum dan mencoba membantunya.

Setelah selesai, Kris kembali memeluk SeunMi dan mengecup lembut bibir kecil SeunMi itu. Kris menjatuhkan tubuh SeunMi keatas kasur, dengan kaki yang masih menetap di lantai. Kris kembali menjelajahi bibir SeunMi dengan badan yang ia bungkukkan sedangkan SeunMi dengan posisi tidur itu. Kris terus melumat bibir SeunMi, hingga semakin dalam.

“Ini ciuman pertama ku, dan begitu menggairahkan!” ucap SeunMi tersengal-sengal.

“Benarkah? Eoh, itu bagus sayang. Ciuman pertama ini akan selalu kau ingat!” kata Kris bersemangat, menambah kegairahan untuknya terus menikmati bibir SeunMi.

SeunMi mengalungkan tangannya di leher Kris. Kris pun semakin menjadi, kini ia mengecup bahkan menjilat leher mulus SeunMi meniggalkan beberapa kiss mark disana.

SeunMi pun akhirnya mendesah karenanya, “Ah hh,, op, oppa,, ahh..!”

Mendengar desahan SeunMi, Kris kembali melepas gelutan bibirnya. “Bagaimana? Apa kau menikmatinya?” tanya Kris.

“Mm, aku menikmatinya!” kris mengecup bibir SeunMi sesekali.

“Bibirmu begitu manis, aku suka!” Kris tersenyum tipis memandang SeunMi yang sejak tadi terus mengatur napasnya yang sudah tak beratur.

“Oppa… aku lapar!” ucap SeunMi meremas perutnya yang sudah merasa lapar.

“Baiklah, ayo bangun. Kita keluar untuk makan siang!” ajak Kris meraih tangan SeunMi untuk membantunya berdiri.

“Oppa, appo!” jeritnya. Tak sengaja ia menginjak serpihan-serpihan kaca yang masih tertinggal belum sepenuhnya bersih. Kris pun merendahkan badannya dan memeriksa kaki SeunMi yang sudah mengeluarkan darah.

“Tahan ya, aku akan kembali!”  Kris dengan tergesa-gesa pergi untuk mengambil kotak P3K.

Tak lama ia pun kembali, ia langsung membersihkan luka SeunMi dengan alcohol agar tak infeksi dan langsung membalutnya dengan perban.

“Apa ini tak berlebihan?” tanya SeunMi menggerjitkan alisnya.

“Tidak, jika tak begini lukamu akan infeksi!” ucap Kris memandangi SeunMi yang ada di hadapannya.

Kris mendekatkan wajahnya pada wajah SeunMi. “Kenapa baru sekarang aku tersadar, betapa cantiknya istri ku ini!” goda Kris membuat pipi SeunMi menjadi merah karena malu.

Kris kembali mengecup bibir SeunMi, membuat yeoja itu kembali malu. “Oppa, hentikan!” pintanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kris memegang bahu SeunMi, membantunya berdiri. Dia juga merangkul SeunMi, dan menuntunnya untuk berjalan, SeunMi berjalan dengan tak baik karena luka tadi.

“Aku bahagia karena memiliki suami seperti mu, gomawo oppa, neomu neomu saranghae!” gumam SeunMi dalam pelukan Kris.

“Mm, aku juga bahagia. Maaf selama ini aku terlalu dingin, karena aku tak pandai menyatakan perasaanku pada seseorang!” terang Kris.

“Mm, tak apa, aku mengerti!”

Kris mempererat pelukannya pada SeunMi, mereka pun hidup lebih bahagia dari sebelumnya. Pernikahan yang didasari tak saling cinta, sekarang membuahkan hasil. Kini mereka sudah saling mencintai satu sama lain. Sejak pertama Kris bertemu SeunMi, dia sudah menyukai SeunMi. Hanya saja, SeunMi masih di liputi rasa sedih karena di tinggal Chanyeol sehingga membuat mereka saling menjaga jarak.

Tapi, itu hanya masa lalu yang akan menjadi pembelajaraan untuk mereka. Kini tak ada yang bisa memisahkan mereka, rasa cinta mereka akan semakin tumbuh seiring waktu bergulir.


-END-